Kalau boleh jujur, sebenarnya Bella merasa bangga dan sedih sekaligus. Selama seminggu ini ia telah berhasil menghindari Gilang, begitupula dengan Jayden yang selalu berhasil menghindarinya. Entahlah, kepalanya pening, ia merasa seperti buronan dan polisi dalam waktu bersamaan.
Bella tahu jika dirinya tidak seharusnya seperti ini, ia berusaha mengejar Jayden untuk meyelesaikan masalah yang menimpa mereka namun berusaha menghindrari Gilang seoah-olah masalah yang ada diantara mereka tidaklah penting.
"Aku pulang."
Bella melangkahkan kakinya dengan lunglai memasuki rumah, ia tidak memiliki tenaga lagi untuk melakukan aktivitas lain. Seluruh tenanganya telah habis untuk memikirkan masalahnya yang tak kunjung usai namun malah bertambah runyam. Yang ia inginkan hanya satu, masuk ke kamarnya dan segera menuju alam mimpi, satu-satunya tempat dimana ia tidak harus memikirkan masalahnya.
Langkah kakinya terhenti saat indra penciumannya menangkap aroma lezat yang menggugah selera. Tanpa sadar kakinya melangkah dengan sendirinya mengikuti aroma tersebut yang ternyata berasal dari dapur, tepatnya pada sang bibi yang sibuk berkutat dengan masakannya.
"Loh, nak Bella baru pulang?” tanya sang bibi yang menyadari kehadiran orang lain tepat di sampingnya.
“Iya bi, ada rapat sama anggota ekstra tadi,” balas Bella singkat. Ia melangkahkan kakinya menuju lemari pendingin untuk mengambil air mineral.
"Oh, gitu."
Bella mengeryitkan dahinya saat melihat banyaknya makanan yang tersaji di meja makan. Terlalu banyak jika sekedar orang satu rumah yang memakannya, “tumben banget bibi masak banyak, emangnya ada acara apa?"
Wanita paruh baya itu menoleh ke arah majikan mudanya, “tuan bilang ada tamu spesial yang mau datang buat makan malam disini nanti.”
Kerutan di dahi Bella semakin dalam mendengar penuturan sang bibi, tamu spesial? Siapa? Kenapa ia tidak mengetahuinya? "tamu spesial, siapa?"
"Kalau itu bibi juga kurang tahu nak Bella," balas sang bibi disertai dengan senyum kikuk. Ia memang tidak mengetahui siapa tamu spesial yang tuan besarnya maksud, ia hanya diberi perintah untuk memasak makanan yang banyak, hanya itu.
"Papa ada dimana?" tanya Bella.
"Tuan ada di ruang kerjanya.”
"Oh, ya udah. Kalau gitu Bella pergi dulu ya, bi."
"Iya nak Bella."
Setelah mendapatkan balasan dari wanita paruh baya itu, bella kemudian berjalan menuju ruang kerja sang papa yang berada di lantai atas.
Bella mengetuk pintu bercat putih didepannya beberapa kali namun tak kunjung mendapatkan jawaban. Ia kemudian berinisiatif membuka pintu tersebut dan meyembulkan kepalanya dari cela kecil pintu.
"Hai," sapa Indra sembari memasang senyum kecil saat menyadari kehadiran sang anak.
"Hai, boleh aku masuk?"
Indra mengangguk kecil sebagai balasan, “masuk aja.”
Bella melangkahkan kakinya memasuki ruangan yang didominasi warna cokelat tua tersebut, ia kemudian mendudukkan dirinya disalah satu sofa berwarna hitam sudut ruangan.
"Gimana harimu pa?"
Indra ikut mendudukkan dirinya disamping sang anak, kepalanya mengngguk kecil, “semuanya berjalan baik, gimana sama kamu?"
"Baik juga,” balas Bella diiringi dengan seyuman kecil.
"Ada apa? Tumben banget datang ke ruangan papa,” ujar Indra yang merasa keheranan dengan kehadiran sang anak di ruangan kerjanya.
"Bibi masak banyak banget, katanya ada tamu spesial yang datang nanti malam. Emangnya benar?" tanya Bella yang dibalas anggukan kecil oleh sang papa, dahinya kembali mengerut.
"Benar."
"Siapa? Kok aku nggak tahu?"
"Kamu pasti tahu nanti," balas Indra singkat yang membuat Bella menaruh rasa curiga pada sang papa.
"Apaan? Papa main rahasia-rahasiaan sama aku?"
Indra tertawa kecil melihat raut penuh selidik yang ditujukan sang anak padanya, "papa nggak nyembunyiin apapun sama kamu, papa cuma nunggu waktu yang tepat buat kasih tahu kamu."
Bella mendesis kecil, kedua netranya menyipit, rasa curinganya semakin menjadi-jadi. Apa maksudnya menunggu waktu yang tepat untuk memberitahunya? Papanya itu pasti menyembunyikan sesuatu darinya.
“Mencurigakan banget.”
Indra mengusak pelan surai arang Bella, "papa nggak nyembunyiin apapun dari kamu, sayang. Serius."
"Terus ini apa?"
"Sekarang lebih baik kamu mandi dan istirahat dulu. Biar bibi yang manggil kamu waktu jam makan malam nanti. Papa mau ngenalin kamu sama seseorang,” lanjut Indra yang mengabaikan raut wajah penuh selidik sang anak.
Bella menghembuskan napas kecil lalu menangguk kecil, ia tak memiliki pilihan lain selain menuruti perkataan sang papa, "hm, oke."
"Jangan lupa dandan cantik nanti," tutur Indra yang kembai dibalas anggukan oleh anaknya.
"Iya, kalau gitu aku keluardulu."
To Be Continue.
Sorry for typo(s).

KAMU SEDANG MEMBACA
RUWET [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] [BELUM DI REVISI] Warning! 18+ Murder scene, strong language. Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka yang manis itu...