Jayden menghempaskan tubuhnya di kasur dengan kasar hingga tubuhnya memantul beberapa kali. Perkataan sang mama nampaknya berhasil membuat kepalanya pening, ingatannya melayang pada kejadian belasan tahun yang lalu.
"DASAR ISTRI TIDAK BERGUNA!"
Jayden kecil yang berada di dalam kamarnya terlonjak kaget mendengar teriakan sang papa. Dengan rasa penasaran yang besar, Jayden melangkahkan kakinya keluar dari kamar dan mendekati kedua orang tuanya yang saling melemparkan teriakan satu sama lain.
"Aku hanya meminta sedikit uangmu tapi kau tak mau memberikannya?!" seru Bram, papa Jayden untuk kesekian kalinya.
"Aku sudah tidak memiliki uang sepeser pun, kau sudah mengambil semuanya kemarin!" seru Rasti dengan raut wajah frustasi yang begitu ketara.
"Itu artinya kau harus bekerja lebih keras lagi, sialan! Kalau perlu, jual saja tubuhmu! Pasti banyak pria kaya raya yang menginginkannya," cerca Bram yang seakan tak cukup memaki istrinya dengan kalimat kasar yang terus ia lontarkan.
"Mama..."
Jayden kecil melangkahkan kakinya mendekati sang mama yang nampak terkejut dengan kehadirannya.
"Sayang, kenapa kamu ada disini, hm? Sekarang Jayden masuk kamar lagi ya," ujar Rasti sembari mengusap pelan pucuk kepala anak semata wayangnya. Ia tidak ingin Jayden mendengar semua kalimat buruk yang diucapkan papa kandungnya sendiri, meskipun kenyataannya Jayden telah mendengar semuanya.
"Kau juga, kau sama tidak berguna nya dengan ibumu itu. Apa gunanya kau hidup, huh? HARUSNYA AKU MEMBUNUHMU SAAT KAU LAHIR DULU, MATI SAJA KAU ANAK SIALAN!"
Jayden terlonjak terkejut mendengar seruan papanya, ia segera meringsut mundur ke dalam pelukan sang mama.
Kedua mata Rasti memicing tak suka, "kau sadar dengan apa yang kau katakan, Bram? Kau menyumpahi anakmu sendiri?!"
Bram berdecak keras, kedua matanya menatap tajam Jayden yang masih meringsut ketakutan dipelukan istrinya.
"Dia bukan anakku, aku tidak pernah memiliki anak tak berguna sepertinya."
"Kau benar-benar sudah gila. Sepertinya kehilangan perusahaan membuatmu ikut kehilangan akal sehatmu," tukas Rasti.
Bram benar-benar sudah gila, sejak perusahaan yang dipimpinnya gulung tikar 4 bulan yang lalu, dia seakan berubah menjadi orang lain. Suaminya yang dulu begitu sabar dan menyayangi dirinya berserta Jayden seakan telah mati, suaminya yang sekarang begitu kasar.
Dia seakan-akan melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang kepala rumah tangga yang memenuhi kebutuhan keluarga, membuat Rasti mau tak mau harus banting tulang untuk mencukupi kebutuhan mereka setiap harinya.
Sedangkan yang dilakukan Bram setiap harinya hanya menghabiskan uang hasil kerja kerasnya dengan cara mabuk-mabukan dan berjudi.
"Tahu apa kau jalang? Lebih baik berikan aku uang sekarang! Aku butuh uang sialan!"
"Sudah ku katakan, aku tidak memiliki uang lagi!" Kalaupun punya, Rasti tak akan sudi memberikan uang hasil jerih payahnya kepada Bram lagi.
"Jalang sepertimu pasti berbohong, berikan aku uang sekarang juga atau aku akan mengobrak-abrik rumah peyot ini!
"Aku tidak memilikinya!"
"Benar-benar keras kepala."
Bram segera melangkahkan kakinya menjauh, memasuki kamar tidur istrinya dan mengobrak-abrik isi lemari, hingga baju yang berada di dalamnya tercecer di lantai. Kedua tangannya terulur mengambil kotak kayu yang berada di lipatan baju dan benar saja, ada uang di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUWET [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] [BELUM DI REVISI] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka...