Bella meletakkan obat beserta segelas air putih diatas meja. "Minum obatnya, setelah itu istirahat. Gue saranin lebih baik lo lewatin 3 jam mata pelajaran hari ini," ujar Bella pada seorang pemuda yang berbaring di ranjang UKS.
"Tapi jam pertama nanti gue ada kuis, kalau gitu percuma aja gue belajar sampai subuh kalau akhirnya gue lewatin kuisnya," balas pemuda tersebut yang menolak mentah-mentah saran Bella.
"Itu salah lo sendiri, lo belajar sampai dini hari sampai nggak sadar kalau hal tersebut bikin tubuh lo drop dan berakhir ngelewatin kuis pagi ini," balas Bella tak mau kalah.
Pemuda tersebut bangkit dari posisi berbaringnya dan menatap sengit Bella. Hidung memerah dengan plester penurun panas yang menempel di dahinya, hal tersebut pasti cukup membuatnya terlihat menggelikan di mata Bella.
"Itu bukan urusan lo," sarkas pemuda tersebut dengan suara serak.
Bella menghela napasnya sejenak, adik kelasnya ini ternyata benar-benar keras kepala.
"Fine, itu emang bukan urusan gue, tapi sekarang lo ada di UKS dan itu berarti lo jadi tanggung jawab gue. Jadi turuti perkataan gue, gue akan minta izin sama guru pengajar di kelas lo biar lo bisa ikut kuis susulan pulang sekolah nanti," jelas Bella panjang lebar yang berhasil membuat pemuda didepannya itu tutup mulut.
"Terserah, terserah! Lakuin apapun yang lo mau, huh!" seru pemuda tersebut lalu kembali membaringkan tubuhnya pada ranjang. Namun kali ini membelakangi Bella, hal tersebut berhasil membuat kakak kelasnya itu tersenyum geli.
Bella mengalihkan pandangannya saat mendengar suara pintu yang terbuka, menampilkan sang kekasih yang berdiri di depan pintu dengan wajahnya yang terlihat sedikit kusut.
Bella kembali menatap adik kelasnya yang masih berbaring memunggunginya.
"Ya udah kalau gitu gue tinggal dulu, jangan lupa minum obatnya," ujar Bella mengingatkan yang dibalas gumaman singkat oleh pemuda tersebut.
Bella kemudian berjalan menghampiri Jayden yang masih berdiri ditempatnya.
"Ada apa?" tanyanya setelah berada didepan Jayden.
"Aku mau bicara sama kamu," balas Jayden sedikit tergesa.
"Kalau begitu bicara aja, silahkan."
"Tapi nggak disini."
Jayden mengarahkan pandangannya ke arah belakang Bella, membuat sang kekasih mengikuti arah pandangannya pada pemuda yang tengah berbaring di ranjang UKS.
"Bisa kita bicara di luar aja?" tanya Jayden yang membuat Bella menghela napasnya lalu mengangguk kecil setelahnya.
"Aku minta maaf," ujar Jayden dengan cepat setelah keduanya keluar dari ruangan UKS.
Bella menaikkan kedua alisnya mendengar nada penyesalan yang tersirat didalam kalimat sang kekasih.
"Kenapa kamu minta maaf? Emangnya kamu buat kesalahan?" tanyanya.
"Ya, aku udah banyak ngecewain kamu kemarin. Maafin aku," ujar Jayden mengakui kesalahannya.
"Kamu benar, aku kecewa banget sama kamu," balas Bella dengan nada datar yang membuat Jayden semakin memasang raut wajah bersalahnya.
"Aku tahu..." Jayden menundukkan kepalanya dengan raut wajah bersalah yang senantiasa terpantri di wajahnya. Jayden sadar jika Bella tengah marah dilihat dari nada bicaranya. Tentu saja, siapa orang yang tidak marah jika di kecewakan berulang kali dengan orang sama.
"Jadi?"
Jayden mengangkat kepalanya, menatap sang kekasih yang ternyata juga menatapnya. Kekasihnya itu terlihat menunggu kalimat apa yang akan ia ucapkan selanjutnya.
"Aku tahu kalau aku emang salah. Aku salah dan karena itu aku minta maaf sama kamu, aku benar-benar menyesal. Aku janji nggak akan buat kamu kecewa lagi setelah ini."
Bella menghela napasnya, ia mengedarkan pandangannya pada suasana lorong yang sepi, pandangannya kembali menatap sang kekasih yang masih menatapnya dengan raut menyesal. Sejujurnya Bella memang kecewa, bahkan bisa dikatakan jika ia marah dengan kekasihnya itu perihal masalah kemarin. Tapi ia juga tidak tega melihat Jayden yang terus memasang raut wajah memohon hanya demi mendapatkan maafnya.
"Daripada berjanji, aku lebih suka kalau kamu buktiin perkataan kamu itu."
Raut wajah Jayden perlahan-lahan berseri mendengar perkataan yang keluar dari bibir sang kekasih.
"Apa itu artinya, kamu maafin aku?" tanya Jayden dengan nada pengharapan.
Bella mengangguk kecil sembari mengulas senyum tipis. "Iya, jadi jangan buat aku kecewa lagi. Jangan abaiin aku karena orang lain, aku nggak suka itu," ujarnya dengan suaranya melirih di akhir kalimat.
Benar, Bella memang tidak suka diabaikan oleh Jayden, terlebih lagi dengan Luna sebagai alasannya, Bella tidak menyukainya. Apa ia terdengar egois?
Jayden mengangguk semangat, ia kemudian menarik tubuh Bella kedalam pelukannya. "Tentu aja, aku janji nggak akan buat kamu kecewa lagi setelah ini, aku janji nggak akan abaiin kamu lagi."
Bella terlebih dahulu melepaskan pelukannya. Ia takut ada yang memergoki aksi berpelukannya dengan Jayden, menyadari mereka masih ada di area sekolah.
"Sebagai tanda permintaan maaf, gimana kalau kita pergi kencan malam ini?" tawar Jayden dengan antusias, membuat Bella tersenyum melihat tingkah kekasihnya yang begitu manis.
"Oke, kita pergi nanti malam, kamu yang tentuin tempatnya," ujar Bella tanpa melunturkan senyum di bibirnya.
.
Luna segera pergi dari tempat persembunyian nya setelah merasa Jayden dan Bella menyelesaikan percakapan mereka.
Ya, tanpa sepengetahuan orang lain dirinya mendengar semua percakapan sepasang kekasih itu dari balik dinding yang menghubungkan antara ruang UKS dengan toilet.
Ini bukan hal yang bagus, Luna tidak akan membiarkan mereka melangsungkan acara kencan mereka malam nanti. Benar, setidaknya dia harus melakukan sesuatu.
"Tolong biarin gue jadi orang jahat kali ini. Gue benar-benar nggak mau lo jadi milik orang lain, Jayden. Gue mohon,"gumam Luna.
To Be Continue.
Sorry for typo(s).
Aku nulis apa sih, drama banget kayak sinetron di channel ikan terbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUWET [END]
Fiksi Remaja[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] [BELUM DI REVISI] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka...