47: rasa yang tak boleh di paksa

68 15 2
                                    


Dua jiwa yang telah lama bersama, belum tentu bisa amerta apabila satu jiwa lainnya tak punya keselarasan dalam pandangan kehidupan. Sedikit saja ada perbedaan, lalu dibesarkan, semua bisa fatal. Komponen lain akan ikut tersenggol, jatuh dan hancur---sulit untuk di perbaiki.





Ya mungkin itu juga yang Gempita alami. Hampir satu bulan ia belum melupakan kisahnya bersama Heeseung Tirta Darma. Pemuda itu seakan mampu merestorasi semua perasaan Gempita meskipun hanya mengingat nama serta sosok manis pun hangatnya. Siang-siang Gempita di buat galau, teman satu kampusnya mengajak makan siang secara tiba-tiba. Ia tidak punya persiapan matang makan di luar ruang kerjanya.





"Rinai, ngelamun terus. Makanannya ga enak ya?"





"Hah? Oh makanan nya enak kok, ini kan favorit aku dari dulu." Gempita membalas cepat, memang kelihatan melamun tapi kesadaran nya masih diambang batas normal. Taehyun---pria yang duduk di seberang Gempita itu mengangguk tanda percaya. Alasan Taehyun mengajak Gempita ke restoran ini cukup klasik, mau bernostalgia, sisanya mungkin acara pengungkapan rasa, tapi ia tidak mengatakan terus terang perihal kedua tersebut.




Sudi atau tidaknya Gempita membalas perasaan Taehyun, itu urusan belakangan, sekarang Taehyun ingin melepas beban yang bersemayam dalam dirinya sejak beberapa tahun lalu. Ia ingin mengungkapkan perasaan, tapi takut di salah artikan oleh Gempita. Pasalnya Taehyun tahu kalau Gempita menjalin hubungan dengan Heeseung lebih dulu sebelum perasaan Taehyun nyata muncul ke permukaan.




"You looks tired, aren't you? Apa kita abis ini pulang aja ya?" Taehyun kembali melayangkan tatapan khawatir, ia sempat memegang punggung tangan kiri Gempita yang menganggur di atas meja. Ada debaran aneh yang merambat ke benak Taehyun.




"Aku gak apa-apa, asal pulangnya jangan malem banget ya."




Taehyun mengangguk setuju, usai makan dari restoran ini, mereka memutari mal mencari-cari sesuatu yang Taehyun butuhkan. Selama di mal, tak jarang pemuda jangkung itu menautkan jemari besarnya dengan jemari Gempita, mal semakin ramai apalagi ketika mencapai lantai dasar dimana super market berada.




"Kita beli makanan sama buah dulu ya, buat di bawa pulang." Taehyun mengajak Gempita masuk ke area belanja yang luas, ia mendorong satu troli berukuran sedang, memasukkan beberapa makanan ringan dan dua kotak sereal ke kereta dorong.




Berjalan berdua bersama Taehyun begini mampu membuat hormon epinefrina memacu lebih cepat bagai main roller coaster. Dulu semasa kuliah Taehyun dan Gempita jarang jalan berdua begini, mereka jadi dekat karena sempat ada di himpunan yang sama. Kalau di ingat lagi, dulu Gempita lebih sering menghabiskan waktu ke mal bersama Heeseung. Sekali nama terbayang, itu akan selalu membayangi Gempita. Sekarang sedang apa Heeseung di Yogyakarta?



"Wow, kamu beli banyak banget. Beneran sekalian belanja bulanan?" Gempita berjalan di sisi Taehyun, dapat terlihat jelas rona gembira di paras Taehyun sore ini.



"Iya sekalian belajar belanja bulanan, biar ga kaget pas udah nikah." Taehyun tertawa pelan di akhir kalimatnya.




"I see, pasti kamu udah ada calon ya. Kapan tuh nikahnya? Nanti undang aku sama He..." Gempita mengatupkan mulutnya lagi, merasa ada yang salah dengan kalimatnya. Ia sudah tidak bersama Heeseung lagi sekarang.




Taehyun melirik kecil, merasa jika Gempita masih belum bisa melupakan sosok Heeseung. Apa belum jelas juga kode yang diberikan Taehyun pada Gempita? Taehyun terus mengajak Gempita menyusuri lorong demi lorong supaya troli bisa segera sampai ke kasir. Gempita menunduk dalam, ia mendengarkan lagu di pengeras suara, lagu Aku yang salah yang di nyanyikan oleh Mahalini x Nuca. Bukannya itu sangat mendeskripsikan Gempita dan Heeseung saat ini.




Dekap ; JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang