Jayden mengambil sekotak susu rasa stroberi favoritnya dari mesin pendingin, ia membawanya ke meja kasir beserta satu bungkus permen karet yang sudah ia ambil sebelumnya. Setelah menyelesaikan pembayaran, ia kemudian melangkahkan kakinya keluar dari minimarket.
Saat sedang duduk di salah satu kursi minimarket, tatapannya terkunci pada seorang pria dengan pakaian serba hitam yang gerak-gerik nya terlihat mencurigakan. Jayden mengikuti arah pandang pria tersebut yang tertuju pada seorang wanita yang berada tak jauh di depannya, sesekali mengamati keadaan sekelilingnya.
Sesuai dengan dugaannya, pria itu mengambil paksa tas milik wanita tersebut lalu segera kabur untuk melarikan diri.
"COPET! TOLONG! TOLONG!" teriak seorang wanita yang menjadi korban jambret.
Jayden yang melihat hal tersebut pun segera bangkit dari duduknya dan mengejar pria berpakaian serba hitam tersebut.
Setelah dalam jarak yang cukup dekat, Jayden menendang tubuh tersebut, membuat pencuri itu jatuh berguling didepannya. Pencuri tersebut bangkit dari posisi jatuhnya dan melayangkan pukulan yang dengan cepat ia tangkas, Jayden kemudian menendang perutnya, lalu saat pencuri tersebut lengah, Jayden mencengkeram kerah bajunya erat dan memberikan bogeman mentah di wajah pria itu.
Setelah dirasa cukup, Jayden menghempaskan tubuh tersebut hingga terjatuh di jalanan beraspal, Jayden menghembuskan napasnya lega saat tas kulit berwarna hitam yang diambil pria tersebut berada ditangannya.
"Cari perkejaan yang lebih layak setelah keluar dari penjara nanti "
Bersamaan dengan Jayden menyelesaikan kalimatnya, dua orang polisi yang sedang beroperasi di lingkungan sekitar datang dan membawa pencuri tersebut ke dalam mobil untuk diproses lebih lanjut.
Jayden menyugar rambutnya ke belakang lalu berjalan menghampiri seorang wanita yang berdiri dengan raut wajah syok nya. Jayden tersenyum kecil lalu menyerahkan tas ditangannya pada wanita tersebut.
"Tas milik anda," ujar Jayden tanpa melunturkan senyumnya.
Raut wajah syok yang terpasang di wajah wanita tersebut menghilang digantikan dengan helaan nafas lega.
"Terimakasih banyak sudah membantu saya."
"Sama-sama, itu tadi bukan apa-apa kok," balas Jayden.
Wanita tersebut mengerjapkan matanya pelan, ia memfokuskan pandangannya pada pemuda didepannya. Wajahnya terlihat begitu familier, ia mencoba mengingat-ingat dimana ia pernah melihat pemuda ini sebelumnya, tak lama kemudian sebuah senyum terbit saat berhasil mengingatnya.
"Bukannya kamu Jayden ya?"
Jayden menganggukkan kepalanya ditengah-tengah kebingungan yang melandanya, bagaimana bisa wanita ini tahu namanya?
"Iya, saya Jayden. Tapi mohon maaf, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyanya sopan.
Wanita tersebut tersenyum puas mendapat jawaban tersebut, "tentu aja kita pernah ketemu sebelumnya, aku mamanya Luna."
Jayden sempat terkejut mendengarnya, "Tante Laras?" tebak Jayden yang dibalas anggukan oleh wanita yang ternyata ibunda dari Luna.
"Iya, kamu masih ingat sama Tante?" tanya Laras yang dibalas anggukan kecil oleh pemuda didepannya.
"Tentu aja aku masih ingat. Gimana kabar Tante? Udah lama tidak bertemu, Tante makin cantik aja," puji Jayden yang dihadiahi kekehan kecil oleh Laras.
"Kamu bisa aja, kabar Tante baik kok. Oh iya, sekali lagi makasih sudah selamatin tas Tante dari pencopet tadi, nggak tahu gimana jadinya kalau kamu nggak nolong Tante tadi," ujar Luna yang dibalas gelengan oleh Jayden.
"Jangan berlebihan begitu Tante, aku cuma melakukan hal yang seharusnya."
"Nggak-nggak, apa yang harus Tante lakuin buat balas kebaikan kamu?"
Jayden tersenyum canggung mendengarnya. Sebenarnya Tante Laras tidak perlu melakukan hal itu padanya, ia tadi hanya melakukan apa yang memang seharusnya. Ia menolong dengan tulus dan tidak menginginkan timbal balik jenis apapun.
"Kamu udah makan atau belum?"
Jayden dengan polos menggelengkan kepalanya. Ia memang belum makan malam hari ini, mamanya sibuk mendesain gaun pengantin dari kliennya dan tidak sempat memasak.
"Bagus, kalau gitu gimana kalau kita makan malam di rumah Tante?" tawar Laras.
Jayden kembali menggelengkan kepalanya, ia baru saja hendak menolak tapi wanita didepannya itu terlebih dahulu menarik tangannya, membuat Jayden mau tak mau mengikuti langkahnya.
"Tante nggak nerima penolakan ya, Tante akan memasakin makanan yang enak buat kamu."
Laras tersenyum kecil ditengah-tengah langkahnya. Dengan mengajak Jayden pulang bersamanya, pasti akan membuat Luna senang bukan?
.
Saat ini Jayden tengah duduk di salah satu kursi yang berada di kediaman keluarga Tante Laras, di depannya telah tersaji berbagai jenis makanan yang dimasak langsung oleh nyonya besar di rumah ini. Kursi di samping kanannya ditempati oleh Luna, sedangkan kursi di ujung diduduki oleh sang kepala rumah tangga, diikuti dengan sang istri duduk di sampingnya.
"Jayden, mau makan ayam goreng lagi? Biar Tante ambilin, ya?"
Jayden menggelengkan kepalanya sebagai respon, yang benar saja ia bahkan baru menghabiskan sepiring penuh makanan yang diambilkan oleh Tante Laras dan sekarang ia harus makan lagi? Tidak, perutnya sudah hampir meledak rasanya.
"Nggak usah Tante, Jayden udah kenyang." tolak Jayden secara halus.
Namun nampaknya hal tersebut dianggap lain oleh Laras, ia menganggap penolakan Jayden sebagai bentuk rasa sungkannya.
"Ey, nggak usah malu-malu gitu. Tante ambilin lagi ya?"
Jayden menggeleng panik mendengarnya, "nggak usah Tante, makasih. Tapi Jayden udah kenyang, beneran deh," ujarnya kemudian.
Udahlah sayang, jangan paksa Jayden terus. Dia kelihatan udah kenyang" ujar Herman yang menghentikan sang istri yang terus memaksa Jayden untuk kembali makan.
"Ya udah kalau gitu, sekali makasih ya udah bantu Tante tadi."
Jayden tersenyum kikuk, sebelah tangannya menggaruk pelan tengkuknya yang tidak gatal. Ia merasa tidak enak karena Tante Laras terus mengucapkan kalimat terimakasih sejak kejadian tadi.
"Tante jangan bilang makasih terus, aku jadi ngerasa nggak enak."
Herman menatap Jayden yang tengah menampilkan senyuman. Jika ia perhatikan, sejak tadi pemuda ia belum melunturkan senyumnya, benar-benar pemuda yang ramah.
"Jayden.
Jayden menolehkan kepalanya saat mendengar seseorang memanggil namanya, lelaki paruh baya itu pelakunya, "iya om?" sahutnya.
"Kamu tahu nggak? Luna sering banget cerita tentang kamu.
To Be Continue.
Sorry for typo(s).
KAMU SEDANG MEMBACA
RUWET [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] [BELUM DI REVISI] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Jayden dan Bella adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun hubungan mereka...