49 : meminta izin

95 15 5
                                    


hai sudah lama ga ketemu di sini

akhirnya aku punya waktu buat lanjutin work ini

maka dari itu, mohon apresiasinya ya teman-teman

happy reading  💕







Guratan di senyum tipis seketika tergambar kentara di paras Gempita, kedua telapak tangan yang menggenggam jemari Sunoo bergerak kesana-kemari. Mencoba mencari kehangatan yang tercipta, kala satu indra mati, indra lain bagai lebih hidup. Gempita baru menyadari urat, jejak garis tangan adiknya. Dulu, ia bahkan tak menggenggam pergelangan tangan Sunoo seerat ini.

Meski sakit pada area mata Gempita hilang, namun bekas yang disebabkan masih melekat paripurna. Sunoo mengembangkan senyumnya, walau sendu di manik mata tak terhindarkan. Selama dua bulan ke belakang pula Sunoo selalu menemani Gempita duduk di bangku taman belakang kala sore hari. Namun sekarang mereka tengah duduk santai di ruang tamu, dengan musik yang mengalun dari pengeras suara ponsel Sunoo.

Atensi keduanya teralihkan sejak suara familier di ruang tamu tertangkap dua pasang telinga. Sunoo melirik bingung, ada hal yang belum mereka tahu. Ia mematikan musik yang terputar, mempersilakan Jay masuk dan duduk.

Suara itu datang dari Jay yang memberi salam lebih dulu, ia menarik pergelangan tangan anak kecil yang dikuncir layaknya ekor kuda. Masuk ke lantai ruang tamu rumah Gempita, senyum Jay mengembang sempurna. Sunoo bangkit dari duduk menyambut mereka berdua.


"Hai, nama kamu siapa? Mau kenalan nggak?" Sunoo langsung menghampiri si perempuan pemilik senyum manis itu. Respon yang diberikan terkesan malu-malu, ia bersembunyi dibalik kaki Jay.

Jay terkekeh geli melihat kelakuan anaknya, ia sekalian saja mengenalkan El pada Sunoo dan Gempita secara tak langsung. Gempita masih duduk di atas sofa, bingung mau melakukan pergerakan apa, sementara matanya saja sudah tidak berfungsi melihat citra ruangan ini.

Namun suara familier yang pernah ia dengarkan celotehnya kala sore sewaktu hujan itu membuat Gempita yakin, El yang dimaksud Jay adalah El yang ia temui di masjid bersama Soojin. Mengesampingkan fakta Jay yang sudah punya anak, Gempita jutsru lebih senang bertemu dengan El lagi. Anak itu sangat lucu, cantik dan membawa pengaruh positif.

"Aunty baik!" Suara cempreng El mengalihkan atensi, ayah yang baru bergabung ke ruang tamu sempat terkejut, apalagi Jay dan Sunoo. Jadi mereka pernah bertemu? El tipikal anak perempuan yang akan mengenal orang-orang baik yang sempat ia temui.

"Ini El yang minta kepang kan?" Tanya Gempita, ia sudah memeluk erat tubuh mungil El. Sayang sekali, Gempita tak bisa melihat paras imut nan elok dari sosok El.

Ayah menyapa Jay hangat, menyuruhnya duduk disebelah beliau. Sunoo pergi ke dapur menyediakan minum dan camilan. Jay terkesan mendadak kemari, ia sama sekali tak memberitahu Sunoo. Pasalnya Jay sedang ada misi penting dari papahnya.

Berbincang ringan, Jay sekaligus menyaksikan interaksi hangat antara Gempita dan El. Jauh diluar dugaan, mereka terlihat begitu akrab. Bahkan El terlihat nyaman sekali dipangkuan Gempita, sesekali anak itu bergelayut manja dileher Gempita layaknya koala mungil.

"Oh iya ayah, dia Elmira Azarenka. Anak angkat Jay," Bisik Jay pelan sebab takut El mendengar penuturannya. Singkat cerita, El merupakan anak dari teman Jay sewaktu kuliah diluar negeri. Bebasnya pergaulan disana menyebabkan kekasih teman Jay hamil, tapi sayang sekali ia menghembuskan napas terakhir usai El berusia tujuh hari. Teman laki-laki Jay masih saja mengelak dan enggan mengurus El.

Jay tidak pernah berpikir mengasuh seorang anak dari bayi, tapi sekarang ia telah melaluinya, ia berhasil membesarkan El dengan tenaganya. Susah payah ia mendidik El supaya menjadi pribadi yang baik, Jay tidak pernah menceritakan keburukan kedua orangtuanya. Salahnya, Jay mengaku sebagai daddy kandung El. Suatu hari, jika El sadar itu sebuah kebohongan, pasti anak itu akan sangat kecewa dan terluka.

Dekap ; JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang