50 : menyisipkan gembira

71 13 8
                                    

Hai, long time no see~ thank you 3k reads dan 500+ votenyaww :""

Ini chapter panjang, masih ada banyak typoo :""

Jangan lupa tinggalin jejak yaaa, terima kasih banyak <33














"Aku belum pernah museum date sama kamu," Ujaran barusan berhasil mengalihkan semua atensi Jay yang semula fokus pada layar tabletnya. Sebenarnya hari ini, Gempita sudah diajak jalan-jalan memutari hampir sebagian kota Semarang. Jay menoleh pelan, mengunci layar gadget miliknya segera.

"Besok lagi ya, kalau sekarang takut kamu kecapean, Ren." Jay memberi pengertian. Ia menggeser tubuhnya, duduk lebih dekat dengan Gempita yang sekarang mulai cemberut. Seminggu setelah Jay memberi cincin untuk Gempita, keduanya jadi sering bertemu dan bertukar kabar. Jay tidak main-main dengan perkataannya. Bohong dan ingkar tidak ada dalam buku catatan Jay kehidupan Jay.

Gempita menganggukkan kepala pasrah, sudah dua hari ia menginap di rumah Jay untuk menemani mamah Jay mengurus Elmira. Bukan masalah besar bagi Gempita, meski sudah lama tidak bertemu dengan mamah Jay, tapi beruntungnya mereka masih punya koneksi obrolan satu sama lain yang tidak diragukan.

Satu hal yang mengejutkan mamah Jay adalah kedua bola mata Gempita yang sudah mengalami disfungsi, bahkan rusak sehingga tidak bisa melihat. Tidak dipungkiri, sang mamah menangis melihat keadaan Gempita untuk pertama kalinya di saat usia si perempuan sudah menginjak kepala dua sejak lima tahun lalu. Pasti berat menerima kenyataan, dunia yang dulunya berwarna merotasi jadi hitam paripurna.

"Kamu sering museum date sama Heeseung? Pas liburan semester kalian pasti ngeluangin waktu bareng terus ya?" Tanya Jay.

"Lumayan sering sih, abis pulang kuliah kita lebih banyak makan bareng meskipun beda fakultas. Libur semester baru deh kita ke museum atau tempat wisata lain bareng temen-temen," Balas Gempita seadanya. Ia telah menceritakan sebagian kisah saat mengenyam pendidikan di universitas. Jay sendiri merasa nyaman dengan pemilihan kata yang digunakan Gempita dalam bercerita, itu artinya Gempita mau terbuka dan terus terang pada Jay.

"Jay... Udah ya kamu jangan tanya-tanya soal itu lagi, kita kan udah sepakat ngga ngungkit masa lalu," Potong Gempita sebelum Jay memberikan reaksi atau pertanyaan lain untuk kisahnya barusan. Karena jujur bagi Gempita, kala nama Heeseung muncul kepermukaan, ada rasa sesak yang menghimpit dadanya.

"Ren, kalau kamu belum lupain masa lalu kamu. Aku ngerasa masih berat sebelah."

Gempita bergeming, Jay bukanlah orang yang pandai di kelabui. Dalam keheningan yang tercipta, Gempita merasakan bahwa perasaan yang masih tersisa untuk Heeseung memanglah salah. Namun, selama ini ia berusaha semaksimal mungkin menandaskan perasaan pada pemuda yang kabarnya sudah jarang ia dengar.


"Jay... Please, kamu percaya sama aku." Gempita memohon dengan raut wajah memelas, ia berharap Jay masih mau menerima kekurangan Gempita. Mungkin Jay sudah menerima kekurangan fisik, tapi sebagian hati yang berkecamuk, Jay lumayan sangsi. Untuk siapa hati Gempita?


Menarik napas pelan, Jay mengangkat kedua sudut bibirnya membentuk garis lengkung---senyum manis yang dulu selalu Gempita lihat kala pagi datang, jam pelajaran sedang berlangsung, saat bel istirahat mulai berdentang dan usai bel pulang sekolah berdering. Mereka harusnya memang saling percaya, bukan saling perang argumen seperti ini. Jay mengalah saja supaya tidak menimbulkan runtutan peristiwa tak menyenangkan.


"Sekarang kamu mau pulang atau nginep di sini lagi?" Finalnya Jay mengalihkan topik pembicaraan. Ia sesekali menatap lekuk wajah Gempita, wajah perempuan yang selalu bisa membuat Jay tersenyum tanpa alasan. Aneh memang, tapi Jay tidak memungkiri fakta barusan.


Dekap ; JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang