[ 🎉 ]

121 25 0
                                    

contains 2288 words :)
A special part for a special person~










"Kan udah gue jelasin, Hoon." Heeseung meraup di udara sebanyak-banyaknya, nada suaranya menggeram layaknya motor yang menahan dilepas kendali oleh pemiliknya. Suasananya lumayan keruh sejak Sunghoon belum tahu inti pembicaraan kami berempat. Aku di ujung anak tangga mengedip perlahan, kemana otak jenius Sunghoon?


"Pit, jelasin dong ke Sunghoon." Jiyoon menunjukku. Air wajahnya setengah frustasi, dijelaskan secara rinci pun Sunghoon masih mematung sembari melayangkan tatapan heran.



Aku melirik Sunghoon malas. Mau bagaimana lagi, harusnya aku tidak melakukan kontak mata, mengajak bicara, atau sesuatu yang  bersangkutan dengan Sunghoon.


"Jadi gini, kita mau ngerayain ultah Jay. Tapi ngerayainnya di rumah Jake, nah Jake sama Jay di sini gak ada karena ini udah masuk rencana. Kita tinggal ke rumah Jake buat bikin kue, terus kasih surprise ke Jay." Susah payah aku menahan lekukan di sudut bibirku, tatapan Sunghoon yang polos layaknya anak kecil mendapat penilaian lucu di mataku.


Sunghoon masih diam, sesekali berkedip. Menunggu beberapa detik, aku juga hampir merajuk kesal ke Heeseung. Cowok itu melemparkan senyum simpulnya padaku, memberi sabar secara tersirat. Hari ini, di hari ulang tahun Jay, Sunghoon seperti kehilangan sebagian nyawa yang bersemayam dalam tubuhnya.


"Oh, bilang dong dari tadi. Iya-iya paham, yaudah sekarang kita ke rumahnya Jake?"



"Iyaa, kan gue udah bilang gitu dari tadi. Lu nya ngebug mulu, gimana gak kesel kitanya."  Heeseung mengelus dada.


"Ini berangk..."


"Aku sama Heeseung, kamu sama Sunghoon, Pit. Soalnya aku sama dia gak akrab, hehe oke."


Belum selesai merangkai perkataan dalam kepala, Jiyoon langsung memotongnya. Jiyoon menepuk bahu Heeseung supaya mereka berdua berjalan ke parkiran lebih dulu. Selanjutnya, Sunghoon melangkah kakinya mendahuluiku. Tidak ada pilihan lain, aku harus mengikuti dan mensejajarkan langkahku bersamanya.


"Mau pake jaket? Tapi aku bawanya yang leather."


"Oh, gak usah kalau gitu. Kamu aja yang pake," Balasku cepat, ia mengangguk, menyerahkan helm berwarna pink yang barusan ia ambil dari bagasi motor. Sunghoon juga memakai helm hitam sekaligus jaket leather yang ia maksud. Cuaca panas begini rasanya aneh bila mengenakan jaket tebal, pengecualian Sunghoon yang memang harusnya seperti itu. Seperti apa yang diperintahkan mamanya.


"Heeseung jangan ngebut lu!" Sunghoon berteriak begitu motor putih Heeseung melintasi kami. Sunghoon setengah marah karena pernah pergi bersama Heeseung, hasilnya Sunghoon tertinggal jauh. Ditambah sekarang ada Jiyoon yang ikut duduk dibelakang jok motornya, takut terjadi apa-apa.



Sunghoon menyalakan mesin motor ketika aku berhasil duduk dibelakang jok yang tak berpenghuni selama beberapa bulan kebelakang. Paling ada Jake yang minta di antar pulang saat Jake diantar pergi ke sekolah oleh supir, tidak setiap hari Jake di beri izin membawa motor-motor yang terparkir di garasi lebar rumahnya.



Aku dan Sunghoon sama-sama bungkam, tidak ada dialog lagi antara kami detik ini. Ia fokus mengendalikan kuda besi, menyalip kendaraan setenang mungkin, meminimalisir terjadinya sesuatu yang tidak di inginkan. Suasana kota yang lambat laun akan di susul sinar jingga menambah kehangatan kota ini bersama kisah-kisahnya yang belum selesai dan masih menjadi misteri semesta.


Rumah Jake lumayan jauh dari sekolah, tapi itu satu-satunya pilihan dari pada harus memilih rumah Heeseung atau Sunghoon. Si pemilik rencana ini Jake, maka ia yang harus menjadi aktor utama dalam mengalihkan perhatian Jay. Awalnya, ku lihat Jay sempat menolak permintaan Jake yang meminta ditemani pergi ke mall. Jay bilang sibuk, sampai aku dan Jiyoon diam-diam menelan kecewa. Kami sudah mengetahui rencananya sejak fajar datang menyapa bumi. Minus Sunghoon yang pagi-pagi belum muncul di grup. Ya itulah sebabnya kenapa ia di penuhi kebingungan.



Dekap ; JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang