60. A long time ago.

19 4 0
                                    

Gilang membuka pintu rooftop menggunakan kakainya hingga menimbulkan suara bedebum yang cukup kuat. Melangkahkan kakinya masuk, mengabaikan tatapan dari orang dua yang berada disana.

"Lo datang?" ujar salah satu dari mereka.

Gilang mendengus kecil, ia memasukkan kedua telapak tangannya pada saku celana. Kedua matanya memicing tajam dan memilih untuk mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan pria tersebut.

"Gue nggak punya banyak waktu buat ngeladenin orang kayak lo. Cepat ngomong, apa yang mau lo bicarain sama gue?"

"Tenang-tenang, jangan emosi dulu. Kita bisa bicarain ini baik-baik." Cakra angkat bicara saat menyadari atmosfer disekitar mereka mulai memanas, dan dua orang dihadapannya ini adalah pelakunya.

Gilang mengangkat bahunya tak acuh lalu kembali membuka suara, tatapannya tertuju pada Jayden, "terserah, lebih baik kasih tahu ke gue sekarang."

Terjadi keheningan cukup lama yang terjadi diantara mereka. Jayden masih senantiasa menutup mulutnya, Gilang menunggu Jayden untuk membuka suara, sedangkan Cakra duduk di pagar pembatas dengan kedua mata yang mengamati keduanya.

Melihat Jayden yang hanya diam tanpa ada niatan untuuk membuka suara membuat Gilang mendengus kesal, ia merasa dipermainkan oleh pria itu.

"Kalau emang ngak ada yang penting, lebih baik gue pergi dari sini."

Baru saja Gilang membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi, Jayden berseru sedikit kuat hingga membuatnya berhenti melangkah dengan tubuh yang menegang.

"Nyokap gue bakalan nikah sama bokapnya Bella, maka dari itu gue terpaksa lepasin Bella!"

Gilang membalikkan tubuhnya dengan gerakan patah-patah. Ia menatap penuh tanya pada pria yang kini berjalan mendekat ke arahnya dengan bibir yang menyunggingkan senyum kecil di wajah penuh lebamnya.

"Sorry karena gue nggak bisa nepatin janji gue sama lo dulu," ujar Jayden kala dirinya berada tepat didepan Gilang yang menatap kosong ke arahnya.

Jayden menarik nafas panjang lalu kembali membuka suara, "gue juga terpaksa ngelakuin hal nyakitin ke Bella supaya dia benci sama gue dan akhirnya dia bisa lepasin gue dengan mudah. Tapi ternyata Bella nggak semudah itu, dia terlalu keras kepala dan yeah... Semuanya jadi kayak gini."

Terjadi keheningan cukup lama diantara mereka. Jayden memutuskan untuk kembali membuka suara, ia mengangkat sebelah tangannya dan menepuk kecil pundak Gilang, membuat pria itu tersadar dari lamunannya, "tolong jaga Bella. Karena setelah ini gue nggak bisa jaga dia lagi, bahkan sebagai seorang saudara."

Kening Gilang berkerut mendengar peuturan Jayden, "maksud lo?" tanyanya tak mengerti.

Jayden kembali menyunggingkan senyum kecil, "gue udah mutusin buat ngambil beasiswa itu, Gil"

"Jadi, itu artinya..."

"Iya, gue akan lanjutin pendidikkan gue di New York," tutur Jayden tanpa melunturkan senyum di bibirnya, mengabaikan raut wajah terkejut Gilang.

"Jay, lo jangan main-main. Katanya lo nggak minat sama beasiswa itu," kata Gilang sembari mendorong kecil pundak Jayden.

"Gue serius Gil. Maaf ya karena gue nggak bisa nepatin perjanjian kita waktu itu, gue nggak berhasil bikin Bella selalu bahagia di sisi gue."

Gilang hanya mampu mengatupkan bibirnya, tak tahu harus memberikan respon seperti apa.

"Maka dari itu, kejar cinta lo sekarang. Gue restuin kalian berdua, jangan biarin hati lo sakit lagi dan juga-"

"Tolong sembuhin luka Bella. Jangan sakitin Bella kaya apa yang gue lakuin ke dia," lanjut Jayden. Senyumnya kian bertambah lebar, ia mengabaikan rasa sakit yang mulai menggerogoti di hatinya.

Cakra mengalihkan pandangannya ke bawah, menatap kerumunan siswa yang tengah berolah raga di lapangan. Diam-diam ia menghela napasnya. Nasib cinta mereka, kenapa jadi seperti ini?

Apakah... Apakah cinta memang serumit ini?

Gilang mengacak surainya kasar bahkan tak segan-segan menjambaknya. Kepalanya terlalu pusing memikirkan kejadian yang terus berputar diotaknya selama dua minggu ini. Ia memijat kedua matanya dan mendesah panjang, apa yang harus ia lakukan setelah ini?

Entahlah, otaknya buntu memikirkannya.

"Sial, gue harus gimana sekarang?"

To Be Cotinue.

Sorry for typo(s).

RUWET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang