11. Menurut pendapat Elga.

37 7 0
                                    

Seorang gadis berusaha mengambil dokumen yang berada di rak paling atas. Sayang sekali, ia tak bisa mengambilnya walau sudah berjinjit sekalipun, ia jadi menerutuki tinggi badannya yang tak seberapa ini.

"Kenapa tinggi banget sih?" keluh gadis tersebut.

Saat akan kembali mencoba, sebuah tangan terlebih dahulu terulur dari arah belakangnya, mengambil dokumen yang sejak tadi ia incar. Dengan gerakan cepat, ia membalikkan badannya guna melihat sosok tersebut.

"Jayden?"

Sosok yang dipanggil hanya melambai kecil lalu menyerahkan dokumen ditangannya pada gadis tersebut, "bukankah harusnya lo bilang makasih, Elga?"

"Oh, iya. Makasih," ujar Elga lalu menerima dokumen tersebut.

"Lo ngapain ada disini?" tanya Jayden.

"Pak Dodik nyuruh gue ngambil dokumen ini, data anggota klub musik," kata Elga sembari mengecek jika yang diambilnya ini bukan dokumen yang salah.

Setelah yakin jika itu adalah dokumen yang tepat, Elga menutupnya lalu menatap Jayden yang masih berdiri didepannya.

"Terus lo? Lo ngapain disini? Bukannya sekarang masih jam pelajaran?"

"Kelas gue lagi jam kosong. Kebetulan banget lo ada disini, Luna bilang dia mau gabung sama klub musik."

Jayden sedikit menggeser tubuhnya ke samping dan memperlihatkan Luna yang berdiri dibalik tubuhnya sejak tadi.

"Luna?" gumam Elga keheranan, ia baru sadar akan keberadaan orang lain di ruangan ini.

"Lo anggota inti klub, kan? Lo tahu nggak dimana letak formulir pendaftarannya?"

Elga menangguk kecil, "gue tahu, tunggu sebentar biar gue ambilin," ujar Elga lalu berjalan ke sudut ruangan dimana ada meja disana, ia mengambil formulir dari dalam laci lalu kembali menghampiri dua orang tersebut.

"Nih, ambil."

Luna menerima selembar kertas formulir pendaftaran yang diberikan Elga padanya.

"Gue bisa pinjam bolpoin nggak?" tanya Luna, ia kemudian menerima bolpoin yang diserahkan Elga juga.

"Bella lagi ada di kelas ya?" tanya Jayden selagi Luna sibuk mengisi formulir pendaftaran.

"Ya iya lah, ini kan masih jam pelajaran," tutur Elga jengah yang dibalas anggukan kecil oleh Jayden.

"Ya udah kali, gue cuma nanya."

Elga menerima formulir pendaftaran yang diberikan Luna padanya, ia mengeceknya lalu mengernyit saat menyadari ada sesuatu yang janggal.

"Lo harus ngisi semuanya, termasuk alasan lo gabung sama klub musik."

"Gue nggak punya alasan khusus buat gabung sama klub musik," kata Luna.

Elga menaikkan kedua alisnya mendengar penuturan gadis didepannya.

"Lo becanda ya? Lo bahkan nggak mahir main alat musik apapun," kata Elga sembari menunjuk formulir ditangannya, "terus tujuan lo gabung sama klub musik apa?" lanjutnya.

"Luna mahir nyanyi, dia bisa nempatin posisi vokal," ujar Jayden berusaha menenangkan Elga yang mulai tersulut emosi, namun nampaknya hal tersebut tak berhasil karena gadis tersebut malah mendecakkan lidahnya.

"Kita nggak butuh banyak anggota vokal. Udah ada gue, Dara sama Manda yang ngisi posisi vokal wanita, bukannya lo harusnya tahu itu Jay?"

Jayden sedikit meringis mendengar semburan emosi Elga yang diluapkan padanya, "gue tahu sih, tapi emangnya kita nggak bisa nambah satu anggota lagi?" tanyanya sedikit ragu.

Elga mendecakan lidahnya sebal, "itu bakalan berubah menjadi tim paduan suara namanya," sarkasnya yang membuat Jayden mati kutu. Sedangkan orang dibicaran hanya menatap keduanya dengan tenang.

"Lo nggak bakalan nyesel deh kalau nerima Luna buat gabung, percaya sama gue."

Elga menatap penuh tanya pada Jayden yang terlihat bersikeras membujuknya untuk menerima Luna, sebenarnya kenapa dia melakukan hal ini?

"Atas dasar apa gue harus percaya sama lo? Lo kan tukang tipu."

Jayden memutar otaknya untuk menemukan jawaban yang tepat, ia lalu menjetikkan jarinya," suara Luna bagus banget, lo bisa duet sama dia kalau nggak percaya."

Elga kemudian menatap Luna yang masih diam ditempatnya. Merasa diperhatikan, Luna pun membuka suaranya.

"Haruskah gue nyayiin satu bait lagu buat lo?" tanya Luna.

"Kalau lo nggak keberatan, gue akan dengerin," ujar Elga lalu menyilangkan kedua lengannya, bersedikap dada.

Luna mengangguk kecil, ia menolehkan kepalanya pada Jayden yang tersenyum menyemangatinya. Ia menarik napasnya untuk bersiap-siap dan mulai menanyikan satu bait lagu.

"¹ Meski bibir ini tak berkata bukan berarti ku tak merasa ada yang berbeda diantara kita. Dan tak mungkin ku melewatkan mu hanya 'karna diriku tak mampu untuk bicara bahwa aku inginkan kau ada dihidupku."

Elga mengakui jika suara Luna memang bagus, tapi ia merasa ada yang aneh disini. Kenapa Luna terus menatap ke arah Jayden ketika bernyanyi? Sedangkan gadis tersebut harusnya menatap dirinya. Elga berpendapat jika Luna sengaja menyampaikan perasaannya pada Jayden lewat lirik lagu yang dinyanyikan nya, tapi sayangnya Jayden tak menyadari hal tersebut.

Terjawab sudah kejanggalan yang ia rasakan pada gadis tersebut selama ini, ia memang tak pernah salah menilai seseorang. Luna menyukai Jayden yang merupakan kekasih Bella, dan ia rasa gadis tersebut akan berusaha memisahkan keduanya.

"Gimana? Sekarang lo percaya sama gue, kan?"

"H-hah?" Lamunan Elga seketika buyar mendengar pertanyaan yang dilontarkan Jayden, "oke, gue akan bicaran sama ketua, nanti gue kabarin lagi," lanjutnya.

Jayden tersenyum puas mendengar perkataan Elga, "nah gitu dong, gue percaya sama lo El."

"Kalau gitu gue pergi sekarang, kelas gue masih ada pembelajaran," ujar Elga yang dibalas anggukan oleh dua orang dihadapannya.

"Iya, lo bisa pergi sekarang," balas Jayden.

"Makasih banyak udah nyempatin waktu buat bantu gue," timpal Luna.

Elga mengangguk kecil, "bukan masalah besar, gue pergi dulu." pamit Elga lalu segera pergi meninggalkan ruang klub musik dan menuju ke kelasnya.

.

"Gue suka sama lo, lo mau nggak jadi pacar gue?"

"Gue suka sama lo, lo mau nggak jadi pacar gue?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue.

Sorry for typo (s).

¹ HIVI! Siapakah Kau 'Tuk Jatuh Cinta Lagi.

RUWET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang