00:41

317 40 6
                                    

⌂Obrolan Malam⌂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⌂Obrolan Malam


Arya meloloskan kekehannya lagi karena berhasil meledek Naya. Kepalanya yang menyender di sofa itu kini ia dongakkan ke atas. Langit malam cerah menyambut penglihatannya. Jejeran bintang senantiasa menemaninya malam ini. Oke, kemarin malam saat ia menghabiskan waktu di rooftop juga bintang-bintang itu setia menemaninya. Namun, malam ini beda. Sangat berbeda dari malam-malam lain dimana ia biasa menghabiskan waktu di rooftop seorang diri. Bukan hanya bintang-bintang saja yang menemaninya malam ini, Naya juga. Hal itulah yang membuat malam ini menjadi lebih istimewa.

"Buka baju lo, Er." suruh Naya tiba-tiba setelah mengubek-ubek isi kresek putihnya lagi.

Arya menoleh dengan sedikit kaget, "Hah? Buat apaan?"

"Gue mau cuci noda darah di seragam lo," jelas Naya sambil mengangkat satu sachet kecil detergen bubuk di tangan.

Ah iya, tadi saat Naya keluar dari apotek, ia melihat ada warung kelontong di sebelah. Mengingat bahwa terdapat noda darah di seragam Arya membuatnya jadi inisiatif sekalian saja membeli serbuk pembersih itu.

"Mau nyuci dimana?"

"Tuh keran di sana," ujar Naya sambil menunjuk arah dimana keran air dekat rak susun transparan berada dengan dagu.

"Enggak usah deh, biar gue aja nanti." tolak Arya.

Tangan Naya kemudian menengadah ke depan, layaknya meminta seragam tersebut. Ia tidak menolerir penolakan Arya barusan. "Biar ga ketauan abis berantem sama nyokap lo," alasannya.

"Tetep bakal ketauan. Orang besok aja dipanggil ke sekolah," ujar Arya.

Naya tidak terlihat kaget saat mendengarnya. Tentu saja orang tua Arya akan dipanggil menemui bagian kesiswaan. Orang anaknya berani bikin bonyok teman sendiri. Mana di area sekolah, berantemnya dengan brutal lagi.

Sebersit perasaan bersalah muncul di benak gadis itu tiba-tiba. Namun, sesegera mungkin ia menepisnya. "Cuma bagian yang ada nodanya doang kok. Biar bunda lo ga khawatir liat anaknya berdarah juga," bujuk Naya masih berusaha.

Laki-laki itu sedikit menimang penawaran Naya tersebut. Benar juga. Lebih baik memberikan kejutan pada bundanya besok saja saat bertemu Dero di sekolah, ketimbang saat bundanya memasukkan seragamnya ke cucian. Setidaknya ia bisa sedikit memamerkan mahakarya yang ia patri di wajah Dero. Tak lama berselang, ia loloskan sebuah anggukan setuju dan melepas seragam putihnya. Kini tinggal kaos lengan pendek berwarna putih yang melekat di badan Arya.

Usai mendapatkan baju tersebut, Naya beranjak dari duduknya. Berjalan menuju tempat dimana keran air terpasang dan memutar bagian atas besi tersebut. Setelah membasahi bagian seragam yang ada bercak merahnya, ia tumpahkan sedikit serbuk putih biru yang wangi di atasnya. Tangannya kemudian mengucek bersih bagian itu. Dirasa noda merahnya sudah hilang tak bersisa, ia kemudian membungkuk sedikit untuk menyalakan keran air dan menguceknya dengan bantuan air bersih.

SM : AATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang