27 : pasal menemui pasal

68 24 0
                                    

klik logo bintang dulu yuk 🤗🤗




Lorong-lorong sekolah masih sepi, hanya ada beberapa siswa/i di beberapa sudut. Sisanya masih berada di perjalanan menuju kemari. Aku dan Sunoo masih berangkat diantar om Jungkook, tapi pagi ini aku sama sekali tak memberi aksi ramah padanya. Sekadar tersenyum pun aku lenyapkan, karena otakku masih mencerna apa benar itu om Jungkook pelakunya? Kenapa sih dia tidak bilang pada kami?



"Kak, beneran udah dapet izin dari kak Sunghoon masuk paskib?" Tanya Sunoo. Aku mengangguk saja, Sunoo belum tahu masalah ini. Aku takut malah menambah beban pikirannya, belum pasti juga kalau uang itu diambil om Jungkook. Tapi ya siapa lagi jika bukan dia yang tahu seluk-beluk pekerjaan ayah?



"Kak, ayah nanti marah loh. Kakak belum izin langsung kan?"




Bergeming, aku meremas kain seragam pakaian lapangan dinas paskibra yang baru ku cuci kemarin. Hari ini aku akan langsung terjun bergabung dengan yang lainnya. Ah iya, aku dilarang ayah untuk ikut ekstrakurikuler yang berat, selama ini ayah tidak memberi alasan kenapa aku tak boleh masuk paskibra. Aku tetap melanggarnya.



"Ah jadi bingung, tapi mau banget ikut, Sun." Aku setengah mengeluh. Kami berhenti di depan majalah dinding dekat laboratorium bahasa.



"Hari ini mau jenguk ayah? Sekalian kakak minta izin." Air muka Sunoo agak datar dari biasanya. Hatiku mencelis merasa sakit dengan pertanyaan Sunoo, ku pikir Sunoo rindu pada ayah yang sekarang berada di balik jeruji besi. Aku mengangguk setuju.



"Yaudah, hari ini jangan ikutan dulu. Biar kak Sunghoon aja yang tahu kalau kakak gabung paskib, Kamis depan baru mulai." Sunoo memberi saran.



"Iya," Balasku singkat. Mendadak merasakan nyeri menyerang di sekitar dadaku, entah karena apa. Aku berusaha menahannya, uang saku yang ku pegang segera ku alihkan ke tangan Sunoo. Itu tidak seberapa, tapi ku harap Sunoo bisa makan siang bersama Jungwon dan Ni-ki saat istirahat kedua berlangsung.



"Makasih, kak! Semangat belajarnya!" Senyum cerah Sunoo kembali bersinar terang. Siapa sih yang tidak akan ikut tersenyum bila Sunoo sudah senyum semanis ini? Monyet di ragunan pun ku kira akan ikut melebarkan mulut, memberi cengiran malu-malu karena Sunoo dan senyumannya begitu indah untuk dilihat. Serius.



Pergi, aku terus menuju anak tangga. Aku mendecih pelan, lima meter di depanku ada Jaehee dan gengnya yang berjalan begitu arogan. Sangat menyebalkan dan begitu mencolok mata, menganggu saja kerjaannya. Sebagai manusia yang tidak mau mencari masalah, aku lanjut saja menaiki anak tangga. Namun sayang sekali, tangan Jaehee menggait siku ku kuat.



"Ck! Apaan sih?" Tanyaku nyalang menatapnya.

"Ngapain lu bawa-bawa begituan?" Tanya Jaehee menyandarkan tubuhnya ke pilar tangga, dari awal aku juga tidak terlalu menyukai cara Jaehee bertingkah. Apalagi tingkahnya pada Sunoo, terkesan dibuat-buat. Siapa yang tidak muak melihatnya? Jangan lupakan Jaehee yang membuat Sunoo sampai marah padaku.

"Penting banget gue ngasih tau," Balasku malas. Monday pergi, Jaehee datang. Seperti memang mereka mau mengusik kehidupan sekolahku yang hampir sempurna dan damai. Ah jangan-jangan mereka masih ada hubungan saudara makanya sifat dan perilakunya sama-sama menjengkelkan. Ku lihat Jaehee marah, kedua alis hitam di dahinya beradu sempurna.



"Gue nanya baik-baik ya! Jawab yang baik juga kek, lu ada masalah apa sih sama gue?"



"Emang barusan jawaban gue barusan nyakitin perasaan kalian? Enggak kan? Udahlah, minggir jangan ngusik kehidupan gue." Aku yang terkenal lemah lembut, pagi itu berkobar marah, tidak peduli bagaimana tanggapan orang-orang nantinya. Sekarang yang ku butuhkan rasa aman dari gangguan geng Jaehee.



Dekap ; JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang