00:51

313 45 18
                                    

⌂Rutinitas Malam Arya⌂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⌂Rutinitas Malam Arya


Seusai bel berakhirnya istirahat kedua berbunyi, Naya langsung ngacir dengan kecepatan kilat untuk menuju kelas. Selama perjalanan menyusuri koridor loker, ia berusaha menyesap es teh dari cup plastik sampai habis. Perutnya bahkan mulai terasa kembung sekarang. Tak apa lah, daripada ia terlambat mengikuti pelajaran selanjutnya.

Perempuan dengan rambut di kepang itu berjengit seketika saat melewati belokan menuju kelasnya. Tubrukan hampir saja terjadi, jika laki-laki bersurai coklat yang tiba-tiba muncul di depan Naya tidak mengerem. Mata Naya sedikit mendelik melihat siapa yang sekarang di depannya.

Sialan. Akhirnya setelah sekian lama menghindar, siang ini dia kembali berpapasan dengan Razka.

Naya hanya tersenyum kikuk sekilas pada Razka sebelum kemudian memutuskan untuk melenggang. Sayangnya, Razka tidak akan membiarkan kesempatan untuk kembali berhadapan dengan Naya lolos begitu saja. Lengan Naya dicekalnya pelan. Membuat perjalanan perempuan itu tertahan.

"Naya," panggil Razka. Tatapannya tertengadah seperti memohon supaya Naya tidak pergi dari hadapannya. "Ada sesuatu yang mau gue omongin," imbuhnya.

"Eh, iya, Ka? Mau ngomong apaan? Gue buru-buru nih, ada kelas Pak Saeful soalnya." Ringisan tak lupa Naya sunggingkan.

"Kalo gitu kita omongin abis pulang sekolah aja, gimana?" usul Razka penuh harap.

Sorot mata Naya mulai jelalatan, memikirkan alibi untuk menghindar. "Emmm... Ga janji ya. Soalnya gue ada acara."

"Sebentar aja kok. Gue mau jelasin sesuatu," pinta Razka.

"Soal?" tanya Naya pura-pura bodoh.

"Soal kita."

Tak berselang lama setelah Razka mengatakan hal itu, sebuah suara anak perempuan tiba-tiba memanggil namanya lantang.

"Razka!" panggil perempuan berkucir satu yang tahu-tahu menjajari Razka. "Ayo buruan ke lab, Beb!" Luna juga bergerak melingkarkan tangannya ke lengan Razka.

Merasa risih, Razka melepaskan tenggeran tangan yang melingkar lengannya pelan. Terlambat. Naya sudah menyaksikan semuanya sendiri. Bahkan tatapannya sekarang masih terpaku pada lengan Razka. Kata panggilan 'Beb' juga terngiang dalam benaknya.

"Lun, lo duluan aja ya. Gue nyusul," pinta Razka.

"Ih biar kita dapet tempat duduk di depan, Ka! Kalo di belakang jadi ga keliatan yang dicontohin guru, ga suka gue!" rengek Luna.

"Gue lagi ada urusan sama Naya," tandas Razka.

Lirikan sinis seketika Luna lemparkan ke arah perempuan berkepang yang sedang memindai name tag-nya. Tahu kalau aksi untuk mencuri pandangnya tertangkap basah, Naya melengos kemudian.

SM : AATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang