00:35

280 36 2
                                    

⌂Koridor Loker⌂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⌂Koridor Loker


Deretan besi berwarna hijau lumut sudah masuk ke indra penglihatan Naya sejak gadis itu menginjakkan kaki di koridor loker. Saat istirahat siang ini, ia putuskan untuk memenuhi hasratnya mengecek loker. Hasrat yang sudah dari pagi ia tahan-tahan. Nyatanya ia kalah juga menahan keinginan untuk tidak mengutak-atik lokernya.

Iya. Dia masih berharap bahwa Razka setidaknya meminta maaf dengan mengirimkan notes biru muda untuknya. Mungkin kalau laki-laki itu mengirim notes hari Kamis seperti rutinitasnya dulu, Naya akan menarik label playboy Razka yang ia sematkan semalam.

Krek!

Setelah membuka loker dengan kunci yang masih seperti biasa ia kalungkan di leher, gadis itu sempat menahan napas sebentar sambil memandangi isi benda di depannya itu. Nihil.

Tidak ada apapun yang melayang jatuh dari lokernya. Pun tidak ada bunga kering di tumpukan kertas-kertasnya. Keadaan loker miliknya masih utuh sama seperti kemarin, saat terakhir kali ia mengecek pada jam istirahat pertama. Hatinya mengerang. Sepertinya takdir memang tidak mengijinkan ia untuk menarik label kelinci yang sudah ia sematkan pada Razka.

Cukup lama Naya berdiri di depan lokernya yang menganga. Tidak menghiraukan hiruk pikuk sekitar koridor loker. Pun tidak menghiraukan gerombolan perusuh yang berkumpul melingkar di depan loker Dewa.

Keadaan di depan loker Dewa yang jaraknya hanya beberapa meter dari tempat Naya berdiri sangat ramai. Geng Dero sedang berkumpul disana. Meski tidak berpersonil lengkap, tanpa kehadiran dua anggota lain yaitu Razka dan Odan tetap saja mereka menjadi pusaran pembuat rusuh.

Entah sudah berapa siswi yang lewat dan menjadi sasaran keisengan gerombolan perusuh tersebut. Bukan hanya menyasar para siswi mereka juga menyasar siswa lain. Entah sekadar memanggil nama mereka dan membuat olok-olokan iseng atau sampai bercandaan dengan main fisik. Koridor loker memang bukan tempat yang aman saat istirahat di siang hari. Sebab, para geng rusuh tersebut memang suka mangkal disini kalau istirahat kedua.

Sebenarnya Naya juga malas untuk pergi ke koridor loker di jam istirahat ini, tapi dorongannya untuk membuka loker mengalahkan segalanya. Maka dari itu disinilah ia sekarang. Berdiri dengan tatapan nanar menatap kehampaan lokernya karena tidak menemukan apapun. Sebenarnya ia sedikit bersyukur saat menghitung jumlah anggota geng perusuh tersebut dan mendapati bahwa Razka tidak ada disitu. Kalau ada laki-laki itu, sudah jelas Naya akan balik badan tidak jadi membuka lokernya. Karena pasti Razka akan langsung mengonfrontasinya jika laki-laki itu melihat batang hidung Naya. Bukannya ke-geer-an, tapi Naya hari ini sedang tidak mau bertemu dengan laki-laki itu.

Iya, dia mengharapkan notes biru dari laki-laki itu, tapi tidak untuk berhadapan langsung dengannya. Ia masih harus menyiapkan mental dan hatinya untuk kemungkinan terburuk yang akan dilontarkan langsung dari mulut lelaki itu. Dan dirinya sama sekali belum siap untuk mendengarnya. Mendengar bahwa pada kenyataannya laki-laki yang ia kejar itu ternyata sudah menjadi hak milik orang lain.

SM : AATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang