40 : hal konyol, hal pedih dalam hidup

86 16 10
                                    

Halo, selamat malam

Sudah makan? Kalau belum makan ya!

Sudah bahagia? Kalau belum coba senyum sebentar, bilang Terimakasih ke Tuhan secara rela ( ◜‿◝ )♡



Selamat membaca buat teman-teman














Saturasi rona langit pagi itu meredup, berbeda dari hari normal-normal yang warnanya lumayan cerah di bandingkan dengan senyum Sunghoon kala ia meratapi kisah cintanya yang masih menggantung. Pemuda itu keluar dari rumah, usai membereskan gudang bersama sang adik, seperti apa yang di pinta oleh kedua orangtuanya, lalu sekarang ia harus pergi ke suatu tempat. Liburan tersisa beberapa hari lagi, dan Sunghoon patut memotong rambutnya.





Hari-hari libur Sunghoon layaknya orang biasa, tidak ada agenda khusus yang tertulis pada angka di kalendernya. Meski papa Sunghoon pulang ke rumah, menambahkan kesan hangat sekaligus mencekam dalam batin. Sunghoon malu saja bila duduk berdua bersama papanya, kadang ia merasa masih manjadi anak kecil yang manja di nilai pandang papanya. Sedikit iri, kenapa anak laki-laki lain begitu akrab dengan sang papa, bersepeda, pergi bermain bulu tangkis, pergi ke gym, Sunghoon juga mau diajak melakukan aktivitas semacam itu. Namun papanya akan tetap menjadi papa yang kaku, sedikit bicara saat di depan keluarga, banyak bicara di depan murid SMP-nya.





Sunghoon telah melakukan banyak kegiatan, apalagi kegiatan outdoor bersama teman-temannya. Ya itu hal biasa, jadi Sunghoon enggan memasukkan kegiatan tersebut dalam acara spesial. Setidaknya kan, liburan mereka tak bergantung pada peralatan elektronik canggih di rumah, tidak juga bergeming tak mampu melakukan apa-apa di kasur empuk. Namun kemarin Sunghoon melakukan hal tersebut, tiduran sampai tak tahu waktu, berguling-guling mendengar alunan musik dari ponsel, dan sebagian suara dari tv yang memuat film tontonan Zoa.





"Wah Sunghoon, udah lama gak kesini. Ternyata lu ganteng pas rambut begini, mendalami anak teknik mana nih?" Sambutan yang hangat muncul dari pemilik barber shop langganan Sunghoon, jelas sudah akrab. Pemuda itu terkekeh sebagai respon, sedikit malu karena baru mula menginjak kaki ke sini, ia sudah di puji. Tidak punya jawaban pasti, Sunghoon mengalihkan pembicaraan. Ia akan potong rambut di sini, kebetulan sepi, hanya ada beberapa pelanggan.





"Ok potong kayak biasanya ya," Ujar pemilik salon yang kadang ikut mengambil bagian memotong rambut pelanggannya. Rupanya, Sunghoon menjadi beberapa orang beruntung yang dapat treatment istimewa di sini. Dengan anggukan kecil, Sunghoon melangkah mengekori pria berkepala tiga tersebut.





Sunghoon menyayangkan rambutnya di potong, apalagi baru seminggu kemarin ia membleach beberapa helai rambutnya supaya bisa punya model rambut layaknya kuaci. Kegiatan iseng itu di sebabkan oleh Jay yang gabut membeli bleach rambut terlalu banyak, hingga pemuda itu mengajak Jake dan Sunghoon. Namun ia terus mendapat wanti-wanti dari sang mama, apalagi kan mamanya mengajar di sekolah Sunghoon, beliau tidak mau Sunghoon mendapatkan konsekuensi berlebihan.




Pemuda yang mempunyai nama lengkap Sunghoon Temaram Bumi itu melihat refleksi dirinya di cermin, insan yang sepuluh tahun lebih tua dari Sunghoon memangkas rambutnya dengan cekatan. Untung Sunghoon telah mengabadikan rambut kuaci kesayangannya menggunakan kamera ponsel—bersama Jay dan Jake juga, tentu Sunghoon merasa makin tampan dengan tampilan tersebut.





"Udah Hoon, mau saya tambahin jalan kutu gak?"




"Hahah gak perlu, mas. Thank you ya." Ikut membantu melepas kain hitam yang menutup sebagian badan, Sunghoon mengibaskan rambut pendeknya. Ia membayar ke kasir di dampingi si pemilik salon, sekaligus mengobrol kecil. Ternyata pria itu masih ingat bagaimana saat pertama kali Sunghoon potong rambut bersama Gempita, agak terkejut, pasalnya Sunghoon lebih sering ke sini bersama Zoa ataupun teman-teman akrabnya.





Dekap ; JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang