08 : tikai

164 41 0
                                    

It's contain 1600+ words, help to vote or comment
Thank you 😘😘♥♥♥




Aku mengacak rambutku, berteriak kecil pada diriku yang sekarang terpantul di cermin kamar mandi. Tugas nilai matematika ku baik-baik saja, ada campur tangan Sunghoon dan Sunoo yang mengajariku mati-matian. Namun, sekarang masalahnya lebih buruk dari sekedar mendapat nilai kecil, orang-orang tahu aku pacar Sunghoon. Dan mereka membeci fakta ini, semua ini makin membuat otakku kesakitan.



"Kenapa Pita? Ya ampun!" Jiyoon ikut-ikutan frustasi melihatku. Soeun tertawa kecil melihat tingkah kami hari ini. Yoojin paling paham bagaimana keadaanku, hanya satu keadaan bukan semua keadaan yang ia tahu.



Aku menarik napas. Jay dan Jake sudah tahu itu sejak lama, tapi mereka hanya diam dan tetap berteman denganku seperti biasanya. Seperti bercanda, makan di kantin bersama, sesekali aku juga duduk berdua di kelas menunggu bel masuk bersama Jay. Apa mereka menilaiku seperti perempuan yang memainkan hati laki-laki?



"Kamu mirip Sunghoon banget si kalo lagi kaya gitu, teriak ga jelas, kadang nendang-nendang udara yang gak salah." Jiyoon mengulangi kalimat yang Jake layangkan tadi pagi.



"Kamu ada masalah sama Sunghoon, Pit?" Soeun menyerahkan tumpukan tisu yang masih bersih terlapis plastik. Itu aku yang membawanya berjaga-jaga jika kran air di kantin mati, mana mungkin kan membawa tangan kotor nan lengket dilapis minyak menyusuri lorong demi pergi ke toilet. Namun, hari ini kran air di sekitar kantin kembali normal hasilnya tisu tersebut di gunakan mengusap wajah saat berkeringat.



"Hah? Enggak. Yaudah aku pulang duluan ya, nanti Sunghoon ngamuk-ngamuk nungguin aku kelamaan," Ujarku menutup percakapan sore ini. Ku hitung sudah beratus kali Sunghoon memarahi ku, itu cuma marah kecil, ia kesal dengan sikapku. Tapi anehnya Sunghoon seakan tidak mau melepasku, jika aku tidak seperti apa yang ia harapkan, cari saja perempuan lain kan?



Selama tiga bulan yang terjadi padaku hanya mendapat cercaan dari Sunghoon, ejekan yang terus membuatku seperti orang tidak berguna. Sunghoon juga memaksaku latihan ini itu, bermain bola dengan Sunoo, berlatih skate board di temani Jake sampai Jake merasa bersalah karena aku jatuh di aspal. Sunghoon selalu berlagak perhatian di depan orang-orang terdekatku. Agaknya mentalku mengalami degradasi dan abrasi lumayan parah.





"Lama banget aku tungguin disini, aku sampe jadi jamur nih! Sana ah kamu pulang sendirian aja."



"Pacar macem apa kamu?" Aku meninju lengan kirinya. Aku sama sekali tidak mau terlihat lemah di depan Sunghoon, walaupun kenyataan nya aku sangat lelah dengan hubungan sepihak ini. Haha iya aku yang menyukainya, sendirian. Cukup adil sebenarnya, karena kami juga sama-sama saling membenci kenyataan tapi memanfaatkan keadaan.



"Ayo pulang, sekarang udah sore banget kalau hujan gimana. Aku tuh gak mau kamu kena jebak hujan di jalan. Nih helm nya, atau mau aku pakein?" Sunghoon bangkit dari duduknya di atas motor, menyodorkan helm padaku. Nada bicaranya merotasi 180°, aku tahu ada seseorang di belakang punggungku.



Beginilah Sunghoon. Selain pandai dalam urusan pelajaran dan olahraga menguras tenaga, ia juga pandai mengambil peran. Berakting layaknya aktor yang sudah memiliki banyak penghargaan di lemari bufetnya.



"Kamu enggak cape apa akting terus," Bisikku pelan melihat Monday dari spion motor Sunghoon. Monday itu anak kepala sekolah, tapi kakak Monday yang akan di jodohkan dengan Sunghoon. Itu yang ku dengar dari Sunghoon langsung, ia tidak suka dipaksa oleh kedua orangtuanya demi menaikkan jabatan sang ibu di sekolah ini.







Dekap ; JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang