15. Keganjalan mulai muncul.

40 6 0
                                    

Belakangan ini Bella kerap kali memikirkan perkataan Elga tempo waktu yang lalu.

Sekarang Bella merasa jika Jayden sering mengikut sertakan nama Luna pada kebersamaan mereka, Jayden juga beberapa kali lebih mementingkan Luna saat fobia nya kambuh. Memang terkesan kekanakan karena ia membahasnya, tapi jika hal seperti itu hanya terjadi sekali atau dua kali saja maka Bella tidak akan mempermasalahkannya, tapi masalahnya hal tersebut terjadi hampir setiap saat. Itu menjadi terdengar tidak wajar, hingga pernah suatu waktu Bella berpikir jika dirinya bukanlah kekasih Jayden, melainkan Luna lah kekasihnya.

Contohnya seperti saat ini.

Bella dibuat keheranan saat Jayden menjemputnya untuk pergi ke sekolah menggunakan mobil, padahal biasanya kekasihnya itu lebih suka mengendarai motor ketimbang kendaraan beroda empat tersebut.

"Selamat pagi, sayang!" seru Jayden sembari melambaikan tangannya yang membuat seulas senyum terlukis di bibir Bella.

Gadis itu lantas berjalan menghampiri sang kekasih yang duduk di kursi kemudi. Tapi fokusnya buka pada sang kekasih, melainkan pada sosok yang duduk di samping kursi kemudi.

"Oh, ada Luna juga?" tanya Bella sembari menatap Luna yang juga tengah menatapnya.

Jika dilihat-lihat lagi apa yang dikatakan Elga memang benar, meskipun tak terlalu ketara, tatapan mata itu memancarkan sarat meremehkan dirinya. Kenapa ia baru menyadarinya sekarang?

"Iya, aku lupa bilang sama kamu. Supir Luna lagi pulang kampung, jadi untuk beberapa waktu ke depan Luna berangkat dan pulang bareng kita, kamu nggak keberatan kan?" jelas Jayden, ia merasa bersalah karena tak memberitahu Bella terlebih dahulu.

Bella mengangguk kecil mendengar penjelasan sang kekasih. Jadi itu artinya, Luna akan berada didekatnya dan Jayden sampai supirnya kembali bekerja? Tapi, kenapa pula Jayden harus menggantikan tugas supirnya?

Detik berikutnya Bella menggelengkan kepalanya. 'Astaga Bella, kenapa lo berpikiran buruk gini?'

"Hei, kenapa kamu geleng-geleng gitu? Kamu sakit ya?" tanya Jayden yang tersirat nada khawatir.

Bella mendongakkan kepalanya lalu kembali menggelengkan kepalanya.

"Aku nggak apa-apa, dan tentu aja aku nggak masalah kalau Luna berangkat dan pulang bareng kita. Lagian kenapa aku harus keberatan?" tutur Bella disertai senyuman, membuat Jayden ikut terkena dampaknya, ikut mengulas senyum juga.

"Oke, kalau gitu kamu masuk ke mobil sekarang." Jayden kemudian menolehkan kepalanya pada Luna yang masih diam sejak tadi, "Luna,  lo pindah ke belakang ya," lanjut Jayden.

Luna mengerjapkan matanya beberapa kali lalu kemudian menatap Bella yang masih berdiri di luar, "hm? Haruskah gue pindah ke belakang?"

Bella sempat diam beberapa saat kemudian menggelengkan kepalanya sembari mengulas senyum tipis, "nggak perlu, lo duduk saja," ujarnya lalu membuka pintu belakang dan mendudukkan diri di kursi penumpang.

Jayden memutar tubuhnya ke belakang, menatap sang kekasih dengan raut keberatannya, "sayang, kenapa kamu malah duduk disitu? Kamu kan bisa duduk di samping aku."

"Kita bakal terlambat kalau kamu nggak buruan jalanin mobil kamu," ujar Bella mengabaikan sang kekasih yang kini menampilkan raut masamnya.

"Sayang, kamu yakin?" tanya Jayden sekali lagi memastikan.

"Bisakah kita berangkat sekarang, pak supir?"

Jayden menghembuskan napasnya pasrah sebelum akhirnya menuruti perintah sang kekasih.

"Baiklah nona, kita berangkat sekarang," final Jayden lalu mulai menjalankan mobilnya membelah jalanan kota.

Bella kemudian menatap kaca spion didalam mobil, kedua netra madunya tanpa sengaja bersibobrok dengan milik Luna yang menyipit.

Tunggu, apa dia tersenyum?

.

Jayden menahan lengan Bella saat kekasihnya tersebut hendak pergi menuju kelasnya.

"Ada apa?" tanya Bella dengan raut wajah bertanya.

"Jam istirahat nanti aku ada rapat lagi sama anggota klub musik, jadi kita nggak bisa makan siang bareng. Maaf." Jayden memasang raut wajah memelasnya, ia merasa bersalah karena telah mengecewakan Bella untuk kedua kalinya dalam waktu singkat.

Bella menatap ke arah Luna yang baru saja turun dari mobil dan berdiri di samping Jayden yang secara tak langsung berada tepat didepannya, ia kemudian mengalihkan pandangannya pada sang kekasih.

"Nggak apa-apa, aku ngerti kok. Jadi aku bisa pergi sekarang kan? Aku belum ngerjain tugas kimia ku hari ini."

Bella berdusta, bahkan hari ini kelasnya tidak memiliki jadwal pelajaran kimia. Sebenarnya ia hanya ingin segera pergi, entah kenapa ia merasa sangat tidak nyaman berada didekat Luna.

Jayden mengangguk kecil lalu melepaskan cekalannya pada lengan Bella, membiarkan sang kekasih yang langsung pergi menuju kelasnya dengan langkah cepat.

Rasanya berbeda, biasanya sang kekasih selalu berpamitan kepadanya, tapi kali ini tidak. Jangankan berpamitan, ia bahkan tidak mendapatkan senyum manisnya sejak di dalam mobil tadi. Jayden jadi merasa bersalah, sepertinya Bella sedang marah kepadanya dan yang membuatnya semakin merasa bersalah adalah, dirinya yang tahu dimana letak kesalahannya.

"Jay, bisa kita pergi ke kelas sekarang? Mau sampai kapan lo mau berdiri disini terus?" tegur Luna yang membuat Jayden tersadar dari lamunannya.

"Iya, ayo pergi sekarang."

To Be Continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue.

Sorry for typo(s).

RUWET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang