reuni dadakan : 45

47 12 13
                                    




"Kak, woi! Jangan ngelamun terus." Sunoo menjentikkan jarinya di depan wajah Gempita yang tatapannya tak tertuju ke arah manapun, ia menatap nanar objek di meja kayu jati miliknya. Helaan napas terdengar pelan, tapi tetap mengalahkan deru mesin air kondisioner di ruangan. Sunoo mana tega melihat kakaknya murung, hampir tiga hari juga sang kakak perempuan jarang makan teratur.




Usai mendengar semua penjelasan rinci dari Heeseung, Sunoo tahu kalau sebuah hubungan tak bisa di satukan apabila salah satu keluarga ada yang tak setuju. Di tambah ini perihal latar belakang, apa Sunoo juga akan mengalami hal yang sama? Bukan sedih karena nasibnya, tapi ia sedih kedua orangtuanya di anggap seburuk itu. Sunoo sayang sekali dengan ayahnya, ia tidak akan mampu mendengar cacian yang sengaja di arahkan pada ayahnya. Mereka punya ayah yang sangat baik!




"Lu mau liburan, kak?" Tanya Sunoo. Gempita lekas menggelengkan kepala tanpa tenaga. Ia merasa hidupnya hancur, ini baru pertama kali untuknya. Mungkin besok-besok Gempita akan trauma jika di tanya latar belakang oleh keluarga pacarnya. Toh siapa sekarang pacar Gempita.





"Gue harus lupain Heeseung ya?" Tanya Gempita bergumam, ia memainkan bolpoin warna hijau di sela jemari. Lagi-lagi perihal melupakan kejadian tak menyenangkan, membuang pahit dan menelan manis kadang tak bisa dilakukan semudah yang di katakan. Di beberapa kesempatan, di beberapa waktu rasa pahit akan menerjang minta di telan bulat-bulat tanpa sebutir gula sekalipun.




Kepala Gempita berdenyut, Sunoo menyampaikan semua gagasan. Pembahasan yang berulang sebenarnya, tapi ia yakin setiap kalimat akan tertancap lebih lama menjadi motivasi yang lekat dan akan bisa Gempita terapkan dalam tiap jam bahkan detik hidupnya. Hidup bukan cuma bersama suka, tapi ada juga luka. Dan cara terbaik salah satunya dengan berdamai dengan luka tersebut tanpa melupakan bagaimana luka bisa tergores lebar di sana. Luka itu bekas pelajaran yang paling nyata walau lara mendera.





"Mau jalan-jalan? Beli es krim mint choco. Sekarang lu suka apa yang gue suka kan?" Ajak Sunoo bersiap beranjak melenggang pergi dari ruang kerja Gempita di butiknya. Pekerjaan Gempita di tangani oleh asistennya, syukurlah bisa di lakukan secara profesional. Sunoo menunggu di ambang pintu, karena lagi-lagi tak ada pergerakan, Sunoo menghampiri kakaknya, menyeret pelan pemudi itu supaya mengikuti langkah kedua kaki Sunoo.




Gempita dan Sunoo sekarang lebih santai dalam mengobrol, sudah seperti teman sejawat. Namun Sunoo tidak merusak batas-batas antara kakak dan adik antara mereka, Sunoo masih bertutur dan berlaku sopan pada Gempita. Ia menurut pada perkataan ayah, sebenarnya ini agak menyedihkan, karena ayah bilang kalau ayah sudah tidak ada kalian jangan bertengkar, jangan lupakan satu sama lain, kalian cuma berdua di rumah ini. Sunoo tetap sopan ke kakak ya, meski dia punya keluarga baru nanti bisa aja keluarganya gak akan nerima Gempita seratus persen. Ya begitulah rentetan kalimat yang Sunoo dapat kala Gempita pergi ke Yogyakarta bersama Heeseung.




Benar saja, keluarga Heeseung tak menerima Gempita lima puluh persen pun, apalagi seratus persen. Sunoo tidak menyalahkan siapapun, walau saat pulang ke rumah Heeseung menangis dan mengaku ini semua salahnya. Sunoo ikut merasa sakit malam itu, antara Heeseung dan Gempita, keduanya tak baik-baik saja. Padahal Sunoo yakin Heeseung cowok terbaik yang pernah ia kenal di lingkungan kampus.




"Mana kunci mobilnya, sini Sunoo aja yang nyetir." Sunoo melebarkan telapak tangan besarnya, Gempita langsung menaruh kunci mobil ke atas telapak tangan Sunoo. Ia tidak mau protes sama sekali, moodnya masih bisa dikategorikan buruk. Gempita izin pada asisten serta lima karyawatinya yang lain, takut mereka khawatir sampai mencari Gempita.





Dekap ; JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang