Setelah mereka menyelesaikan acara makan malam, mereka memutuskan untuk berbincang di sofa ruang tamu.
“Bella, bisa tolong bawa Jayden keliling? Hitung-hitung biar kalian tambah dekat,” tutur Indra.
Bella menganggukan kepalanya lalu bangkit dari posisi duduknya, “ikutin aku.”
Bella kemudian berjalan terlebih dahulu diikuti dengan Jayden dibelakangnya. Meninggakan dua orang lain yang menatap kepergian mereka dengan senyum yang terlukis di bibir masing-masing.
Bella menghentikan langkahnya di tepi kolam renang, membuat sosok yang mengikutinya pun turut menghentikan langkahnya. Bella membalikkan tubuhnya, membuat dirinya berhadapan langsung dengan Jayden yang kini menatapnya dengan datar.
“Bisa jelasin semuanya?” ujar Bella yang pertama kali memecah keheningan yang melanda keduanya.
Jayden mengangkat sebelah alisnya, “emangnya apa lagi yang bisa gue jelasin? Bukannya semuanya udah jelas?” katanya.
Bella memalingkan wajahnya sekilas guna menghela napas lalu kembali menatap pria didepannnya, “kenapa nggak kasih tahu aku sebelumnya?”
“Kalau gue kasih tahu lo sebelumnya, emangnya lo bisa ngerti?” balas Jaden tak acuh, membuat lawan bicaranya terperangah.
“Jayden, tapi nggak harus-“
“Udahlah lagian semuanya udah kejadian, begitupula sama hubungan kita yang udah berakhir. Nggak ada harapan lagi,” potong Jayden dengan cepat bahkan sebelum Bella sempat menyelesikan kalimatnya. Dia mengatakan kalimat itu dengan mudahnya seolah-olah kalimat itu tidak memporak-porandakan perasaan sang lawan bicara.
“Tapi nggak gini caranya Jay, seenggaknya kamu harus hargai aku. Kasih tahu aku sebelumnya dan kita bisa cari jalan keluar bersama. Bukan malah ngambil keptusan sepihak kayak gini,” tutur Bella yang kemudian dibalas decihan oleh pria dihadapannya.
“Terus sekarang mau lo apa? Kasih tahu mereka kalau kita ini sepasang kekasih yang putus karena kedua orang tuanyanya mau nikah, gitu?”
Bella tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun mendengar penuturan Jayden, terlebih lagi tatapan sinis yang dilayangkan pria itu padanya. Kenapa? Kenapa Jayden tampak berbeda? Tak ada senyum yang tersungging di bibir tersebut, tak ada raut wajah hangat yang ditampilkan.
Semuanya lenyap digantikan dengan raut wajah datarnya, pria itu bahkan terlihat seperti orang lain.
“Nggak Bell, nggak ada yang bisa kita lakuin. Kita udah berakhir dan nggak ada lagi celah bagi kita untuk kembali bersama,” lanjut Jayden dengan menekan setiap katanya.
Bella melangkah maju mendekati Jayden hingga dirinya berada tepat didepan dada pria tesebut. Dengan perlahan mendongakkan kepalanya dan mendapati Jayden yang senantiasa mentap lurus ke depan, seolah-olah enggan menatapnya.
“Lihat aku.”
Bella meraih dagu Jayden dan membawanya menunduk hingga pria itu berhadapan langsung dengan dirinya. Rasanya Bela ingin menangis, rasanya sudah sangat lama ia tak bisa memandang Jayden dalam jarak sedekat ini. Ia sangat merindukan Jayden ia sangat merindukan pria ini, sungguh.
“Kamu masih cinta sama aku, kan?”
Seulas senyum tipis terlukis di bibir Bella kala pria dihadapannya itu tak kunjung membuka suara. Menurutnya diamnya Jayden memiliki arti, iya.
“Masih ada harapan Jay, ayo berjuang bersama.”
To Be Cotinue.
Sorry for typo(s).
KAMU SEDANG MEMBACA
RUWET [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] [BELUM DI REVISI] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka...