14. Bukti kecil

24 7 0
                                    

"Gue rasa mulai sekarang lo harus hati-hati deh sama Luna."

Bella melirik Elga yang menatapnya dengan raut serius, ia kemudian menghembuskan napasnya perlahan, “dia lagi? Sekarang apa? Kenapa gue harus hati-hati sama dia?"

"Minggu lalu dia daftar jadi anggota klub musik, tapi anehnya dia bilang kalau dia nggak punya alasan khusus buat gabung. Lo tahu? Entah perasaan gue aja atau gimana, tapi gue ngerasa kalau Luna berusaha buat selalu ada di dekat Jayden," papar Elga, ia berusaha berbagi pemikiran dengan Bella.

"El, gue rasa lo terlalu berlebihan ngomong kayak gitu itu. Jayden sama Luna dekat karena mereka udah temenan dari SMP, ditambah lagi sama penyakit yang pernah diderita Luna yang buat dia makin dekat sama Jayden," jelas Bella, ia tidak ingin temannya berburuk sangka terhadap orang lain.

Elga mengerucutkan bibirnya tak suka dengan pemikiran Bella tersebut, padahal menurutnya Luna memang berusaha selalu berada didekat Jayden tapi kenapa temannya ini tidak menyadarinya? Dia terlalu berpikir positif.

"Jadi menurut lo gitu?"

Bella mengaggukkan kepalanya yakin, “emang seharusnya kayak itu. Udahlah, lupain aja pemikiran lo itu, lebih baik kita pergi ke–"

"BA!!!"

Tiba-tiba Jayden datang dari arah depan, membuat Bella dan Elga memekik terkejut. Astaga, Elga bahkan hampir saja menyuarakan umpatan.

"Apa lo udah gila sekarang?! Lo hampir buat gue kena serangan jantung, tolol!" seru Elga yang mengutakan kekesalannya.

Sedangkan si pelaku malah tertawa terbahak-bahak karena berhasil mengejutkan targetnya, “oh, ya?" tanyanya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

"Lo ketawa? Apa menurut lo ini lucu, hah?"

Elga mengulurkan kedua tangannya untuk menjambak surai Jayden, namun pria itu malah bersembunyi dibalik tubuh Bella untuk menghindari serangannya.

"Lo kelihatan kayak nenek lampir kalau marah kayak gini," celetuk Jayden yang semakin menyulut emosi Elga.

"Nenek lampir?" beo Elga.

Gadis itu kemudian melepas sebelah sepatunya dan mengarahkannya pada Jayden, “benar, gue ini nenek lampir. Kalau gitu makan sepatu ini biar lo keracunan dan mati!" seru Elga yang berusaha menggapai Jayden yang terus memutari tubuh Bella.

Bella merasa pusing karena tubuhnya yang digunakan sebagai benteng oleh dua orang tersebut, belum lagi teriakan mereka yang terus bersahutan membuat telinganya pengang.

"Hei, udah-udah. Kalian berdua kayak anak kecil tahu nggak," ujar Bella yang menengahi keduanya.

"Dia dulu yang mulai," tuduh Jayden sembari menunjuk Elga yang semakin berang dibuatnya.

"Lo bilang apa?!" seru Elga yang tidak terima disalahkan.

"Hei, stop! Gue bilang berhenti. Jay, berhenti!" seru Bella yang menghentikan Jayden yang terus melewek pada Elga, tidak kah dia melihat dua tanduk iblis yang mulai keluar di kepala Elga? Gadis itu terlihat akan meledak sebentar lagi.

Jayden mengendikkan bahunya, “aku nggak ngapa-ngapain kok sayang," ujar Jayden sembari memasang wajah polosnya.

"Lo! Dasar iblis sialan, anak–"

Bella segera membekap mulut Elga yang hendak menyuarakan segala umpatannya.

"Sekarang bilang, kenapa kamu ada disini?" tanya Bella, ia melepaskan bekapannya saat merasa Elga sudah mulai kehabisan napas.

"Lo diam," peringat Bella sembari menunjuk Elga yang hendak menyuarakan protes.

"Aku kangen sama kamu," balas Jayden yang kemudian memasang senyum lebarnya yang terlihat bodoh dimata Elga.

Bella merotasikan kedua matanya, “kamu kan bisa nunggu aku di parkiran. Jadi sekarang bilang, kenapa kamu kesini?"

"Ya karena itu aku datang ke sni, aku mau bilang kalau kita nggak bisa pulang bareng," tutur Jayden.

Bella memasang raut wajah herannya, tumben sekali Jayden mau untuk tidak pulang bersama. Biasanya kekasihnya itu akan memaksanya pulang bersama bagaimanapun kondisinya.

"Kenapa?"

"Aku harus ngantarin Luna pulang, supirnya lagi nggak bisa jemput dia," jelas Jayden.

"Boleh kan?" tanya Jayden karena kekasihnya itu tak kunjung memberikan jawaban.

Bella tersenyum kecil kemudian menjawab “tentu aja, kamu bisa ngantar Luna pulang."

"Aku tahu kalau kamu pasti ngerti. Kamu tenang aja, aku udah minta tolong sama Gilang buat ngantar kamu pulang."

"Iya, makasih."

Jayden mengusak pelan surai legam sang kekasih, “ya udah, aku pergi dulu. Bye sayang, dan bye nenek lampir," ujar Jayden lalu segera berlari dengan kecang karena Elga sudah kembali mengangkat sepatunya.

"Dasar sialan!"

Elga menghembuskan napasnya kasar, ia kemudian memakai kembali sepatunya sebelum menatap Bella.

"Lo udah lihat bukti kecil di depan mata lo sendiri. Jadi, haruskah kita lupain perkataan gue tadi, Bella?"

 Jadi, haruskah kita lupain perkataan gue tadi, Bella?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue.

Sorry for typo(s).

RUWET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang