"Gue suka sama lo, lo mau nggak jadi pacar gue?"
Cakra mengurungkan niatnya hendak keluar dari bilik toilet dan memilih untuk menguping pembicaraan lebih lanjut.
"Biar gue tebak."
"Sorry, tapi gue punya orang lain yang gue suka."
Cakra menahan tawanya yang hampir meledak sebab apa yang ia gumamkan sama dengan yang dikatakan Gilang, “seperti biasa, masih aja bodoh," ejek Cakra.
"Oh ya? Siapa orangna?" tanya Kinar, gadis yang baru saja menyatakan perasaannya pada Gilang.
Gilang baru saja membuka mulut hendak menjawab pertanyaan tersebut, namun terlebih dahulu disela.
"Apa dia cewek yang sering sama lo itu? Bella? Tapi, bukannya dia pacar sahabat lo sendiri, Jayden?"
Gilang hanya menatap datar mendengar penuturan gadis didepannya itu.
"Benar kan? Gue jadi penasaran, gimana reaksi Jayden pas dia tahu kalau sahabatnya sendiri suka sama pacarnya," lanjut Kinar diiringi dengan senyuman miring di bibirnya.
"Katakan, apa tujuan lo bicara kayak gini?" tanya Gilang yang membuat senyuman Jihan semakin melebar.
"Simpel aja, gue pengen lo jadi pacar gue dan dengan begitu gue akan tutup mulut perkara lo yang suka sama Bella.”
"Terus, kalau gue nolak gimana?"
Kinar mengendikkan bahunya tak acuh lalu bersedikap dada, “maka gue bakal nyebarin berita ini ke seluruh penjuru sekolah. Berita dengan tagline ‘Gilang Arkatama sang ketua taekwondo menyukai kekasih sahabatnya sendiri’ dicetak dengan font besar dan dipasang di mading utama sekolah, gue yakin itu akan jadi top news di kalangan siswa bahkan dalam hitungan menit."
Gadis tersebut menghentikan perkataannya lalu menatap Gilang, “lo nggak mau pertemanan kalian rusak gitu aja bukan?" lanjutnya.
Gilang terkekeh kecil mendengar perkataan sok tahu dari Kinar, gadis itu bertingkah seolah-olah dirinya telah berhasil membuatnya bertekuk lutut dengan ancamannya.
Kinar mengerutkan keningnya bingung melihat Gilang yang tertawa kecil, “kenapa lo ketawa?" tanyanya sarat akan kebingungan.
"Gue nggak peduli sama apa yang lo bicarain tadi, pergi dari sini.” usir Gilang terang-terangan.
Kinar membulatkan kedua matanya lebar-lebar, ia benar-benar terkejut, “a-apa, apa lo nggak takut? Gue bisa nyebarin berita itu sekarang juga kalau–"
"Udah gue bilang, gue nggak peduli! Gue bisa ngurus masalah gue sendiri, jadi lo nggak perlu ikut campur. Hiduplah seperti manusia, ngerti?" potong Gilang dengan nada tajam, membuat Kinar tak bisa membuka mulutnya.
"Sekarang lebih baik lo pergi dari sini, atau lo mau gue laporin ke kesiswaan karena udah masuk ke kamar mandi cowok? Lo mau dapat predikat cewek mesum?"
"Gilang, tapi–"
"Gue bilang keluar!" seru Gilang yang membuat Kinar terlonjak di tempatnya berdiri.
"Satu lagi, jangan pernah sekali-kali muncul di hadapan gue lagi kalau lo nggak mau nyesel." Desis Gilang tepat di samping telinga gadis didepannya.
Kinar dibuat merinding mendengar bisikan Gilang disamping telinga nya. Ia tidak pernah menduga jika Gilang akan melakukan hal ini, semuanya tidak ada dalam skenario rencananya!
"Lo tuli, nona? Atau gue perlu nyeret lo buat keluar dari sini?"
Kinar menggelengkan kepalanya patah-patah “eng-enggak gue, gue keluar sekarang," ujarnya tergagap lalu dengan segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi dengan cepat.
Gilang menghembuskan napasnya sedikit kuat, ia berjalan ke wastafel dan membasuh wajahnya dengan air dingin guna meredam emosi.
"Shit!"
Tubuh Gilang terlonjak kala melihat bayangan lain dari cermin, sosok tersebut tengah memasang senyum bodoh ke arahnya.
"Lo keren banget tadi," puji Cakra yang menyandarkan punggungnya pada dinding.
"Sejak kapan lo ada disini? Bukannya lo ada di kantin tadi?" tanya Gilang sembari membalikkan badannya menghadap temannya.
"Emangnya kenapa? Dan well, gue ada disini sejak cewek itu nyatain perasaannya ke lo," tutur Cakra yang membuat Gilang berdecih pelan.
"Jadi lo nguping?"
"Sebenarnya gue nggak ada niatan buat nguping sih, tapi pembicaraan kalian terlalu menarik untuk dilewatkan," balas Cakra dengan memasang wajah tanpa dosanya yang terlihat menggelikan di mata Gilang.
"Udahlah, ayo balik ke kantin,” ajak Gilang.
"Menurut lo, gimana sama Luna?"
Gilang mengurungkan langkahnya mendengar pertanyaan random yang dilontarkan Cakra, “kenapa tiba-tiba bahas anak baru itu?" tanyanya keheran.
Cakra menegakkan tubuhnya dan berjalan mendekati Gilang, “lo ngerasa nggak sih kalau dia lengket banget sama Jayden?"
"Bukannya itu wajar? Jayden satu-satunya orang yang dekat sama dia di sekolah, terlebih lagi karena fobia sosialnya itu."
"Itu berubah jadi nggak wajar karena Luna nggak biarin Jayden menjauh dari jangkauannya, barang sedetik pun."
Gilang mendesis pelan guna mencerna maksud perkataan Cakra.
"Lo bego banget sampai nggak sadar. Contohnya tadi pas kita ngajak Jay ke kantin, mulut Luna bilang kalau Jay bisa pergi sama kita tapi matanya bilang untuk nggak ninggalin dia," jelas Cakra panjang lebar.
"Terus? Apa tujuan lo bicarain ini sama gue?" tanya Gilang to the point.
Cakra mengendikan bahunya singkat, “nggak ada sih, cuma pengen kasih tahu lo aja."
"Itu nggak akan jadi masalah besar buat gue selagi Jayden nggak nyampakin Bella," tukas Gilang.
Cakra diam beberapa saat, kedua matanya menatap lamat-lamat Gilang, “sampai kapan lo mau ngalah terus, Gil? Bukannya itu menyakitkan?"
To Be Continue.
Sorry for typo(s).
KAMU SEDANG MEMBACA
RUWET [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] [BELUM DI REVISI] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka...