[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH]
[BELUM DI REVISI]
Warning! 18+
Murder scene, strong language.
Harap bijak dalam memilih bacaan
Summary:
Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka yang manis itu...
Bella menggelengkan kepalanya sebagai respon dari pertanyaan tersebut. "Gue nggak tahu," balas Bella ditengah-tengah tangisnya yang tak kunjung mereda.
Pria tersebut menghela napasnya panjang karena gadis disampingnya begitu sulit dimengerti. "Kalau gitu berhenti nangis, lo bikin kita jadi pusat perhatian tahu nggak."
Keduanya sedang duduk di salah satu bangku yang berada di pinggir jalan, tak jauh dari tempat mereka bertabrakan tadi. Pria tersebut menarik Bella ke dalam pelukannya, berniat untuk menenangkan gadis tersebut.
"Kalau lo nggak mau cerita sama gue nggak apa-apa, tapi tolong berhenti nangis. Lo pasti capek nangis terus, apa gara-gara jatuh tadi? Sakit banget ya? Kalau gitu gue minta maaf, jangan nangis lagi ya."
Bella kembali menggelengkan kepalanya, kedua tangannya terulur membalas pelukan dari pria tersebut.
Pria itu hanya diam saat kembali mendapatkan respon tak berarti. Ia membiarkan Bella yang memeluknya, membiarkan gadis itu menumpahkan semua air mata yang tak ia ketahui penyebabnya. Sebelah tangannya terangkat untuk mengelus pelan pucuk kepalanya Bella, memberkan gestur menenangkan.
"Fine, lo bisa nangis sepuasnya." Pria itu akhirnya menyerahkan untuk membujuk Bella.
Cukup lama keduanya dalam posisi seperti itu, sebelum akhirnya Bella melepaskan pelukannya dan menjauhkan tubuhnya. Ia mengusap air mata yang mengalir di kedua pipinya dan menatap pria didepannya yang juga tengah menatapnya.
"Makasih."
Pria itu tak menjawab, hanya terus menatap Bella dengn raut wajah seriusnya. "Lo kenapa sih? Ada masalah apa?"
Bella menggelengkan kepalanya lalu berusaha menampilkan senyum terbaiknya. "Gue nggak kenapa-kenapa kok. Gue baik-baik aja, Gil."
"Kalau lo baik-baik aja, kenapa nangis kayak tadi?" kedua mata Gilang menatap penuh selidik pada gadis tersebut.
Bella sempat diam beberapa saat. Ia bukannya tidak mau bercerita pada Gilang, hanya saja jika ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Ia takut akan terjadi hal-hal yang tidak ia inginkan menyadari jika Gilang dan Jayden adalah teman.
"Gue baik-baik aja, lo nggak perlu khawatir. Cuma, ada sesuatu buruk yang baru aja terjadi," ujar Bella yang berusaha megelak.
"Bisa kita lupain pembicaraan ini? Gue lagi nggak mood bahasnya," tutur Bella yang menghentikan aksi protes yang akan dilayangkan Gilang.
"Ya udah, kalau gitu sekarang lo mau apa? Siapa tahu gue bisa bantu," kata Gilang.
"Kayaknya gue butuh udara segar, bisa kita jalan-jalan sebentar?"
.
Jayden menegakkan tubuhnya saat sebuah motor yang tampak familier berhenti didepannya. Itu adalah motor milik Gilang, dan kekasihnya baru saja turun dari motor tersebut.
"Jayden."
Bella dibuat heran melihat Jayden yang berjongkok di depan gerbang rumahnya. Terlebih lagi kekasihnya itu masih memakai seragam tadi pagi, lengkap dengan tas sekolahnya.
"Sayang, bisa kita bicara sebentar?" tanya Jayden yang terlebih dahulu membuka suara.
"Jay, lo ngapain ada disini? Terus, baju lo kenapa lagi?" tanya Gilang yang merasa heran saat melihat Jayden yang masih mengenakan seragam sekolah.
Bella mengalihkan pandangannya pada Gilang yang masih duduk diatas motornya. "Gilang, lo bisa pulang sekarang," ujarnya.
Gilang mengernyitkan dahinya dari balik helm fullface nya. "Jadi, ceritanya lo ngusir gue?"
"Bukan gitu Gil, sekarang udah larut malam dan-" Bella melirik sekilas kearah sang kekasih yang masih diam ditempatnya. "Ada sesuatu yang harus gue bicarain sama dia," lanjutnya.
Gilang menganggukkan kepalanya mengerti. "Oke, gue ngerti. Selesaiin masalah kalian, gue pulang dulu," pamit Gilang lalu mulai melajukan motornya pergi dari kawasan rumah Bella.
Setelah kepergian Gilang, Bella memutar tubuhnya menghadap sang kekasih yang kini berada tepat didepannya.
"Kali ini apa?" tanya Bella, tak ada nada lembut dan senyuman manis yang ia tampilkan.
"Sayang, bisa kita bicara di-"
"Ini udah larut malam, aku nggak punya banyak waktu karena seseorang udah membuang-buang waktu ku yang berharga," potong Bella dengan cepat.
Jayden mengangguk, ia mengerti jika seseorang yang dimaksud Bella itu adalah dirinya. Maka dari itu ia mengurungkan niatnya untuk berbicara didalam rumah dan memiliki menjelaskan semuanya disini, didepan gerbang dengan angin malam yang terasa menusuk kulitnya.
"Aku tadi ngantar Luna ke Rumah sakit buat check-up. Tapi aku nggak nyangka kalau dia bakal terapi juga, dan aku nggak bisa ninggalin Luna sendirian."
Bella menghela napas kasar mendengar penjelasan sang kekasih, jadi semuanya karena gadis itu lagi?
"Apa kamu sekarang hidup di zaman batu? Kamu bisa telepon aku buat kasih kabar."
"Maafin aku, ponsel aku tadi lowbat dan aku tidak kepikiran buat ngisi daya," tutur Jayden yang membuat raut wajah Bella kian pias.
"Terus? Apa tujuan kamu datang ke sini sekarang?" tanya Bella dengan suaranya yang terkesan dingin.
Mulut Jayden terbuka lalu menutup setelahnya, ia ragu untuk mengatakan kalimat yang akan ia ucapkan.
"Aku minta maaf," ujar Jayden pada akhirnya. Ia menundukkan kepalanya, tak berani menatap wajah sang kekasih.
Bella menatap tak percaya mendengar apa yang diucapkan kekasihnya. Tentu saja maaf, memang apa lagi yang bisa dia ucapkan?
"Maaf? Tadi pagi kamu baru aja minta maaf sama aku, tapi sekarang kamu udah buat kesalahan dan berakhir meminta maaf lagi."
Jayden mengangkat kepalanya mendengar sang kekasih yang mengucapkan kalimat tersebut dengan suara bergetar. Dan benar saja, raut wajah terluka adalah hal pertama kali yang ia lihat.
"Sayang, aku benar-benar menyesal."
Setitik air mata jatuh di pipi Bella yang dengan segera ia hapus. "Kamu udah janji nggak akan buat aku kecewa lagi, tapi ini apa? Kamu ngingkarin janji itu dan kembali minta maaf?"
"Apa aku harus maafin mu lagi, Jay? Pikirin sendiri jawabannya, aku capek," imbuh Bella sebelum akhirnya pergi memasuki rumah, meninggalkan Jayden yang masih berdiri kaku di tempatnya.
"Aku nyesal Bella, aku benar-benar minta maaf," lirih Jayden yang mengiringi langkah cepat kekasihnya yang meninggalkan dirinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.