00:04

748 162 49
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


    ⌂Dimulainya Pengintaian⌂    


Setelah istirahat berakhir, tidak seperti biasanya yang langsung disambung dengan jam pelajaran selanjutnya, khusus hari ini ada rapat guru yang mendadak diadakan usai istirahat berakhir. Siswa-siswa memang belum diperkenankan untuk meninggalkan sekolah tapi seluruh kelas di SMA Jaya Swara kebagian jamkos. Seperti biasa saat ada jamkos, anak laki-laki pasti akan langsung menyerbu lapangan. Entah itu lapangan indoor atau outdoor, pasti akan ramai didatangi para kaum adam untuk mulai melakukan permainan. Entah sekedar main sepak bola, basket atau voli.

Siang ini contohnya. Untuk memanfaatkan jamkos karena rapat guru, anak laki-laki kelas dua belas mendominasi lapangan area tengah. Geng perusuh yang terdiri dari tujuh orang termasuk Razka yang menjadi anggota baru dan minus Arya si korban bullying, kini membentuk tim untuk memulai permainan sepak bola. 

Arya, yang biasanya dipaksa untuk ikut permainan sepak bola, siang ini tidak dipaksa —mungkin belum dipaksa, untuk main seperti biasanya.

Arya duduk di pinggir lapangan dekat dengan tiang bendera sambil menyandar. Dengan ditemani sketchbook dan pensil, ia sibuk menggoreskan sesuatu disana. Pandangannya terbagi menjadi dua. Satu, melihat objek gambar yang ada di lantai dua. Dua, was-was terhadap keadaan sekitar, kalau-kalau ada yang memergokinya sedang menggambar Naya.

Ya, Arya sedang menggambar Naya. Gadis dengan rambut panjang tergerai yang ada di balkon lantai dua. Meski agak tertutup oleh pohon menjulang tumbuh di sebelah Naya berdiri, ia masih bisa dengan jelas melihat gadis itu.

Tidak seperti pandangan Arya yang fokus melihat ke arah Naya, pandangan gadis itu malah fokus ke tengah lapangan di mana seseorang bernama Razka sedang menggiring bola.

Naya mengamati laki-laki berambut cokelat itu lurus-lurus. Tiap gerak-gerik Razka saat menggiring bola seolah tak akan luput dari pandangannya. Gerakannya yang gesit dengan tubuh kurus tersebut sangat apik jika dilihat. 

Belum lagi penampilannya yang kini terkesan urakan, malah membuat kesan tampannya bertambah jutaan kali lipat. Dasi sekolah yang sengaja ia ikat di kepala, kancing atas bajunya yang terbuka, dan oh jangan lupa cucuran keringatnya yang dari atas sini membuat tubuhnya mengkilat.

"Sendirian aja, Bu? Dari tadi ngeliatin siapa, sih?" goda Keisha yang kemudian ikut berdiri di sebelah Naya.

Naya memang dari tadi berdiri sendirian sambil serius melihat permainan sepak bola yang tengah dimainkan oleh geng perusuh di lapangan outdoor dari balkon lantai dua yang ada di depan kelasnya.

Naya hanya melemparkan pandangannya sekilas ke arah Keisha sebelum kembali fokus ke lapangan.

"Ah, gue tahu nih! Lo pasti nyariin Arya yang tumben ga ikut main kan!?" tebak Keisha sok tahu.

SM : AATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang