“Mau terbang,” kata Bella yang membuat Jayden melebarkan kedua netranya.
"Jay, mau terbang pakai karpetnya Aladin." ulang Bella, kedua matanya mulai mengeluarkan air mata karena sang kekasih tak kunjung menuruti keinginannya.
Jayden menghela napas berat, ia tak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan aneh kekasihnya tersebut. Ia beranjak dari tempat tidur dan mengulurkan kedua tangannya.
"Ya udah, ayo terbang, sini."
Jayden meletakkan kedua tangannya pada bawah ketiak Bella dan mengangkat tubuh sang kekasih agar berada dalam pelukannya.
"Gimana? Udah terbang?" tanya Jayden sembari menyamankan posisi Bella dalam gendongan koalanya.
Bella mengangguk kecil, kedua tangannya mengalung di leher Jayden, "tapi nanti Jasmine gimana?"
"Jasmine biar jalan kaki sama Aladin," ucap Jayden asal. Sekarang ia tahu, yang perlu ia lakukan hanyalah meladeni apa yang Bella inginkan dan katakan maka kekasihnya ini akan diam dengan sendirinya.
"Jay," panggil Bella untuk kesekian kalinya.
"Hm?"
"Aku mau jalan-jalan."
"Iya, nanti kalau kamu udah sembuh kita jalan-jalan ke kebun binatang."
"Nggak mau ke kebun binatang, nanti malah ketemu kembaran kamu," kata Bella dengan nada merajuk.
"Kembaran aku?" tanya Jayden keheranan.
Bell mengangguk, "monyet."
Jayden menatap sangsi sang kekasih lalu kembali menghela napas, "terus mau jalan-jalan kemana?"
Bella meletakkan jari telunjuknya pada dagu lalu tersenyum kecil, "ke bulan," ujarnya enteng, "aku mau ke bulan naik becak, boleh kan Jay?" sambungnya.
Jayden menimang kecil sang kekasih dalam pelukannya, "boleh, nanti kita berangkat naik becak."
Bella tersenyum manis lalu berseru tak lama kemudian, "aku nggak jadi naik becak deh, mau naik Dokar aja. Tapi kamu jadi kudanya ya."
Jayden menghentikan timangannya dan menatap sang kekasih yang kini memasang senyum manisnya, "aku jadi kudanya?"
"Iya, kamu mau kan Jay?"
Jayden berdehem kecil lalu mengangguk pasrah, "iya, aku mau jadi kudanya. Tapi sekarang kamu tidur dulu, ya."
Sungguh, Jayden sudah tak memiliki tenaga lagi untuk meladeni pembicaraan aneh sang kekasih.
"Nyanyiin," pinta Bella sembari menenggelamkan wajahnya pada leher sang kekasih.
"Nina Bobo, oh Nina Bobo. Kalau ti–"
"Nggak mau lagu Nina Bobo," potong Bella dengan cepat.
"Terus mau lagu apa?"
"Lingsir wengi."
Entah sudah keberapa kali Jayden menghela napas, ia tidak menghitungnya. Yang ia lakukan hanya menuruti keinginan kekasihnya tersebut, begitu juga dengan sekarang, ia menuruti keinginan Bella dengan menyanyikan lagu Lingsir wengi.
Ngomong-ngomong, kenapa sekarang bulu kuduk Jayden meremang?
.
Jayden merebahkan tubuh Bella diatas kasur dengan sangat hati-hati, takut-takut kekasih tersebut akan terbangun dari tidurnya dan kembali berulah.
Jayden merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku karena menggendong Bella dalam waktu yang cukup lama. Ia baru tahu jika Bella menjadi sangat merepotkan jika sedang sakit, kekasihnya itu memang jarang sakit tapi sekalinya sakit sangat menyeramkan.
Jayden membenarkan letak selimut sang kekasih lalu berjalan mengelilingi kamar bernuansa abu-abu itu, warna favorit sang kekasih yang entah kenapa sangat berbanding terbalik dengan kepribadian nya yang manis.
Senyumnya terlukis kala melihat foto-foto yang terpajang rapi di dinding kamar dan meja belajar. Jayden melangkahkan kakinya mendekati kaca rias saat melihat salah satu foto yang menarik perhatiannya.
Kedua matanya mengamati foto tersebut, senyum yang terulas di bibir perlahan luntur dan digantikan dengan segaris lurus.
Jayden menolehkan kepalanya menatap sang kekasih yang kini terlelap dalam mimpi. Cukup lama ia memandangi kekasihnya, ia kemudian menyambar tas sekolahnya dan melangkahkan kakinya dengan cepat keluar dari kamar Bella.
To Be Continue.
Sorry for typo(s).
Ehe.
![](https://img.wattpad.com/cover/247997831-288-k680824.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUWET [END]
Novela Juvenil[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] [BELUM DI REVISI] Warning! 18+ Murder scene, strong language. Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka yang manis itu...