8. Lunch.

34 7 0
                                    

"Nih, pesenan lo."

Elga datang sembari membawa sebuah nampan berisikan makan siang keduanya, bakso dan lemon ice. Bella yang melihatnya pun berinisiatif membantu Elga meletakkan makanan mereka di meja.

"Makasih."

Keduanya pun menikmati makan siang mereka sembari asik berbincang ringan satu sama lain.

"Ya gara-gara lo juga sih, harusnya lo nggak-"

Perkataan Bella terhenti kala pandangannya berubah gelap seketika, lebih tepatnya seseorang menutup kedua matanya.

"Coba tebak, siapa coba?" ujar si pelaku penutupan mata.

Bella menghembuskan napasnya pelan, tanpa disuruh menebak pun ia sudah tahu pasti siapa pelakunya.

"Jay, kamu kebiasaan deh. Lepas nggak, aku mau makan," tutur Bella bersamaan dengan menjauhnya tangan tersebut. Bella mengerjap kan matanya beberapa kali guna menyesuaikan pandangannya. Setelah pandangannya kembali normal, Bella mendapati sang kekasih beserta kedua temannya telah duduk di meja yang sama dengannya.

"Kok kamu tahu sih?" tanya Jayden dengan nada merajuk yang dibuat-buat.

Bella mendengus kecil melihat tingkah aneh kekasihnya yang mulai kambuh, "emangnya siapa lagi yang iseng disini, selain kamu?"

"Kan ada Cakra."

Mendengar namanya disebut, Cakra langsung menolehkan kepalanya dengan cepat, ia tidak terima dirinya disangkut-pautkan dengan hal yang tidak ada urusannya dengannya.

"Ngapain bawa-bawa gue?" sahut Cakra yang baru saja mendudukkan dirinya di kursi.

"Lo berat, buat apa bawa lo?" balas Jayden sewot, tidak masuk akal memang.

Cakra menggelengkan kepalanya mendengar jawaban tak masuk akal dari Jayden. Ia lantas menepuk pundak Gilang yang duduk dengan tenang di sampingnya.

"Gil, pesenin makanan," perintah Cakra seenaknya.

"Enak aja, kenapa gue? Kenapa nggak lo aja yang"

"Jayden yang bayar, udahlah cepet pergi sana," potong Cakra dengan cepat, kedua tangannya sibuk mendorong Gilang untuk segera bangkit dari duduknya.

"Iya, iya gue pesenin, jangan dorong-dorong!"

Gilang yang tidak memiliki pilihan lain pun akhirnya pergi memesan makanan seperti yang diperintahkan Cakra.

"Kenapa jadi gue yang bayar?" protes Jayden saat Gilang telah pergi memesan makanan untuk mereka.

"Kan lo kemarin bilang mau traktir gue," balas Cakra lalu dengan santainya mengambil lemon ice milik Elga yang bahkan belum tersentuh oleh pemiliknya.

"Hei, itu punya gue!" seru Elga yang tidak terima minumannya dicuri orang lain.

"Berbagi itu indah."

Cakra lalu meletakkan kembali lemon ice tersebut setelah menandaskan hampir separuhnya.

"Indah kepala lo?!" hardik Elga yang tentu saja diabaikan oleh Cakra.

"Tapi itu kan udah beberapa hari lalu," ujar Jayden yang kembali melayangkan protes.

"Tapi gue belum minta traktirannya waktu itu," balas Cakra tak mau kalah.

"Lo itu lebih kaya dari gue, lo bahkan bisa beli semua makanan yang ada disini, tapi kenapa lo malah mlorotin gue?" cecar Jayden bersungut-sungut.

Ayah Cakra adalah seorang direktur yang bergerak di bidang otomotif dan ibunya memiliki bisnis catering yang memiliki cabang dimana-mana, bisa bayangkan seberapa kayanya Cakra?

RUWET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang