00:56

343 44 21
                                    

⌂Peluknya⌂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⌂Peluknya


Naya mulai mempercepat langkahnya ketika sudah berada di lorong lengang tersebut. Tangan kanannya menggapai gagang pintu dari besi dengan cekatan. Mendorongnya sedikit sehingga pintu itu kini terbuka. Di brankar sana, Naya melihat penghuni kamar sedang memejamkan mata. Selang bantu pernapasan yang kemarin tidak menghiasi wajah Arya, hari ini kembali bertengger di hidung bangirnya.

"Bunda... Arya udah bilang enggak apa-apa kalo sendirian..." celetuk laki-laki berwajah pucat itu tiba-tiba. Masih dengan mata yang terpejam.

"Hoi, Er!" seru seseorang yang tahu-tahu sudah menyusul Naya dari belakang. Razka dengan santai langsung melenggang masuk setelah menyenggol Naya yang sempat bergeming.

Suara familiar yang masuk ke dalam organ pendengarannya, membuat Arya perlahan membuka mata. Pupil Arya agak membesar kala mendapati Naya dan Razka di kamarnya.

"Lah, gue kirain nyokap balik lagi..." kata Arya.

Razka berjalan mendekat ke arah Arya berada, mengangkat tangannya sedikit untuk mengajak tos. "Emang nyokap lo ke mana?"

"Gue minta buat pulang aja ke rumah," sahut Arya setelah menerima tos Razka. "Ada acara apaan nih sejoli ke sini?" imbuhnya menggoda kemudian. Selebar senyum yang tersungging, selebar itulah pula luka dalam hatinya kembali menganga.

"Tuh, Tuan Putri ingin kabur dari rumah. Bosen katanya belajar di rumah," ujar Razka sembari melirik ke arah Naya.

Gadis yang sudah memposisikan diri duduk di tepi brankar Arya itu kemudian memukul Razka dengan buku latihan soal di tangannya. "Eh, lo juga mau ya gue ajak kabur!" sungut Naya.

"Ya gue mana bisa nolak, iya kan Er?" timpal Razka meminta persetujuan Arya.

Laki-laki di atas ranjangnya itu tersenyum tipis sekilas. "Enggak elit banget lo berdua. Kabur buat berduaan malah ke rumah sakit," kelakar Arya.

"Naya katanya mau nepatin janji buat ke sini," timpal Razka.

"Lagian lo juga pas gue tanya tadi ga ada ide mau ke mana... ya jadi gue ajakin ke sini aja," dalih Naya.

"Beneran kemarin dia janjiin mau ke sini emang?" tanya Razka sembari menoleh pada Arya.

Sempat melirik sekilas ke arah gadis yang duduk di dekat pahanya, Arya lalu mengangguk pelan. "Padahal udah gue bilangin enggak usah."

"Tapi dia tetep ngotot tuh tadi buat ke sini," tutur Razka yang kemudian mendapat satu lagi gaplokan dari buku latihan soal Naya.

"Enak aja! Gue ga ngotot ya," sergah Naya. Razka balas memicingkan mata. Sarat akan makna meledek.

"Lo juga semangat banget tuh tadi pas gue saran buat ke sini," tuding Naya.

Arya terkekeh pelan. "Udah, udah... kalo emang kalian berdua kangen ngaku aja," katanya.

SM : AATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang