Bella menghentikan gerakan tangannya yang menari diatas buku saat mendengar ponselnya berdering panjang. ia meletakkan bolpoin nya dan tersenyum kecil saat melihat id caller si penelpon, tanpa pikir panjang ia segera mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, Jay?" sapa Bella sesaat setelah panggilan tersambung.
"Kamu punya waktu nggak?" sahut Jayden dari seberang telepon.
Bella menatap jam dinding di kamarnya yang telah menunjukkan pukul 19.23, ia kemudian melirik pekerjaannya lalu berpikir sejenak, sepertinya ia masih punya waktu untuk bertemu dengan Jayden.
"Iya aku punya, kenapa?" tanya Bella kemudian.
"Bisa kita bertemu sebentar? Ada sesuatu yang mau aku bicarain sama kamu."
"Oke, kamu jemput aku atau-"
"Kamu bisa berangkat sendiri?" potong Jayden dengan cepat bahkan sebelum Bella menyelesaikan kalimatnya.
"Aku kirim lokasinya ke kamu sekarang," sambung Jayden.
Bella sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk kecil, meskipun sebenarnya Jayden tak bisa melihatnya.
"Oke, kalau gitu aku tutup dulu teleponnya."
Bella kemudian mematikan panggilan telepon setelah mendapatkan balasan dari Jayden. Kedua sudut bibirnya terangkat, membuat seulas senyum lebar terlukis apik di bibirnya.
Jayden mengajaknya bertemu, mungkin kekasihnya itu ingin membicarakan tentang masalah yang menimpa hubungan mereka akhir-akhir ini, dan dengan begitu mereka bisa kembali seperti semula. Ya, bukankah seharusnya begitu?
.
"A-apa?"
"Kamu dengar itu dengan baik, aku mau kita putus," ujar Jayden tanpa ada raut penyesalan di wajahnya, seolah-olah kalimat yang diucapkannya tak menghancurkan perasaan dari si lawan bicara yang kini menatapnya penuh tanya dengan kedua mata yang siap menjatuhkan likuid nya.
"Tapi, kenapa? Apa aku buat kesalahan? Kalau emang iya, aku minta maaf," kata Bella dengan suara bergetar.
"Kamu nggak buat kesalahan apapun, aku cuma ngerasa kalau hubungan ini nggak bisa dilanjutkan."
"Kamu kan udah janji sama aku, kamu bilang kamu nggak akan ninggalin ku," ujar Bella dengan sedikit terburu, kedua pipinya bahkan sudah basah beranakkan air mata.
"Tapi aku bilang kalau akan ninggalin kamu saat takdir memisahkan kita, dan ini artinya takdir kita cuma sampai disini," ujar Jayden dengan nada dingin, raut wajahnya masih sama, tanpa ekspresi.
Bella menggelengkan kepalanya kuat-kuat, kedua tangannya berusaha meraih lengan Jayden namun sang empu terlebih dahulu menariknya menjauh.
"Enggak. Jay, seenggaknya kasih aku alasan yang logis. Apa... apa aku buat kesalahan? Kalau gitu bilang sama aku, biar aku perbaiki. Tapi jangan kayak gini Jay, aku nggak mau putus sama kamu, aku cinta sama kamu."
Bella kalut, ia benar-benar tidak tahu apa dan dimana letak kesalahannya hingga Jayden ingin mengakhiri hubungan mereka. Apa kesalahan yang ia perbuat begitu besar hingga Jayden tidak bisa memaafkannya? Tapi masalahnya ia tidak merasa membuat kesalahan, tidak bisakah Jayden memberitahunya dan menyelesaikan masalah mereka baik-baik? Karena demi apapun, Bella benar-benar tidak ingin berpisah dengan Jayden.
"Udah aku bilang kalau kamu nggak buat kesalahan apapun," ulang Jayden.
Bella mengacak surai arangnya kasar, kalau memang ia tidak melakukan kesalahan apapun, kenapa Jayden ingin mengakhiri hubungan mereka? Ini semua terasa tidak masuk akal baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUWET [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] [BELUM DI REVISI] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka...