10 : dekap

179 38 0
                                    

It's contain 1500++ words, let's appreciate ^^

Happy reading~









Persami akan di mulai ketika matahari bersiap tenggelam di hari Jumat, sekarang masih pukul tiga lebih lima menit. Semua anggota ekstrakurikuler di wajibkan ikut sejak nilai kehadiran dari kegiatan ini akan di cantumkan di rapor semester. Di saat yang lain kesusahan membawa barang bawaan saking banyaknya, aku dan Jiyoon sudah duduk bersantai di bawah pohon, duduk di pot semen yang melingkari pohon lumayan rindang ini.



Soeun belum terlihat di manapun, mungkin masih berada di jalan. Jiyoon enggan menanyakan sejak ponselnya di charge di ruang OSIS atas izin dari salah satu pengurus yang kebetulan teman kami juga. Aku pikir kegiatan nanti malam akan menguras banyak tenaga, hari ini keberuntunganku terlihat begitu kecil sejak sadar dua hari yang lalu namaku dan Jiyoon tidak ada di satu regu.




"Jiyoon, boleh tukeran kelompok gak sih?" Tanyaku.



"Hmm aku gak tau sih, katanya udah gabisa di ubah-ubah nanti susah nyatetin lagi. Kamu bukannya satu kelompok sama Jay? Kan ada temen satu kelasnya."



Jay memang satu kelompok denganku, tapi untuk di baurkan bersama teman-teman yang lain aku agak risau. Jay laki-laki, sementara aku perempuan. Omongan tak mengenakkan akan siap menabrak gendamg telingaku, kapan tepatnya aku tidak tahu. Namun, aku berharap semua itu hanya pikiran buruk ku saja.



Raut wajah khawatirku di baca Jiyoon dengan kentara. Kabar Sunghoon yang akan di jodohkan dengan anak pertama kepala sekolah memang sudah terdengar sejak awal kami masuk ke sekolah ini, Sunghoon menjadi populer karena terus di sebut oleh kepala sekolah sejak awal ia menginjakkan kaki untuk mendaftar di sekolah ini. Dari sana juga aku bisa menemukan sosok tinggi nan putih itu di barisan siswa baru semasa masa pengenalan lingkungan sekolah.



"Ada Monday ya? Kayaknya dia masih kesel gara-gara kamu jadian sama Sunghoon, padahal ya kan Sunghoon emang gak mau sama kakaknya Monday. Apa yang perlu dipermasalahin? Udahlah gak apa-apa kok, nanti aku nitip kamu ke Soojin. Jangan sedih, oke!"




Setidaknya Jiyoon mampu menenangkan sejenak pikiranku yang kacau. Usai itu kami mengunjungi Soojin yang berkumpul bersama reguku, Jiyoon serius menitipkan ku pada Soojin. Aku heran kenapa aku sama sekali tak bisa marah pada Jiyoon, bisa saja aku tak terima di samakan dengan barang kan?




Jiyoon pergi. Aku di tinggal bersama Soojin dan kelompoknya, presensi Monday membuatku gelisah. Tatapannya lebih tajam dari yang ku kira, apalagi dia membenciku. Rasa bencinya makin menjadi. Segala praduga buruk ku coba tepis sekuat tenaga, Monday itu baik kok. Kami duduk di dekat lapangan voli menunggu upacara pembukaan persami dimulai.












Panitia pelaksana acara membunyikan peluitnya lagi, istirahat dua puluh menit berakhir begitu cepat dari yang ku kira. Soojin mengajakku pergi berkumpul di lapangan, di sana sudah ramai anak-anak yang berbalut baju olahraga. Menerobos kerumunan, aku dan Soojin bergabung dengan regu Monday yang berada di barisan depan. Monday mendapat nomor urut ke empat belas, sepertinya kami akan menunggu lumayan lama sampai hampir tengah malam.



"Nih pegang benderanya satu-satu. Harus di bawa terus, terserah mau taro mana yang penting harus ada terus jan sampe ilang. Kalo salah satu ilang kita bisa di hukum semua." Monday membagikan bendera kecil berwarna oranye muda, sebagai ketua regu Monday bekerja secara baik dan tegas.



"Jay, awas lu ngilangin bendera!" Peringat Monday ketika menyerahkan bendera itu ke Jay. Aku menoleh sekilas, Jay mengangguk saja tanpa membalas kata. Monday pikir Jay yang paling ceroboh di regunya, nyatanya aku yang lebih ceroboh. Ujung kayu kecil yang panjangnya berukuran 10 cm ku pegang erat, sampai tanganku hampir gemetar sempurna. Aku takut menjadi masalah bagi reguku.



Dekap ; JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang