"Tumben banget kamu kesini tanpa mama minta dulu, pasti ada sesuatu ya."
Jayden melirik sekilas pada sang mama lalu kembali sibuk merusak properti butik, mencabuti kelopak bungan mawar merah di vas.
"Nggak ada apa-apa kok, lagi bosan aja."
Rasti menggelengkan kepalanya kecil, ia menyampirkan baju pada gantungan lalu berjalan menghampiri Jayden yang masih sibuk dengan kegiatannya.
"Jangan bohong, telinga kamu udah ngomong yang sebenarnya." Rasti menunjuk telinga Jayden yang memerah. Ya, ia hafal betul dengan kebiasaan telinga Jayden yang selalu memerah saat berbohong, jadi jika anaknya itu mengelak pun percuma karena telinganya lebih jujur daripada mulutnya.
Jayden refleks menyentuh kedua telinganya yang terasa panas, hal itupun tak luput dari pandangan Rasti yang membuat wanita tengah baya itu terkekeh melihatnya.
"Aku nggak"
"Kamu bisa bohongin orang lain tapi nggak sama mama. Jay, ayo cerita sama mama, ada yang ganggu pikirkan kamu? Sikap kamu aneh tahu beberapa hari ini," potong Rasti yang berhasil membuat Jayden menutup mulutnya.
"Kelihatan jelas banget ya?" tanya Jayden yang segera dibalas anggukan yakin oleh sang mama.
Jayden menghela napas kuat-kuat, seperti sia-sia menyembunyikan sesuatu kepada sang mama, mamanya itu terlalu mengenal dirinya.
"Aku lagi ada masalah sama pacar aku. Mama tahu lah, masalah anak muda," tutur Jayden.
"Jadi karena itu kamu bersikap aneh dari kemarin?"
Jayden mengangguk kecil lalu kembali menghela napas, "aku butuh waktu biar bisa berpikir jernih."
"Oke, gunain waktu kamu sebaik mungkin buat berpikir. Tapi jangan lama-lama, jangan sampai masalah yang menimpa kalian sampai berlarut-larut," ujar Rasti mengingatkan.
"Iya, aku pasti aku selesaiin kok."
Jayden memiringkan duduknya agar bisa leluasa menatap sang mama yang duduk di sisi kirinya.
"Mama sendiri, gimana hubungan kalian? Kalian baik-baik aja kan?"
Rasti mengeryitkan dahinya lalu tertawa kecil mendengar nada antusias sayang anak, "iya, semuanya baik-baik aja."
Senyum Jayden perlahan merekah kala melihat binar bahagia yang muncul di wajah mamanya.
"Bagus deh kalau gitu, aku lega dengarnya."
Rasti meletakkan telapak tangannya guna mengusap pipi padat sang anak, "kamu benar-benar setuju sama hubungan mama, Jay? Kalau kamu masih ragu, mama bisa-"
"Ma, kita kan sudah sering bicarain masalah ini," sela Jayden, ia mengambil telapak tangan sang mama dari pipinya lalu menggenggamnya dengan erat.
"Aku setuju, aku setuju sama hubungan mama asalkan itu bisa buat mama bahagia. Bukan cuma mama yang pengen lihat aku bahagia, tapi aku juga, Jayden juga pengen lihat mama bahagia. Jadi, berhenti nanyain hal ini lagi karena jawabanku nggak akan pernah berubah, aku setuju," sambung Jayden.
Rasti tersenyum lebar, ia menarik tubuh sang anak dan membawanya ke dalam pelukannya, "makasih sayang, makasih banyak udah ngertiin mama."
"Mama nggak perlu bilang makasih, emang udah seharusnya aku ngelakuin ini," kata Jayden lalu mengeratkan pelukannya pada sang mama.
Jayden akan melakukan apapun agar senyuman selalu terlukis di bibir sang mama, ia akan melakukan apapun agar sang mama bisa bahagia. Karena bagi Jayden, bahagianya sang mama adalah bahagianya juga. Seluruh kebahagiaannya hanya berpusat pada sang mama, ya hanya pada mamanya.
To Be Continue.
Sorry for typo(s).
KAMU SEDANG MEMBACA
RUWET [END]
أدب المراهقين[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] [BELUM DI REVISI] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka...