Bella baru saja menyelesaikan pertemuannya dengan anggota PMR dan saat keluar dari ruangan ia melihat Gilang yang duduk berjongkok di samping pintu, apa yang dilakukannya disini?
Bella mencolek pelan pundak Gilang, membuat pemuda tersebut mendongakkan kepalanya. "Gil, lo ngapain jongkok disini?" tanyanya.
Gilang bangkit dari posisi jongkoknya dan mengecek arloji di pergelangan tangannya. "1 jam 27 menit, 36 detik 37 38 39 40." Ia kemudian menatap Bella yang sedang memasang wajah bingungnya.
"Sebenarnya apa yang kalian lakuin di dalam sana? Kalian lagi ngotopsi mayat atau apa?!" imbuh Gilang dengan nada sebal.
Kerutan di dahi Bella semakin dalam, sebenarnya apa yang sedang dibicarakan sahabat kecilnya itu.
"Lo ngomong apa sih? Kok ngelantur gini."
"Yang gue bicarain itu lo, gue capek nunggu lo tapi nggak keluar-keluar dari ruangan itu. Kalian benerran rapat kan?" tanya Gilang sekali memastikan.
Bella menganggukkan kepalanya mendengar penuturan Gilang, tapi ia masih tidak paham dengan situasi yang ada. "Iya, kita emang lagi rapat kok. Tapi maksud gue, kenapa lo ada disini?"
Gilang memasang wajah jengahnya kemudian mendengus keras, membuat Bella yang memang sudah bingung tambah kebingungan.
"Lo sebenarnya kenapa sih, Gil? Kesambet lo?" tanya Bella.
"Ya gue nungguin lo lah, emangnya apa lagi? Gue perlu ngantar lo pulang karena Jayden yang minta ke gue tadi," jelas Gilang menggebu-gebu.
"Kenapa jadi lo yang ngantarin gue pulang? Emangnya Jayden kemana?" tanya Bella yang kemudian membuat Gilang mengernyitkan dahinya.
"Jayden ngantarin Luna pulang, fobia nya kambuh gara-gara presentasi di depan kelas tadi. Bukannya Jayden udah ngasih tahu lo? Dia ngirim pesan ke lo kan?"
Bella menggelengkan kepalanya lalu mengambil ponsel yang ia letakkan dalam tas, dan benar saja Jayden mengirim pesan padanya.
'Sayang, aku harus pulang cepat karena fobia Luna tiba-tiba kambuh. Aku benar-benar minta maaf, aku juga udah minta Gilang buat ngantar kamu pulang. Sebagai gantinya ayo makan malam bersama di rumahmu nanti, tentunya dengan masakanmu, aku datang jam 7 nanti. Ily.'
15.32.
Bella menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas setelah membaca pesan dari Jayden, ia mendongakkan kepalanya dan mendapati Gilang yang masih memasang wajah masamnya.
"Sorry, gue nggak tahu kalau lo nunggu gue," tutur Bella dengan nada bersalahnya.
Gilang menolehkan kepalanya ke samping tanda merajuk. Ia benar-benar kesal, ia sudah merelakan jam tidur sorenya demi menunggu Bella dan mengatarnya pulang, tapi ternyata orang yang ditunggu tak menyadari keberadaannya.
"Gue minta maaf, oke?" bujuk Bella, gadis tersebut bahkan merengek sembari mengayunkan tubuh kecilnya ke kanan dan kiri.
Gilang menatap Bella dari sudut matanya, bibirnya berkedut kecil menahan senyum. Sangat menggemaskan, Gilang tidak tahan melihatnya, bagaimana mungkin ia bisa marah kalau begini?
Gilang menghela napasnya kemudian mengangguk kecil, "fine, gue maafin. Tapi nggak usah gelendotan kayak gini juga dong, berat," katanya.
Senyum di bibir Bella merekah mendengarnya. Mengabaikan perkatan Gilang, ia segera mengamit jemari pria tersebut dan menariknya untuk berjalan.
"Kalau gitu, gimana kita pulang sekarang?"
.
"Jay, lo bisa disini sebentar lagi nggak? Papa baru aja ngirim pesan, katanya dia pulang agak terlambat," ujar Luna pada Jayden yang hendak berpamitan untuk pulang.
Jayden kemudian menimbang-nimbang sejenak, haruskah ia pulang sekarang? Ia tahu jika Luna takut berada di rumah sendirian, jadi berada disini sedikit lebih lama rasanya bukan sebuah kesalahan menurutnya. Lagipula ini masih jam 5, sedangkan ia memiliki janji dengan Bella jam 7 nanti.
"Oke, gue bakal temenin lo, jam 7 nanti papa lo pasti udah pulang kan?" tanya Jayden memastikan.
"Emangnya ada apa sama jam 7?" tanya Luna penasaran.
"Gue punya janji makan malam sama Bella," kata Jayden yang dibalas anggukan paham oleh Luna.
"Papa pasti pulang sebelum jam 7 nanti, jadi lo nggak perlu khawatir."
Jayden mengangguk kecil sebagai balasan, "gue mau cuci muka nih, kamar mandinya dimana?"
"Lo bisa pakai kamar mandi buat tamu di lantai bawah, nggak apa-apa kan?"
"Nggak apa-apa lah, kayak apa aja. Ya udah, gue tinggal sebentar," ujar Jayden lalu segera keluar dari kamar Luna menuju kamar mandi.
Setelah merasa aman karena Jayden juga sudah pergi, Luna kemudian mengambil ponselnya dari meja nakas dan mendial nomor papanya.
"Halo papa?" sapa Luna saat panggilan terhubung.
"Aku mau ganti permintaan aku, papa bisa pulang lebih larut lagi nggak malam ini? Jam 9 mungkin? Aku mau Jayden nemenin aku lebih lama," ujar Luna tanpa ada rasa bersalah.
Seulas senyum lebar terlukis di bibir Luna mendengar jawaban memuaskan seseorang dari seberang telepon.
"Papa emang yang terbaik, kalau begitu aku tutup teleponnya. Bye."
Luna kembali meletakkan ponselnya pada meja nakas setelah panggilannya berakhir, kedua matanya menatap kosong dream catcher di atap kamarnya. Setitik rasa bersalah muncul dihatinya, namun buru-buru ia tampik perasaan tersebut.
"Maafin gue Bella. Jayden memang pacar lo, tapi gue nggak akan biarin Jayden menjauh dari gue lagi."
To Be Continue.
Sorry for typo(s).
Hayo, kalian tim mana nih?
Jayden X Bella?
Jayden X Luna?
atau, Gilang X Bella?
KAMU SEDANG MEMBACA
RUWET [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] [BELUM DI REVISI] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka...