"Jayden!"
Teriakkan Bella menggema di sepanjang lorong penghubung kelas yang berada di lantai tiga.
Sosok yang dipanggil namanya menolehkan kepalanya pada sumber suara. Ia mendengus kecil lalu kembali melanjutkan langkahnya yang sedikit tertatih, mengabaikan teriakan Bella bagaikan angin lalu.
"Jayden tunggu aku!" seru Bella sekali lagi, ia mulai berlari karena Jayden yang tak menghentikan langkahnya. Lalu setelah berada dalam jarak yang cukup dekat, Bella menarik lengan Jayden dan menautkan jari mereka.
"Ayo bareng, aku antar kamu sampai kelas," ajak Bella diiringi dengan senyum lebar di bibirnya.
Jayden menatap jemarinya yang tertaut lalu beralih menatap Bella yang senantiasa memasang senyum lebarnya.
"Lepas," kata Jayden dengan wajah datarnya.
Bella menggigit bibirnya kecil mendengar suara Jayden yang terdengar dingin, "Jay?"
"Gue bilang lepas!" Jayden menyentak lengannya dengan kuat hingga tautan jari mereka terlepas.
"Kenapa? Bukannya kita udah sering kayak gini? Kamu kan biasanya ngantar aku sampai kelas, sekarang giliran aku yang–"
"Kita udah nggak pacaran lagi, kenapa harus ngelakuin itu?" potong Jayden dengan cepat.
Bisik-bisik para siswa yang berada di koridor pun mulai terdengar, sepasang kekasih yang selalu terlihat romantis dan harmonis bagai tak pernah tertiup masalah apapun tiba-tiba berseteru? Bukankah sebuah tontonan yang menarik? Setidaknya itu yang mereka pikirkan.
Bella menggelengkan kepalanya tak setuju, ia kemudian tertawa kecil seolah-olah kalimat yang dikatakan Jayden adalah lelucon yang menggelitik perut.
"Kamu ngomong apa sih, Jay? Kita kan nggak putus, kita masih pacaran, kamu lupa ya? Nggak apa-apa, aku tahu kamu pasti cuma becanda kan? Itu lucu kok.”
Jayden mengeryitkan keningnya dalam melihat tingkah aneh Bella, "lo kenpa sih, Bell? Hilang ingatan? Lo lupa kalau kita udah putus semalam?"
"Tapi aku nggak setuju," lirih Bella dengan kedua matanya yang mulai berair.
"Nggak peduli lo mau setuju atau nggak, yang penting gue udah nggak mau pacaran sama lo lagi," balas Jayden tak acuh, ia kemudian kembali melangkahkan kakinya untuk segera pergi namun lengannya kembali ditahan oleh Bella
"Jay–"
Jayden kembali menghentakkan lengannya dengan kuat, saking kuatnya Bella bahkan sampai mundur beberapa langkah ke belakang. Kedua matanya memicing tajam ke arah Bella.
"Stop! Kenapa lo bertingkah menjijikkan kayak gini?!"
Kedua netra madu Bella melebar mendengar kalimat kasar yang diucapkan Jayden, apa ia tidak salah dengar?
"Men–jjijikkan?" cicit Bella.
"Berhenti ngejar dan berhenti harapin gue balik sama lo lagi, itu tidak akan pernah terjadi! Berhenti ngelakuin hal kayak gini, lo mau gue ngerasa bersalah karena udah mutusin lo gitu aja? Itu juga nggak akan pernah terjadi, karena gue emang nggak akan pernah nyesal!"
Jayden berkata demikian dengan suara besar, ia mengabaikan fakta jika dirinya baru saja mempermalukan Bella, menyadari mereka berada di koridor dan banyak siswa di dekat mereka.
Air mata yang Bella tahan sejak tadi meluncur begitu saja di pipinya kala mendengar perkataan Jayden yang menyakiti hatinya. Ia melangkahkan kakinya mendekati Jayden yang menatap nyalang ke arahnya, tangannya berusaha meraih lengan pria tersebut.
"Jay..."
Jayden baru saja akan membuka mulutnya, namun sebuah kepalan tangan terlebih dahulu menghantam wajahnya dengan kuat.
"Gilang!"
Bella menjerit keras karena Gilang yang secara tiba-tiba memukul Jayden hingga pria itu tersungkur dilantai. Bisa dipastikan jika pukulan itu sangat kuat hingga berhasil membuat sudut bibir Jayden mengeluarkan darah.
"Sial! Lo apa-apan sih," desis Jayden sembari mengusap darah di sudut bibirnya.
Jayden bangkit dari posisi duduknya dengan susah payah sebab kakinya yang terluka semakin terasa sakit karena tubuhnya terhempas begitu saja di lantai. Jayden menepis tangan Bella yang terulur ke arahnya, ia merasa tidak membutuhkan bantuan siapapun.
Gilang mencengkeram kerah baju Jayden hingga pria itu terhuyung ke depan, "lo yang sialan, lo sadar nggak sama apa yang lo lakuin ke Bella?!" teriaknya tepat didepan wajah Jayden.
Jayden memejamkan kedua matanya erat-erat karena teriakan Gilang, tak lama kemudian ia memincing tajam lalu tertawa kecil.
"Jadi lo mukul gue Cuma gara-gara cewek itu?" Jayden melirik sekilas ke arah Bella yang berdiri tak jauh darinya, ia kemudian kembali menatap Gilang yang semakin menguatkan cengkeramannya pada kerah bajunya.
"Lo mau dia? Kalau gitu ambil aja, lagipula gue udah bosan sama dia," lanjut Jayden dengan nada meremehkan.
Gilang mengetatkan rahangnya mendengar penuturan Jayden, dengan emosi yang kian memuncak, ia kembali melayangkan pukulan di pelipis pria tersebut.
"Jaga mulut lo ya, berengsek!"
Jayden mengerang dengan keras sebab kembali menerima bogeman mentah, membuatnya tersulut emosi. Ia kemudian melangkah maju, giliran dirinya melayangkan tinjunya pada rahang Gilang hingga membuat pria itu mundur beberapa langkah ke belakang.
"STOP! JAYDEN STOP! GILANG!"
To Be Continue.
Sorry for typo(s).
KAMU SEDANG MEMBACA
RUWET [END]
Fiksi Remaja[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] [BELUM DI REVISI] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka...