penangkapan, pelepasan rasa : 51

70 11 1
                                    


Double up buat readers kesayangan <33










"Sunoo?"

Gempita telah sadar, ia bangun dari tidurnya. Sudah pukul berapa sekarang? Jok empuk yang ia tempati berubah menjadi kursi kayu yang membuat sebagian badan pegal-pegal. Bau lavender khas mobil bahkan sudah tak tercium lagi oleh hidung. Gempita merasakan tangannya di lingkari oleh kain licin cukup tebal. Oksigen yang ia hirup mendadak terasa pahit memenuhi kerongkongan.

"Sunoo!" Gempita mulai panik, tidak ada yang menyahut sama sekali. Ia terus berusaha melepaskan diri dari kaitan yang dibuat oleh seseorang, entah siapa yang mengurungnya di sini.

Semua prasangka buruk tentang dirinya dan Sunoo mulai bermunculan, dimana Sunoo? Kenapa semua ini bisa terjadi? Gempita ingin menarik kalimat-kalimat buruk yang sempat terlintas semalaman. Apa sekarang sudah pagi?

"Sunoo...," Panggil Gempita lagi. Suaranya bergetar, hampir menangis dengan keadaan karena tidak ada yang merespon kalimatnya. Bergerak gusar, Gempita hanya membuat pergelangan tangannya makin merah oleh gesekan kain. Surai hitamnya jatuh ke depan, hampir menutup sebagian paras sendunya.

Rapalan-rapalan doa mulai Gempita bisikan dalam hati, bahkan selama beberapa detik ia tak sadar telah mengucapkan berulang kali nama Jay. Ia takut sekali, tolong siapa pun bantu Gempita kabur dari sini. Tapi sebelum itu, ia ingin tahu siapa yang membawanya kemari.

"Untuk apa kamu berontak," Ujar seseorang membuka pintu. Suara baritonnya membelah keheningan yang menyelimuti ruangan kecil ini. Keringat dingin makin bercucuran di dahi, bahkan membanjiri telapak tangan Gempita. Suaranya benar-benar familier.

"Kamu... Sunghoon? Apa maksud kamu bawa aku ke tempat ini. Sunghoon! Lepasin aku!" Gempita marah bukan main. Kalau tidak salah itu benar-benar suara Sunghoon. Lantas, sekarang di mana Sunoo?

"Kenapa sayang? Ada apa? Kenapa takut gitu, hm?" Sunghoon mendekat ke kursi yang Gempita duduki. Perempuan itu tak sanggup berdiri karena kakinya juga terikat ke kaki kursi. Ia berjongkok, ingin melihat dengan jelas raut wajah Gempita.

"Cantik." Sunghoon tersenyum singkat, ia cukup terkejut dengan tepisan yang dibuat Gempita kala tangannya meraih dagu si perempuan. Apa ini sifat Gempita yang sebenarnya?

"Sunghoon lepasin aku! Kamu jahat!" Gempita hampir menangis, lalu tawa ringan Sunghoon terdengar di penjuru ruangan. Tidak ada yang bisa memerintah dirinya sekarang, tidak ada yang boleh meneriakinya seperti barusan. Namun, pengecualian untuk Gempita, tidak apa-apa jika ia ingin memaki Sunghoon seribu kali, tidak apa-apa bila Gempita ingin meneriakinya bagai kesetanan seperti barusan.

"Aku baik, Pita. Aku cuma mau ngehabisin sisa waktuku bareng kamu. Apa salah?" Tanya Sunghoon. Ia duduk santai di atas lantai berlapis karpet berdebu tipis, kedua bola matanya masih memandangi Gempita yang duduk tak jauh darinya. Sunghoon tahu caranya kali ini salah, tapi ia pikir ini satu-satunya hal yang bisa ia lakukan sebelum Gempita pergi dimiliki oleh orang lain, sahabatnya sendiri.

Mendengar kalimat yang keluar dari mulut Sunghoon, Gempita dibuat makin bingung. Dalam debaran jantung tak karuan karena oleh takut, maksudnya bagaimana?


"Cara kamu tetep salah, kamu nyulik aku, Sunghoon! Aku pikir kita sahabat, kamu bisa punya waktu kapan aja bareng aku. Nggak gini caranya." Gempita tidak tahu bagaimana sorot mata Sunghoon, yang ia ingat dulu, sorot mata Sunghoon begitu hangat dan teduh. Lagi dan lagi, semuanya berbanding terbalik bagi Gempita.

Sunghoon tidak menunjukkan reaksi berlebih, ia masih berada di batas kesadaran yang seharusnya. Namun, apa pun akan ia lakukan untuk perempuan yang pernah mewarnai dan mengisi hari-harinya. Hanya kali ini, izinkan Sunghoon bermain peran antagonis. Ia tidak suka menjadi orang yang sangat baik hati.

"Jay posesif juga ya, Pita? Kalau kamu keberatan sama sikap dia, bilang ke aku Pita." Sunghoon bangkit dari duduknya, ia bergerak menuju jendela lebar yang menampilkan rumput-rumput liar.

"Aku nggak pernah keberatan soal itu," Balas Gempita. Ia ingin segera pergi dari sini.

"Kamu kenapa belum move on? Aku pikir kamu udah punya orang baru yang akan ngetreat kamu lebih baik dari aku," Lanjut Gempita ingin melakukan detente antara dirinya dan Sunghoon. Jay adalah alasan kenapa Gempita tidak mau bermain dengan laki-laki lain, berduaan di ruangan ini dengan Sunghoon sudah memberatkan mentalnya.

"Ga ada yang kayak kamu, Pita. Mereka cuma manfaatin aku, awalnya aku juga gamau pacaran karena buang waktu. Tapi justru aku ngerasa jadi orang yang paling hampa di bumi."

"Kamu juga cuma manfaatin mereka sebagai status palsu..." Gempita merasa ada banyak keganjilan dalam diri Sunghoon, selama ini Gempita pikir hidup Sunghoon baik-baik saja. Namun, sejak Gempita juga jadi bahan percobaan untuk Sunghoon kabur dari statusnya yang akan dijodohkan dengan kakak Monday hari itu, semuanya jelas terulang dalam pikiran. Klise tapi tetap menyakitkan.

"Bisa tolong lepasin aku? Janji ngga akan kabur. Mungkin kamu cuma butuh tempat buat ceritain semua hal yang kamu pendam selama ini." Gempita tetap berusaha tenang, Sunghoon merupakan teman dekatnya, mana mungkin ia tega menyakiti Gempita kan? Keadaan ruangan sunyi adanya, bahkan sekarang helaan napas Sunghoon terdengar sumbang di telinga Gempita.


"Satu bulan lagi aku dikirim ke Bengkulu, semuanya kacau karena ulahku sendiri, Pita. Aku ga sanggup tinggal di sana sendirian."

"Maaf aku nggak pernah di samping kamu saat kamu butuh seseorang untuk bersandar. Aku bahkan belum bisa kasih kamu solusi, tapi mungkin itu yang terbaik buat kamu. Siapa tahu pas di Bengkulu kamu ketemu seseorang yang bisa merubah kehidupan kamu seutuhnya." Gempita merasakan ujung jarinya di sentuh jemari Sunghoon, pemuda berkaus hitam polos serta celana panjang hitam itu melepaskan kain yang melingkar di pergelangan tangan Gempita. Sunghoon luluh secara mudah.

"Gitu ya?" Sunghoon mengajak Gempita duduk di sofa. Pemuda itu tidak menyangkal bahwa hatinya sedikit tenang usai mendengar kalimat yang keluar dari mulut sang lawan bicara. Gempita masih memiliki pengaruh kuat untuk Sunghoon.

Sunghoon membantu merapikan surai hitam milik Gempita, cantik, bisiknya pelan dalam hati. Sunghoon tidak mau menghancurkan suasana serius yang sudah diciptakan Gempita untuk mendobrak setiap keraguan dalam dirinya menjalani hidup. Mungkin setelah ini, Sunghoon tidak akan pernah mendengar nasihat-nasihat dari Gempita. Sunghoon tidak cocok untuk Gempita yang memahami kebijakan-kebijakan hidup di bumi.

"Aku bisa jadi yang kedua buat kamu, Pita." Sunghoon berujar melantur. Tepisan lembut dari Gempita membuat Sunghoon tersentak cukup kaget.

"Aku cuma mau satu laki-laki yang mau menerima kekuranganku. Dan aku udah nemuin dia diantara banyaknya cowok yang pernah aku temui dalam hidupku. Sunghoon, kamu juga berhak bahagia. Jangan kayak gini, please... Aku sedih." Gempita meremas ujung rok selutut yang ia kenakan.


"Kalau Jay ninggalin kamu, segera bilang ke aku ya, Pita." Sunghoon tersenyum simpul. Lantas usai itu, Sunghoon berjanji mengantar Gempita pulang dengan selamat sampai ke rumahnya. Masalah Sunoo itu urusan kecil bagi Sunghoon, adik laki-laki Gempita masih memegang rasa percaya yang besar untuk Sunghoon. Dengan sekali izin saja pasti sudah mendapat persetujuan. Kali ini saja yang izinnya sedikit melenceng, Sunghoon bilang bahwa Zoa yang ingin banyak mengobrol dengan Gempita.

"Kalau emang Jay ninggalin aku suatu saat nanti, karena kondisiku atau memang karena paksaan orang-orang, lebih baik aku hidup sendiri untuk menciptakan kedamaian dengan luka batinku."

"Sakit ya Pita?" Tanya Sunghoon. Ia melihat sosok rapuh Gempita detik ini, barusan ucapannya sangat lirih seakan mencerminkan betapa ruai hatinya. Jangan lupakan status Jay yang sudah tinggi, sementara Gempita masih biasa saja dengan embel-embel orang buta yang ia sandang sekarang.

"Tolong bahagia tanpa aku ya, Sunghoon." Gempita menghentikan langkah, di lorong bangunan yang sepi, Gempita merengkuh tubuh tegap Sunghoon. Sementara si pemuda masih bergeming, semoga ia tidak salah mencerna perlakuan Gempita.

"Siap! Sunghoon harus melakukan yang terbaik buat Gempita."







Mau tauuu ekspektasi kalian sama karakter Jay di sini gimanaa?? Sama kaya dugaanku ngga yaaa kira-kira, tinggalin komen yaaa 😩

Dekap ; JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang