"Aku tahu mencintaimu pasti berakhir menyakitkan.
Aku sudah mempersiapkan diri, tapi memang pada dasarnya aku tidak pernah siap dengan rasa sakit."_Gilang Arkatama_
"Aw, sakit..."
Gilang meringis kesakitan saat sebuah kapas yang telah dilumuri alkohol menyapu lebam di sudut matanya, "pelan-pelan dong ngobatinnya, sakit,” ujarnya kemudian
Bella menghembuskan napasnya kasar lalu menuruti perkataan pria tersebut, padahal ia sudah mengobatinya sangat pelan tapi masih terasa sakit?
"Salah sendiri, kenapa malah berantem? Emangnya lo itu jagoan?"
Bella dengan sengaja menekan sedikit kuat luka Gilang yang membuat suara teriakan pria tersebut terdengar bersahutan dengan tindakan tak manusiawinya. Masa bodoh sakit atau tidak, ia perlu menyalurkan kekesalannya pada teman sok jagoannya ini.
"Gue ngelakuin itu buat ngebela lo."
Bella sedikit tertegun mendengarnya, tanpa sadar ia menghentikan gerakannya mengobati luka Gilang yang membuat pria itu menatap kearahnya.
"Harusnya lo nggak perlu ngelakuin itu," lirih Bella sembari menundukkan kepalanya. Ia merasa bersalah karena menjadi biang dari perkelahian antara dua sahabat itu.
Gilang mengernyitkan dahinya tak suka mendengar perkataan Bella, "nggak perlu? Jelas gue perlu perlu. Dia udah hina lo dan nyampakin lo gitu aja kayak sampah, dan apa yang lo harapin dari gue? Lo minta gue buat diam aja? Emangnya itu masuk akal?!" ujarnya yang tanpa sadar menaikkan nada bicaranya.
"Tapi sekarang lo luka," balas Bella dengan kepala yang senantiasa menunduk.
Gilang menaikkan sebelah alisnya lalu tersenyum miring, “yang lo khawatirin itu, gue apa Jayden?"
Tubuh Bella menegang mendengar pertanyaan, atau lebih tepatnya pernyataan yang keluar dari mulut pria di depannya.
Gilang benar, ia memang sedang menghawatirkan Jayden walaupun tak bisa menampik fakta jika dirinya juga khawatir pada Gilang.
Hanya saja, melihat Jayden yang berjalan tertatih-tatih seperti tadi membuatnya khawatir, seingatnya tadi malam Jayden masih dalam kondisi baik-baik saja. Bella jadi bertanya-tanya, apa yang membuat Jayden terluka?
Gilang merasa geram sebab Bella tak kunjung menjawab dan malah mengabaikannya. Ia mengangkat dagu Bella menggunakan jari telunjuknya, membuat gadis itu mau tak mau menatapnya.
"Apa harus orang yang bernama Jayden itu? Apa lo nggak bisa lihat gue?" tutur Gilang yang dihadiahi kernyitan dalam di dahi Bella m
"Gil, maksud lo a–"
"Gue cemburu, apa lo nggak tahu itu?" potong Gilang dengan cepat.
Kedua mata Bella berkedip cepat guna memproses perkataan pria didepannya lalu kemudian membulat lebar saat memahami maksudnya.
"Gilang..." lirih Bella, ia menggigiti kecil bibirnya sebab rasa gugup yang mulai menjalar di tubuhnya
"Gue suka sama lo," tukas Gilang, kedua onyx miliknya menatap dalam pada netra madu Bella yang bergetar.
Bella dengan segera bangkit dari posisi duduknya, membuat isi kotak P3K dipangkuannya berhamburan di lantai. Otaknya tiba-tiba kosong mendengar kalimat tak terduga yang diucapkan sang sahabat.
"Nggak mungkin," tampik Bella.
"Bella–"
"Nggak, lo lagi becanda kan? Lo pasti cuma becanda kan, Gil?"
Bella mengguncang pelan pundak Gilang, memaksa sang sahabat untuk mengiyakan perkataannya. Namun naas, pria itu hanya diam yang seolah-olah mengatakan jika dirinya tidaklah bergurau.
Dengan perlahan Bella menjauhkan tangannya dari pundak Gilang, kepalanya menggeleng cepat dengan kedua mata yang menampilkan sorot tak percaya.
"Iya, lo pasti becanda. Bilang sama gue kalau lo cuma becanda, iya kan Gilang? Bilang sama gue! Lo becanda kan?!"
Gilang mendongakkan wajahnya yang penuh lebam guna menatap Bella, "apa perasaan gue ini cuma candaan buat lo?" lirihnya.
"Nggak, gue nggak percaya ini, lo pasti bohong. Lo bukan Gilang, lo pasti bukan Gilang!"
Bella berseru dengan keras, jelas sekali jika dirinya tak mau menerima fakta tersebut. Fakta dimana sosok yang ia anggap saudara sendiri, sosok yang tumbuh bersama dengannya sejak kecil ternyata menyukai dirinya.
Ini tidak benar kan? Ini tidak mungkin kan? Gilang tidak mungkin menyukainya kan? Apa ini April mop? Tapi sekarang masih bulan Februari, jadi apa artinya ini?!
Gilang bangkit dari duduknya saat melihat Bella yang kini menggelengkan kepalanya kuat-kuat dengan kedua jemari yang mengacak surai arangnya. Tak pernah sekalipun ia melihat Bella seperti ini, tampak sangat kacau.
Gilang tidak menyangka jika reaksi seperti ini yang Bella berikan jika ia menyatakan perasaannya. Jika ia tahu, maka ia memilih untuk tidak pernah menyatakan perasaannya.
"Dengerin gue dulu–"
"Nggak! Lo pasti bukan Gilang! Gilang nggak mungkin suka sama gue!" jerit Bella sembari beringsut mundur, berusaha menghindari Gilang yang berjalan mendekatinya.
"Bella–"
Belum sempat Gilang menyelesaikan kalimatnya, Bella terlebih dahulu berlari dan keluar dari ruang UKS, meninggalkan dirinya yang menatap tubuh Bella yang menghilang dibalik pintu.
Gilang teringat dengan tatapan yang Bella berikan padanya, sorot mata itu menyampaikan banyak hal. Takut, terkejut, tak percaya dan banyak lagi.
Gilang berdecak sebal, jemarinya mengacak surainya kasar lalu berteriak keras, seharusnya ia tidak bertindak bodoh dengan menyatakan perasaannya seperti tadi.
Gilang menendang keras isi kotak P3K yang berserakan dilantai guenamneyalurkan emosinya.
“Sial!”
To Be Continue.
Sorry for typo(s).
KAMU SEDANG MEMBACA
RUWET [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] [BELUM DI REVISI] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka...