perayaan yang sama, beda tokoh utama : 42

55 11 9
                                    


"Selamat ulang tahun, sayang."




Bagai dèjavu, Gempita menatap kue ulang tahun yang diberikan oleh sang kekasih untuknya. Kafe yang mulai sepi akan orang-orang menjadi latar yang sesuai untuk merayakan ulang tahunnya yang menginjak angka dua puluh dua. Ia usai memotong kue itu menjadi bagian lebih kecil, kemudian memberikan potongan pertama untuk Sunoo yang duduk di sampingnya, potongan kedua untuk Soojin sebagai teman yang selalu ada saat ia butuh apa-apa semasa kuliah, dan potongan kue yang ketiga untuk Heeseung---kekasihnya.




"Masa pacarnya dikasih potongan ke tiga," Komentar Heeseung menerima piring kecil yang Gempita berikan. Perempuan berambut sebahu itu terkekeh, menurutnya tak ada batas urutan nomor untuk kue yang ia potong. Kue ulang tahun yang spesial untuk orang-orang spesial pula. Sayang sekali mereka cuma berempat di sini, di kafe yang Soojin kelola sejak semester lima. Jiyoon mengucapkan juga, tapi hanya lewat video call karena dia sibuk bekerja.




"Makan ajaa, atau perlu aku suapin?" Tanya Gempita memegangi garpu kecil, ia sudah biasa dengan Heeseung. Satu tahun lebih bersama, menghabiskan hari-hari berdua dan bertukar cerita membuat mereka terlihat seperti pasangan sempurna yang siap untuk melangkah menuju jenjang hubungan lebih serius. Heeseung tipikal pacar yang manis, walau kadang memang Gempita sering sebal karena ulahnya. Mereka pernah bertengkar---perang dingin tiga hari hanya karena Heeseung salah membeli tiket konser musik.




"Boleh, boleh," Jawab Heeseung bagai menantang Gempita. Soojin dan Sunoo sudah biasa melihat mereka romantis-romantisan di sini, gaya pacaran keduanya lebih sehat di banding gaya pacaran insan seumuran mereka. Sunoo sangat percaya dengan Heeseung, pemuda pemilik senyum manis, suara lembut itu berjanji akan menjaga Gempita. Dan terbukti sampai sekarang.




"Buku mulutnya." Gempita menyodorkan sesuap kue ke arah Heeseung, pemuda di hadapannya langsung membuka mulut. Jujur hari ini rasa bahagianya menumpuk tinggi dalam benak. Memakan kue dari suapan yang diberikan Gempita, Heeseung kembali melukiskan senyum. Cakrawala sore hari juga mendukung sekali untuk pergi ke pantai, sekadar mengistirahatkan pikiran dalam beberapa detik dari pekerjaan ala 'fresh graduate' seperti mereka.




Heeseung bekerja di salah satu perusahaan swasta, jabatannya memang masih rendah, maklum ia hanya lulusan S1. Jadi hanya bisa lolos sebagai karyawan biasa, besok-besok Heeseung bisa naik jabatan. Meskipun demikian, gaji yang Heeseung dapat sekarang lebih dari cukup untuk dirinya dan kedua orang tua Heeseung yang telah menginjak usia tua.




"Sun, kalo mereka ganggu lu pindah meja aja. Feel free," Ujar Soojin beranjak dari tempat duduknya, ia akan kembali ke tempatnya. Soojin berterimakasih untuk kue yang di puji enak, itu buatan Soojin dengan sedikit bantuan, banyak kerusuhan dari sepupunya. Siapa lagi kalau bukan Heeseung, pemuda itu mau menyiapkan yang terbaik juga untuk Gempita.



Sunoo mengangguk kecil. Tidak masalah kok, dia juga telah selesai mengetik skripsinya. Sedikit pusing ia memijat pangkal hidung mancungnya, menilik sebentar apa yang dilakukan Heeseung dan Gempita. Mereka masih asik memakan kue ulang tahun Gempita, pun mendengarkan asyik lagu yang mengalun dari pengeras suara di pojok ruangan kafe, obrolan kecil terdengar pelan. Sunoo enggan ikut serta, lidahnya terlalu lelah berbicara.




Lelah. Sunoo sedang berada di titik lelah, entah untuk keberapa kalinya ia menginjak posisi tak menyenangkan ini. Namun berkat bantuan orang-orang dekat, termasuk kakaknya dan Heeseung, ia jadi tahu apa itu lelah yang menghasilkan sesuatu, lelah yang berguna serta bermanfaat untuk orang lain, dan lelah yang melahirkan karya sempurna bila di jalani secara rela. Mau menyerahkan pun sayang sekali, Sunoo sudah melangkah sejauh ini. Sunoo belajar banyak dari kehidupan Gempita.




Dekap ; JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang