"Lo terlalu pendiam tahu nggak? Nggak enak banget di lihat, " celetuk Elga yang tentu saja ditujukan pada Luna, membuat semua pasang mata tertuju padanya.
Bella yang Menyadari situasi semakin canggung pun mencubit paha Elga, membuat temannya itu memekik kecil.
"Lo ngomong apa sih, El?" desis Bella disamping telinga temannya tersebut.
Elga memicing tajam, "kenapa? Gue cuma ngomong apa adanya, dia emang terlalu pendiam. Dia bahkan ngerespon perkataan kita ogah-ogahan," balas Elga dengan suara besar, berbanding terbalik dengan Bella yang sebelumnya berbisik.
Bella melotot ke arah Elga, kebiasaannya yang selalu berbicara ceplas-ceplos itu memang bagus tapi terkadang menjadi sangat menyebalkan karena tidak berada di suasana yang tepat. Bella lantas menolehkan kepalanya pada Luna, ia memasang wajah tak enaknya.
"Maafin Elga ya, perkataannya tadi nggak usah dimasukin ke hati. Dia emang suka gitu, selalu bicara tanpa mikir dulu," kata Bella. Setelah dipikir-pikir lagi, kenapa jadi dia yang meminta maaf?
"Heh, itu namanya lo menjatuhkan nama baik gue," protes Elga yang diabaikan oleh Bella. Ia tidak mengerti, dimana letak kesalahannya? Padahal ia hanya menyuarakan isi kepalanya, ia mengatakan yang sebenarnya.
"Nggak apa-apa, gue emang nggak terlalu suka bicara. Sorry kalau itu mengganggu kenyamanan lo," ujar Luna pada Elga.
Sedangkan empunya hanya menganggukkan kepalanya tak berminat. Lagipula tidak terlalu peduli dengan urusan orang lain, yang terpenting ia sudah mengatakan apa yang ada dipikirannya.
Jayden sedikit mencondongkan tubuhnya pada Luna lalu berbisik, "haruskah gue kasih tahu mereka?"
Luna menatap Jayden selama beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk kecil sebagai balasan.
Jayden menegakkan badannya lalu menatap semua temannya secara bergantian, "Luna dulu mengidap penyakit ¹social anxiety, maka dari itu dia dulu pindah ke Singapura dan home schooling," jelas Jayden yang membuat semua orang yang berada di meja yang sana terkejut.
"Serius?" tanya Bella dengan raut wajah terkejutnya, Jayden mengangguk kecil sebagai balasan.
Bella lalu menatap Luna yang masih terlihat begitu tenang, "terus sekarang gimana keadaan lo?" tanya Bella yang sarat akan kekhawatiran.
"Udah membaik kok, sekarang gue mulai membiasakan diri buat bersosialisasi," balas Luna yang membuat semua lega mendengarnya.
"Jadi, wajar saja kalau Luna agak pendiam," imbuh Jayden sembari menatap Elga yang juga menatapnya, gadis tersebut menaikkan sebelah alisnya lalu tersenyum miring.
"Kenapa? Gue nggak akan minta maaf," kata Elga singkat.
Elga kemudian mengalihkan pandangannya pada Luna. Walaupun tidak terlalu jelas, Elga dapat menangkap sebuah senyum yang teramat tipis di bibir gadis tersebut. Elga merasa ada sesuatu yang harus ia waspadai dari Luna, ia tidak tahu apa itu, tapi yang pasti gadis itu adalah ular.
.
"Jay, mumpung lagi jam kosong, ke kantin yuk! Gilang yang traktir," ajak Cakra dengan nada cerianya seperti biasa, pria itu menaik-turunkan kedua alisnya.
Gilang yang mendengar hal tersebut pun memukul kepala belakang Cakra, "kenapa jadi gue?"
"Ya iyalah, emangnya siapa lagi? Gue? Mana mungkin gue sudi traktir lo," balas Cakra dengan nada kesalnya. Ia mengelus pelan kepala belakangnya yang terasa berdenyut karena demi apapun, Gilang itu atlet taekwondo jadi tenaganya tidak main-main.
"Emangnya gue sudi buat traktir lo?" balas Gilang tak mau kalah, enak saja temannya yang satu ini kalau bicara.
"Gue ini teman lo, bisa-bisanya lo ngomong kayak gitu ke gue?" ujar Cakra memojokkan, Gilang jadi bertanya-tanya kenapa jadi dia yang disalahkan?
"Lo sendiri yang mulai bu-"
"Shh... Diam deh, kenapa lo banyak banget bacot hari ini?" potong Cakra dengan cepat, membuat wajah masam Gilang semakin menjadi-jadi.
Kalau saja Gilang tidak ingat jika Cakra adalah temannya, ia pasti sudah membanting tubuh pria itu sekarang juga, tolong jangan lupakan emosinya yang hanya setipis kertas ini.
"Gimana? Lo mau ikut?" tanya Cakra setelah memenangkan perdebatannya dengan Gilang.
Jayden menatap Luna yang duduk dengan tenang di sampingnya, ia bingung. Sebenarnya ia ingin bergabung bersama kedua temannya tersebut, tapi jika dia pergi Luna pasti akan sendirian di kelas.
"Lo bisa pergi sama mereka kalau lo mau, gue nggak apa-apa," tutur Luna yang menyadari kebimbangan Jayden.
Jayden berpikir sejenak lalu menatap kedua temannya yang berdiri didepannya, "kalian berdua aja yang pergi, gue mau di kelas aja."
Luna menoleh cepat mendengarnya, "Jay, lo bisa pergi, gue baik-baik saja," ujarnya meyakinkan.
"Dan lo cuma diem disini kalau gue pergi? Lo nggak kenal siapa-siapa."
Luna bungkam, yang dikatakan pria itu memang benar. Ia tidak mengenal siapapun di kelas ini kecuali Jayden dan kedua temannya, itupun ia tidak terlalu dekat dengan keduanya.
Jayden kembali menatap kedua temannya yang masih mempertikan dirinya sejak tadi, "kalian pergi aja, gue mau nemenin Luna disini."
"Lo yakin?" tanya Cakra yang dibalas anggukan yakin oleh Jayden.
"Ya udah, kalau gitu kita pergi dulu."
Gilang lalu berjalan keluar kelas, namun baru beberapa langkah ia berhenti karena menyadari jika Cakra yang tak ada di sampingnya. Saat menoleh ia melihat temannya itu masih berdiri ditempatnya.
"Kenapa lo masih disitu? Cepetan sini!" seru Gilang yang dibalas anggukan cepat oleh Cakra.
"Hah? Iya, tunggu."
Sebelum pergi, Cakra menyempatkan diri untuk menatap Luna sejenak yang dibalas senyuman kecil oleh gadis tersebut.
"Jay, kita pergi dulu." Pamit Cakra sebelum akhirnya menyusul Gilang, keluar meninggalkan ruangan kelas.
To Be Continue.
Sorry for typo(s).
¹Social anxiety disorder atau fobia sosial adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan rasa takut akan diawasi, dihakimi, atau dipermalukan oleh orang lain. Fobia sosial juga memiliki nama lain, yaitu gangguan kecemasan sosial.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUWET [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] [BELUM DI REVISI] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka...