17. Acara makan malam yang gagal.

23 4 0
                                    

Bella menata masakan yang sudah susah payah ia buat sepulang dari sekolah tadi, ia kemudian meletakkan piring dan peralatan makan di meja dengan posisi yang pas.

Kedua netranya bergulir menatap jam yang terpasang di dinding rumahnya. Sebuah senyum terlukis di bibirnya saat jam sudah hampir menunjukkan pukul 7 yang berarti Jayden akan datang sebentar lagi.

Bella melepaskan apron merah yang masih terpasang di tubuhnya, kemudian mendudukkan dirinya di salah satu kursi. Sebelah tangannya terulur mengambil ponselnya untuk menanyakan apakah kekasihnya sudah berangkat atau belum, namun niat itu ia urungkan saat melihat sebuah pesan yang dikirim oleh Jayden beberapa menit yang lalu.

'Sayang aku minta maaf, kayaknya kita harus batalin acara makan malam kita kali ini. Papa Luna pulang terlambat dan Luna takut di rumah sendirian, jadi aku harus nemenin dia. Aku harap kamu bisa ngerti ya, sekali lagi aku minta maaf.'

18.42

Bella mencampakkan ponselnya diatas meja begitu saja, senyum yang sebelumnya terlukis apik di bibirnya perlahan menghilang digantikan dengan segaris lurus pada raut wajah kecewanya. Kedua netranya lantas beralih menatap berbagai jenis masakannya diatas meja dengan tatapan nanar.

"Kamu udah ngecewain aku sebanyak tiga kali hari ini, bahkan dengan alasan yang sama. Jay, sebenarnya pacar kamu itu aku atau Luna?" gumam Bella dengan suara bergetar, menahan air mata yang siap terjun dari pelupuk matanya.

Ting tong.

Ting tong.

Bella menolehkan kepalanya dengan cepat saat mendengar suara bel rumahnya. Siapa yang bertamu ke rumahnya malam-malam begini? Tidak mungkin Jayden kan? Kekasihnya itu kan sedang berada di rumah Luna.

Karena bel tersebut tak kunjung berhenti berbunyi, Bella lantas menghapus air mata di pipinya kemudian bangkit dari tempat duduk untuk membukakan pintu.

"Iya, tunggu sebentar."

Bella menatap penuh tanya pada sosok yang datang ke rumahnya yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya sendiri.

"Gilang?"

Yang dipanggil namanya hanya tersenyum kecil sebagai balasan. Gilang melongokan kepalanya pada pintu saat hidungnya mencium aroma yang menggugah selera. Ia melangkahkan kakinya tanpa permisi ke dalam rumah, mengabaikan sang tuan rumah yang masih menatapnya penuh tanya.

"Wah, nggak biasanya lo masak sebanyak ini, apa karena gue yang mau datang ke sini?" tanya Gilang saat melihat banyaknya makanan yang tersaji di meja makan.

Bella melangkahkan kakinya mendekati sang sahabat. "Lo ngomong apa sih? Lagipula buat apa gue masak buat lo?"

Gilang menolehkan kepalanya pada Bella yang juga tengah menatapnya. "Lo nggak baca pesan yang gue kirim tadi?" tanya Gilang.

Bella mengeryitkan dahinya bingung mendengar perkataan Gilang, ia kemudian mengecek ponselnya dan membaca pesan yang dikirim oleh Gilang beberapa jam yang lalu.

'Makan malam di luar yuk, gue jemput jam 7 ya.
Oke? Deal.'

17.56

"Ah... gue nggak tahu," ucap Bella dengan suara kecil yang tentu saja tidak terdengar oleh Gilang.

"Udahlah lo nggak perlu ngelak. Kalau gitu kita batalin aja acara makan malam kita di luar, makan ini saja. Lo pasti udah susah payah buat masak, kan?" tutur Gilang dengan raut wajah berserinya. Pria itu kemudian mendudukkan dirinya di salah satu kursi dan membalikkan piring, bersiap untuk makan.

"Tapi kan itu-"

Bella mengurungkan niatnya menginterupsi Gilang kala teringat akan pesan yang dikirim oleh Jayden. Benar, kekasihnya itu membatalkan acara makan malam mereka. Ia menghela napas kecil, daripada masakannya terbuang sia-sia, lebih baik ia makan malam bersama Gilang saja.

"Oke, selamat menikmati makanannya," ujar Bella yang kini bergabung di meja makan.

"Wah, masakan lo emang yang paling enak. Nggak ada duanya," puji Gilang saat mencicipi masakan Bella.

Bella yang mendapatkan pujian seperti itu hanya tersenyum menanggapinya. Diam-diam ia meringis kecil, bahkan Gilang lebih menghargai usahanya daripada kekasihnya sendiri.

"Thanks, kalau gitu habisin semuanya kalau lo emang suka," ujar Bella sembari tersenyum melihat Gilang yang makan dengan lahap.

.

Jayden melangkahkan kakinya tanpa arah dengan langkah tergesa, ia benar-benar khawatir karena Bella yang marah dengannya.

Tadi pagi saat ia menjemput Bella di rumahnya, pak satpam mengatakan jika sang kekasih sudah berangkat sekolah pagi-pagi sekali. Ia juga baru saja menghampiri kelas Bella tapi sayangnya sang kekasih juga tidak ada.

Hal tersebut berhasil membuat Jayden ketar-ketir. Ia sangat yakin 100% kalau Bella sedang marah padanya karena dirinya yang membatalkan acara makan malam mereka secara tiba-tiba.

Bodoh sekali kau Jayden, Bella pasti sudah berusaha keras untuk memasak dan kau malah membatalkan acaranya begitu saja. Idiot!

"Bodoh, lo benar-benar bodoh! Tolol! Bego!" maki Jayden pada dirinya sendiri sembari memukul pelan kepalanya.

Aksi memalukannya itu disaksikan oleh beberapa siswa, tak tercuali oleh Elga yang kebetulan sedang melintas di koridor.

"Jay, lo kenapa?"

Jayden menghentikan aksinya saat sebuah suara menginterupsinya.

"Elga?!"

"Ya, ini gue. Kenapa lo ngelakuin hal bodoh kayak gitu? Lo nggak sadar kalau lo jadi bahan perhatian? Anak-anak pada liatin lo tuh," ujar Elga sembari menunjuk beberapa siswa yang masih memperhatikan Jayden.

"Kebetulan banget gue ketemu sama lo disini, lo tahu nggak Bella dimana?" tanya Jayden yang mengabaikan perkataan Elga sebelum.

"Bella? Bukannya ada UKS, hari ini kan dia ada piket. Lo lupa ya?"

Elga mengeryitkan dahinya bingung, kenapa Jayden malah bertanya kepadanya? Terlebih lagi raut gelisah yang terpasang di wajah Jayden semakin membuatnya penasaran.

"Emangnya ada apa sih? Kok lo keliatanya panik gitu?" tanya Elga yang membuat Jayden membuka tutup mulutnya, bimbang antara menjawabnya atau tidak. Pasalnya gadis ini pasti akan memarahinya habis-habisan jika tahu apa yang telah ia perbuat kemarin.

"Kenapa malah diam? Jawab." Elga mengulangi perkataannya karena tak kunjung mendapat balasan.

"Nanti gue ceritain deh sekarang gue harus ketemu sama Bella dulu," papar Jayden lalu segera berlari meninggalkan Elga yang masih dilanda kebingungan.

"Sebenarnya itu anak kenpa sih? Aneh banget," gumam Elga keheranan.

"Sebenarnya itu anak kenpa sih? Aneh banget," gumam Elga keheranan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue.

Sorry for typo(s).

RUWET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang