"Atur aku Pita, gapapa kamu atur aku asal itu ngebuat kamu nyaman sama hubungan ini."
Air muka Sunghoon berubah, berapa kalipun ia mengatakan hal yang sama. Aku tidak pernah nyaman dengan hubungan ini. Benar-benar menyiksa batin dan sekarang Sunghoon memintaku bersikap protektif layaknya pasangan lain di luar sana. Bagiku ini hanya hubungan palsu, tidak perlu serinci itu menjalaninya.
Duduk di sebelah Sunghoon menjadi hal biasa, tidak asing bagi beberapa teman satu angkatan di sekolah. Teras semen di sebelah perpustakaan menjadi tempat singgah kami mengobrol sore ini. Sunghoon mau menjelaskan sesuatu, entah apa itu yang ku lakukan hanya menunggu tanpa menuntutnya mengatakan semua hal.
"Aku merasa bersalah selama ini, aku takut jadi parasit di hidup kamu. Jadi aku bebasin kamu, mau kamu berbuat apapun aku enggak akan marah, aku enggak akan larang. Hubungan kita ini, status ini bukan sesuatu yang harus di seriusi, kita cuma pacaran enggak sampe bertukar janji sakral."
Aku mengabaikan reaksi yang Sunghoon berikan. Kedua obsidianku menatap nanar ujung jari yang ku gunakan untuk meremas sobekan kertas kecil. Saat rasa gelisah menjalari hati, cara yang paling ampuh bagiku yaitu mengoyak kertas. Bagai candu, aku selalu menggenggam kertas sampai benda tipis berwarna putih itu berubah menjadi kepingan kertas kecil kusut.
"Pita, aku berterimakasih sama kamu karena udah mau bantuin aku. Tapi... Kamu minta buat putus aku belum bisa, sebelum aku ngebales semua pengorbanan kamu, Pit."
"Kamu mau kita gimana? Semua yang kamu kasih ke aku secara gak langsung udah ngebales kebaikan aku kok. Semua total uang yang kamu abisin buat aku bahkan lebih, apa perlu aku balikin uang kamu, Hoon?" Tanyaku jelas menatap Sunghoon, menelan saliva susah payah. Horizon buram ku pandangi, karena menjelang sore ini lekuk wajah Sunghoon yang menjadi titik fokus lensa mata.
Sunghoon bergeming, pemuda jangkung itu meneduhkan pandangan menatapku yang berpijak berjarak lumayan jauh. Aku berhenti mendongak sejak leherku terasa nyeri, aku nyaris menangis histeris di tempat ini. Rasa yang ku utarakan belum jelas Sunghoon terima, pasti ia belum mengerti kalimat esensiku dimana. Hanya hampa yang tersisa, tapi bagaimana menjelaskannya?
Pemuda di hadapanku ini telah memberi banyak hal, makanan, minuman bahkan uang bensin ku total dalam buku harian takut Sunghoon akan meminta kembali uangnya. Sering kali aku menolak bantuan, pemberian dari Sunghoon. Namun karakter dari sang mama yang selalu dermawan menurun sempurna pada Sunghoon.
"Pit, ada satu sampe tiga hal yang pengen aku bilang ke kamu, ini rahasia. Kamu mau tahu kenapa kepala sekolah mengundurkan diri? Kamu mau tahu kenapa Monday pindah ke Singapura? Dan kamu tahu kenapa tiga minggu ini aku selalu diam?"
Hening. Aku menunggu rangkaian kalimat Sunghoon selanjutnya. Dari cerita yang beredar satu bulan kebelakang, kepala sekolah di pindah tugaskan dan itu secara otomatis membawa Monday ikut pergi dari ruang lingkup sekolah. Gangguan yang diberikan Monday padaku berkurang, aku memang merasa ada sesuatu yang janggal setelah kepergian ayah serta anak itu. Mendadak di pindah tugas, tapi tanpa kabar dimana mereka lebih jelasnya.
"Itu semua karena papa yang dinas di luar kota di tusuk atas suruhan papahnya Monday, mungkin beliau marah karena papa sama mama nolak perjodohan aku sama anak pertama beliau. Polisi udah nangkep kepala sekolah, imbasnya Monday malu dengan kelakuan papahnya yang terlalu jauh dan minta pindah sekolah. Kasus ini di tutup rapat-rapat, mama bahkan ga ngebiarin aku buat cerita."
"Tapi sejak perjodohan itu batal karena kamu, mama ngizinin aku buat cerita ini. Orang tuaku berterimakasih ke kamu, alasan kami nolak karena papahnya Monday itu licik, Pita."
![](https://img.wattpad.com/cover/261680651-288-k833801.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekap ; Jay
Genç KurguKalau sahabatan sama Jay dan Jake, pacarannya sama Sunghoon, lanjut Heeseung, nanti nikahnya sama siapa ya? ⚠️ Cliche moments, there are a lot of typos #1 Jasuke 23082022 #1 Jiyoon 19062021 #1 Parkjongseong 21072021 # 2 Soeun 06062022 #22 Jay 110220...