30 : rentetan lebam

90 19 5
                                    



Author point of view •





Awan-awan di langit bergeser inci demi inci akibat angin, suhu udara lumayan rendah malam ini. Jay duduk di atas motor hitamnya, meninggalkan rumah, membawa rasa khawatir sepanjang perjalanan. Ia pamit pada Jungwon ada acara di rumah Jake, tapi nyatanya sekarang Jay berada dimarkas geng Hueningkai.



Jay enggan mengatakan ini pada siapapun, termasuk Jungwon dan teman-teman dekatnya. Ia takut mereka terlampau risau karena keadaan yang cukup menyesakkan.


Rumah kecil bergaya kuno, tapi masih cukup kental akan polesan nuansa modern terpajang rapi di depan iris mata Jay. Cat putih kusam beraksen hitam dan abu-abu di setiap ujung tembok menunjukkan betapa kentalnya sisi maskulin bangunan. Oke Jay pikir bangunan ini keren dalam penilaian objektifnya.


Menunggu di dekat jajaran tanaman pucuk merah yang lebat, Jay terus menunggu para pemuda pemilik motor racing yang terparkir rapi di depan bangunan. Hueningkai bilang malam ini mereka akan keluar markas tepat pukul sembilan malam, artinya Jay hanya tinggal menghitung mundur kedatangan mereka.


"Kai," Panggil Jay. Ia bergegas turun dari atas jok motornya. Si pemilik nama menoleh, ia bersama teman-teman satu gengnya semasa SMP. Jay lumayan ingat mereka dulu dicap sebagai lingkaran pertemanan yang baik, namun sekarang hanya tinggal nama. Usai pendiri geng bernama Soobin harus memisahkan diri karena memang ia tidak berminat lagi masuk dalam perkumpulan.



"Oh ini temen yang katanya mau nyelamatin lu dari kesesatan kita?" Sorot remehnya nyalang menatap rendah Jay.


"Kece juga, masuk geng kita ajalah. Nanti lu yang jadi ketua." Tersenyum miring, ia menawarkan tawaran paling menarik yang sebelumnya tak pernah terlontar dari mulut. Kai sendiri terperanjat mendengarnya. Jay bereaksi, melirik tanpa minat. Ia hanya ingin menyelamatkan Hyuka, seperti apa yang dia pinta.



"Gak tertarik. Lepasin Hyuka, dia harus pulang sekarang."


"Wah lo siapa emang, bapaknya? Main nyuruh pulang. Lu aja sana pulang, pasti lo dicariin sama temen kelompok belajar lo kan," Timpal anak lain. Sontak terdengar tawa keras yang hampir memecah gendang telinga.


Jay menyilangkan tangan, melihat satu persatu orang di depannya. Sial, sepertinya jumlah mereka lebih banyak di banding yang Jay bayangkan dalam kepala. Kalau main tangan, tonjok-tonjokan di sini, Jay bisa kalah dan Hyuka akan lebih terancam lagi posisinya.


"Kai emang lu beneran mau keluar dari geng kita?" Pertanyaan itu tak langsung disambut anggukan atau tanda setuju dari pemilik nama yang disebut. Hyuka menunduk penuh gerak gelisah, ia takut merepotkan Jay sebenarnya. Namun Hyuka pikir hanya Jay yang bisa menyelamatkannya. Sudah beberapa minggu kebelakang Jay menjadi tempat mencurahkan keluhan yang ia hadapi.


Mendadak hanya Jay yang mau mendengarkan kisahnya yang selama ini terjebak dalam pertemanan tak baik ini. Jay hanyalah teman biasa sama seperti teman-teman yang lain di kelasnya, tapi kali ini Hyuka mau menaikkan status Jay sebagai teman baiknya atau bahkan sekaligus sahabatnya.



"Kita gelut aja kali ya? Kalo gue menang lu masuk geng ini, kalau lu menang.... Hyuka bebas."



Pemuda berjaket kulit, berplaster di hidungnya itu maju menggulung kaus lengan panjangnya. Jaketnya ia lempar ke belakang, hampir mengenai wajah dari salah satu anggotanya. Jay tersenyum miring, meski tidak yakin ia tetap maju dengan gaya keren. Sesekali kan tidak apa-apa? Kalau ada polisi lewat, bilang saja sedang latihan tinju sebelum benar-benar berada di ring tinju.


Dekap ; JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang