malam lebur : 43

50 13 8
                                    


tinggalin vote dulu bestie 🙂🙂🙂✨







Pagi itu Gempita di ributkan oleh isi pikirannya sendiri, hari ini ia berencana pergi ke rumah keluarga Heeseung yang ada di Yogyakarta. Bagaimana bisa Gempita menyiapkan diri dalam waktu beberapa hari, menyiapkan mental lebih tepatnya. Ini pertama kalinya ia akan pergi ke orangtua Heeseung, dulu sewaktu wisuda, Gempita memang bertemu dengan kedua orangtua Heeseung. Rasanya sudah berdebar takut di tanyai macam-macam, tapi nyatanya kedua orangtua Heeseung buru-buru pulang.




"Santai kenapa sih."




"Santai gimana, Sun. Pikir aja deh gue mau di kenalin ke keluarga Heeseung, gue grogi, mental gue aduh! Mau nangis!" Gempita mengusap rambutnya sendiri, hampir di buat gila dengan situasi yang membuatnya pusing tujuh keliling. Belum juga sampai di tempat tujuan, praduga tentang penilaian keluarga Heeseung padanya telah menyambangi pikiran. Bagaimana kalau mereka tidak menyukai Gempita?




Sunoo ikut pusing melihat kakaknya selama dua hari kebelakang, bukannya bagus kalau Gempita di kenalkan pada keluarga Heeseung sekarang? Itu artinya Heeseung benar-benar serius ingin menjalin hubungan. Kalau bisa mereka berdua harus menikah secepatnya. Sunoo juga mau punya keponakan yang lucu. Teman-teman kuliahnya sering mengatakan punya keponakan itu menyenangkan. Iya sih sudah ada Leon, anak om Jungkook. Tapi om Jungkook jarang main ke rumah.





"Berdoa yang banyak, gue yakin respon mereka hangat kok. Liat aja bang Heeseung, ramah kan?"




Gempita enggan memberi reaksi pada ucapan Sunoo. Kalimat barusan cuma berefek dalam kurun waktu singkat untuknya. Selanjutnya, Gempita melangkah pergi meninggalkan ruang tengah. Ia menyeret koper kecil berisi keperluannya selama di Yogyakarta. Heeseung bilang ia akan sampai tiga puluh menit lagi.




Ayah Gempita telah memberi banyak nasihat untuk anaknya, pun untuk Heeseung saat masa kuliah serta masih menyandang status hanya teman dengan Gempita. Ayah tahu bagaimana sorot mata Heeseung kala menatap Gempita, tatapan teduh nan tulus yang buktinya benar-benar berhasil menaklukkan hati anak perempuan kesayangannya. Beliau hanya ingin yang terbaik, bila bukan Heeseung orangnya pun tak apa.




Apa ini pilihan yang benar? Jujur Gempita belum siap bertemu mereka, ia memberi opsi hari lain. Namun katanya orangtua Heeseung hanya akan ada di rumah bila weekend telah tiba. Sembari menunggu, Gempita memainkan ponselnya, mengambil udara sebanyak mungkin untuk memenuhi kebutuhan paru-parunya. Teringat ia dan Heeseung sudah sejauh ini, tentu Heeseung laki-laki yang baik. Mereka sudah akrab dari SMA, lalu karena Soojin yang terus meminta keduanya mengajarinya materi eksakta IPS---sejak Soojin mau lintas jurusan---mereka jadi tidak terpisahkan walau telah lulus dan jauh dari jangkauan area sekolah.




Semula, mereka masih ragu, Heeseung masih ragu akan perasaannya pada Gempita. Pemuda itu takut jika itu cuma perasaan nyaman yang dihasilkan lantaran sudah berkawan lama. Hari demi hari, sampai tahun bertemu tahun, Heeseung sadar itu bukan perasaan nyaman biasa. Tentu ia ingin selalu bisa menjadi alasan Gempita tersenyum dan tertawa, dalam artian bahagia tanpa ada batasnya.





Heeseung hari itu di buat pusing oleh pikirannya sendiri, bagaimana ia bisa mengatakan perasaannya secara gamblang pada Gempita? Lalu apa kira-kira respon yang pemudi itu berikan untuknya. Diam-diam Heeseung mengirim Soojin untuk melakukan sebuah analisis tidak resmi, analisis yang berhasil membuat Heeseung lebih percaya diri untuk mendeklarasikan perasaannya secara enam mata, Soojin saksinya. Kalaupun di tolak, ya Heeseung ra popo sembari mengelus dada. Paling-paling ia berakhir memutar lagu galau di daftar putar musiknya.




Dekap ; JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang