39 : liburan

50 16 8
                                    

Jay mengeluh kedinginan, sejak semalam sebenarnya. Ditambah banyak serangga yang kadang masuk ke dalam tenda yang ia tempati bersama Jungwon dan Sunoo tak ayal membuat ketiga pemuda itu terkejut takut. Salah mereka sendiri tidak menutup tenda dengan benar. Semalam benar-benar tidak ada dalam angan Jay, di tempatkan bersama Ni-ki dan Sunghoon dalam satu tenda merupakan ide paling buruk. Jay trauma dengan keusilan Ni-ki yang makin mengada-ada jika malam sudah tiba. Jadi ia pindah ke tenda lain.





Ilalang di sekitar di bubuhi tetesan air embun, udara di sini terasa bersih meski tak di filter bulu halus dalam hidung. Tanah padat menggambarkan garis retak yang samar, kala siang tanah itu berubah menjadi debu berterbangan bila di injak terlalu keras. Berjalan lebih jauh, mata akan mendapati pohon berukuran sedang di setiap sisi. Ini yang dibutuhkan semua orang yang terlalu banyak menyerap polusi, sepertinya.




"Kok sinyal gue kaga ada, nye..." Sunghoon mengatupkan mulutnya cepat ketika sadar kata yang akan keluar dari bibirnya merupakan bagian dari kata tak sopan. Ini bukan tempat yang terlalu mencekam, tapi Sunghoon sadar diri bagaimana bertingkah di daerah orang lain. Oh jelas, Sunghoon menjunjung tinggi nilai kesopanan dimana pun ia berada. Mengeluhkan sinyal ponsel yang hilang, Sunghoon merelakan pesan yang sudah ia ketik dan siap di kirim ke Gempita kembali di hapus. Ya memang bukan jodoh, susah.




"Kartu lu towernya jauh kali," Jawab Jake seadanya. Ia usai menempel koyo yang telah di potong kecil dari ukuran normal ke kedua pelipisnya. Kepalanya pusing karena semalam, sewaktu acara bakar-bakaran ikan terlalu banyak mendengar ocehan Ni-ki. Cowok itu paling tidak sabaran dalam segala hal, termasuk pagi ini, pukul tiga ia sudah membangunkan seluruh manusia yang di kategorikan sebagai abang dan teman tercintanya. Ni-ki menyiapkan kameranya, siap memotret sang surya yang siap muncul pagi ini.





Seperti yang direncanakan di awal, mereka serius pergi berlibur ke Dieng. Di rekomendasikan oleh Jungkook yang pernah kesini berkali-kali membuat Heeseung bahkan Sunoo jadi tertarik untuk pergi kemari.




"Itu mi nya gak medok di bawa kesini weh?" Heeseung bertanya pada Jake, pemuda itu mengangguk ringan, karena perjalanan dari tenda ke sini cukup memakan waktu. Jake tidak punya pilihan, dari pada rasa lapar menghambat kinerja kakinya. Jake duduk di kursi kayu yang tersedia, bergabung bersama Sunghoon dan Sunoo. Heeseung menyusul, kaki serta badannya cukup pegal. Insomnia mendadak menyerang Heeseung, nyatanya kondisi tenda yang sepi mendukung sekali tidur nyenyak dalam balutan selimut hangat.




Walau bagai musuh, Jay dan Ni-ki sekarang terlihat akur berdiri berdua di dekat pagar pembatas kayu bersama Jungwon. Mereka masih mematuhi peraturan, tidak melewati batas aman bukit. Sekarang, waktunya hitung mundur, cahaya oranye mulai menyembul membelah awan-awan putih segar di sekitar. Jay merasa benar-benar ada di atas awan. Pemandangan pun udara yang tersaji di sini begitu menenangkan jiwa paginya. Sayang sekali Gempita tak di izinkan kemari oleh Jungkook. Pria itu takut Gempita sakit ketika sampai di sana, bukannya berlibur malah merepotkan yang lain.




"Cantik banget," Gumam Ni-ki mulai memotret citra latif di area yang bisa dilihat jelas oleh kedua manik matanya. Jay ikut berdecak kagum—mengagumi ciptaan Tuhan, sesekali ia memotret sunrise dari berbagai angle yang menurutnya elok.



Selanjutnya Heeseung dan Sunghoon menyerobot, Jungwon dan Ni-ki seperti sengaja menyediakan tempat untuk teman-temannya menonton, kontan beberapa orang di sana merutuk malas ke arah mereka. Heeseung meminta maaf untuk hal tersebut, sekali senyum dan kepala merunduk ringan pun semua orang di sana jadi luluh, kecuali insan lelaki yang tetap menatap sinis. Biasalah, pesona orang tampan di pagi hari memang tak dapat di tolak semena-mena.




Dekap ; JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang