[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH]
[BELUM DI REVISI]
Warning! 18+
Murder scene, strong language.
Harap bijak dalam memilih bacaan
Summary:
Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka yang manis itu...
Bella duduk di meja yang terletak di sudut cafe, segelas jus persik yang menemaninya selama dua jam ke belakang telah tandas. Jari tangannya mengetuk meja dengan perasaan risau, sedangkan sebelahnya lagi memegang ponsel yang ia letakkan pada telinganya.
Helaan napas kembali keluar dari belah bibir tipis Bella untuk kesekian kalinya.
"Please Jay, jangan bikin aku kecewa lagi."
Jemarinya kembali bergerak lincah pada layar ponselnya. Kembali mendial nomor yang sama, harap-harap kekasihnya itu mengangkat panggilannya.
'Maaf, nomor yang anda tuju sedang sibuk. Silahkan-"
Bella memencet tombol merah pada ponselnya saat suara operator kembali terdengar untuk kesekian kalinya. Ia meletakkan benda tak bersalah tersebut pada meja dengan sedikit bantingan, pelampiasan atas perasaan kecewanya.
"Kamu ngelakuin ini lagi Jay, kamu buat aku kecewa lagi. Kamu ngingkarin janji yang kamu buat sendiri," monolog Bella.
Bella memejamkan matanya sejenak guna menetralkan perasaan antara marah, sedih dan kecewa yang bercampur menjadi satu di hatinya. Ia merasa seperti orang bodoh karena duduk sendirian disini selama dua jam terakhir. Berbagai macam tatapan yang orang lemparkan padanya ia abaikan, ia bahkan rela menanggung rasa malu demi menunggu sang kekasih.
Namun sayang, sepertinya orang yang ia tunggu melupakan janjinya, membiarkan dirinya menunggu tanpa memberikan kabar sama sekali.
"Maaf kak, apa anda ingin memesan sesuatu lagi?" seorang pelayanan perempuan menghampiri Bella dengan membawa buku pesanan di tangannya.
Bella menggelengkan kepalanya sebagai balasan. "Tolong beri saya bill nya."
Ia tidak ingin dianggap bodoh karena duduk sendirian disini lebih lama lagi. Maka dari itu setelah membayar pesanannya, Bella segera melangkahkan kakinya pergi dari cafe dengan perasaan berkecamuk.
.
Bella berjalan dengan kepala tertunduk, membiarkan kedua kakinya menuntunnya tanpa arah. Entah sudah berapa lama ia terus berjalan tanpa tujuan yang jelas, yang pasti itu sangat lama karena kakinya mulai terasa sakit.
Karena terus berjalan dengan kepala tertunduk, Bella tanpa sadar menabrak seseorang hingga tubuhnya hilang keseimbangan dan berakhir jatuh di atas trotoar.
"Akh!" pekik Bella pelan bersamaan dengan air mata yang turun melalui pelupuk matanya menuju ke pipi.
Tangisannya semakin lama semakin menjadi, entah karena rasa sakit sebab bokongnya bertabrakan langsung dengan tanah atau sebab rasa sakit yang mendera di hatinya.
Sosok yang ditabrak Bella tadi berdiri dengan tatapan bingung. Apakah terjatuh rasanya sangat sakit hingga gadis didepannya ini menangis begitu hebatnya.
.
Jayden membuka pintu cafe dengan terburu-buru hingga membuat banyak pasang mata tertuju padanya, mungkin terlihat aneh karena dirinya masih memakai seragam sekolah malam-malam.
Kedua matanya berpendar pada sekeliling cafe, mencari sosok terkasih yang mungkin menunggunya di tempat ini. Namun nihil, sosok yang dicarinya tidak ada ditempat yang sama dengannya.
Seorang pelayan perempuan menghampiri Jayden yang terlihat kebingungan.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayanan tersebut.
"Ya, lo lihat pacar gue nggak?"
Pelayan itu mengernyitkan keningnya mendengar penuturan pria asing tersebut. Bagaimana ia bisa tahu rupa kekasihnya itu?
"Oh, maksudku, apa kamu lihat gadis yang tingginya sekitar 164 cm, kulitnya putih dan rambutnya diikat kuda. Kamu mungkin lihat, kayaknya dia ada disini tadi," papar Jayden yang menjelaskan ciri-ciri sang kekasih.
Pelayan tersebut berpikir sejenak, mencoba mengingat sosok yang mungkin ia lihat sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan pria didepannya.
"Ah... Iya saya lihat dia tadi."
"Oh ya?" tanya Jayden dengan semangat.
"Ya, dia ada disini sendiri sekitar dua jam lebih. Tapi dia baru aja pergi beberapa waktu yang lalu."
Jayden mendesah panjang, ia merasa kecewa pada dirinya sendiri karena telah membuat Bella menunggunya begitu lama.
"Maaf, jadi dia pacar kamu?"
Jayden menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan dari pelayanan tersebut. "Iya, ada apa?"
"Nggak. Tapi, saat pergi tadi wajahnya kelihatan sangat sedih. Maaf, tapi sepertinya kamu udah buat dia kecewa," tutur pelayan tersebut dengan nada hati-hati.
Jayden mengangguk kecil, menyetujui apa yang dikatakan pelayan tersebut. "Benar, aku udah buat dia kecewa lagi."
Jayden membalikan badannya kemudian melangkahkan kakinya dengan terburu-buru keluar dari cafe.
Jayden dengan cepat menyalakan mesin motornya dan mengendarainya dengan kecepatan gila.
Tujuannya hanya satu, rumah Bella.
Dalam perjalanan ia menerutuki dirinya yang malah menunggu Luna yang sedang melakukan terapi ketimbang menepati janjinya untuk berkencan dengan sang kekasih.
Ia juga tidak bisa menghubungi Bella karena ponselnya lowbat, dan entah kenapa dia sangat bodoh karena tidak memiliki pikiran untuk mencharger ponselnya saat di rumah sakit tadi.
"Bodoh Jayden! Lo benar-benar bodoh!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.