00:58

434 37 29
                                    

⌂Siapa Yang Harus Disalahkan?⌂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⌂Siapa Yang Harus Disalahkan?


Tok tok tok

Kiranya sudah ada sekitar lima kali suara ketukan di pintu coklat itu berbunyi. Kian lama kian nyaring pula ketukannya karena tak kunjung mendapat balasan dari si penghuni kamar.

"Kak Naya!!" seru gadis cilik yang berdiri setengah di balik pintu coklat. "Ih, lama banget sih bangunnya! Kak Naya!"

Berkat suara panggilan melengking tersebut, gadis yang masih menggelung tubuhnya dengan selimut mulai melenguh sedikit. Lagi-lagi ketukan dengan ritme tak sabar kembali menggelora. Naya mendecak sebentar sebelum membuka matanya yang masih berat.

"Kak Naya, cepet bangun! Itu ada temennya di bawah!" tegas Shanin lagi.

"Hmm," balas Naya lirih. Ia yakin Shanin tidak mendengar lenguhannya barusan tapi ajaibnya, bocah kelas enam SD itu menghentikan ketukan di pintu. Butuh waktu tiga menit sebelum Naya memutuskan untuk duduk. Setelahnya masih dengan mata yang setengah melek dibutuhkan waktu lima menit untuk menapakkan kaki ke ubin dingin. 

Selimut yang hangat itu masih setia membalut bagian atas tubuh Naya. Tiga menit kemudian, usai meresapi sisa nyawa yang tercecer mulai menyatu Naya mencari ponsel putih. Benda petak itu tergeletak dengan layar mati di dekat bantal. Dia raih kemudian sembari memencet tombol kecil yang ada di sisi samping kiri. Tahu kalau ponselnya tak kunjung hidup, Naya mendecak lagi. Entah berapa lama ponselnya itu dibiarkan nyala semalam karena ia tertidur meninggalkan sambungan telpon Arya. Dengan sigap netra Naya kemudian mencari kabel hitam yang bisa digunakan untuk mengisi daya baterai ponsel. Tujuan utamanya yaitu meja belajar, di mana ia biasa menaruh berbagai barang perkabelan tak membuahkan hasil. Kenapa semua barang di rumahnya ini selalu saja menghilang kala sedang dibutuhkan!?

Naya mendecak, "Emang udah waktunya buat ke bawah."

Meski dengan langkah yang lamban, Naya akhirnya berhasil meraih gagang pintu kamar dan membukanya kemudian. Lorong depan kamarnya terlihat lengang. Tidak ada jejak dari Shanin yang menggedor pintunya tadi. Diambilnya langkah lain menuju tangga untuk turun ke bawah. Tujuan Naya adalah ruang tengah di mana terdapat rol kabel yang kemungkinan menjadi sarang pengisi daya baterainya berada.

Satu persatu anak tangga ia pijak, baru saja ia akan berbelok menuju depan televisi tetapi netranya menangkap hal lain di ruang tamu. Perbatasan ruang tengah dengan ruang tamu Naya yang dibatasi partisi bambu ulir itu secara jelas memperlihatkan sesosok lelaki sedang duduk di ruang tamu seorang diri.

"Razka?" panggil Naya memastikan pandangannya yang baru bangun itu tidak salah.

Lelaki yang duduk di sofa dekat pintu yang terbelalak lebar itu sontak menegakkan duduknya, sebelum kemudian berdiri perlahan. Razka menyapukan pandangannya ke arah Naya lamat-lamat. Kentara sekali gadis itu baru bangun tidur. Rambut acak-acakan dengan sedikit hiasan kotoran di sekitar mata dan jangan lupa juga suara serak Naya barusan. Tampilan yang membuat kata lucu justru terbesit dalam benak Razka.

SM : AATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang