00:26

306 46 12
                                    

⌂Rumahnya⌂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⌂Rumahnya


Butuh waktu sekitar lima belas menit sebelum akhirnya kerangka besi itu masuk ke gerbang komplek perumahan. Razka melajukan mobilnya lurus terus mengikuti jalan utama gerbang kemudian berbelok memasuki jalan yang papan jalannya bertuliskan jalan gelatik. Menyusuri jalan gelatik sampai akhirnya melewati sebuah rumah yang sangat tidak asing di mata Naya. 

Ya, rumah Arya. Razka masih melajukan mobilnya melewati rumah Arya. Maju sedikit sampai akhirnya berbelok masuk ke garasi milik rumah sebelah Arya. Menempatkan roda kerangka besinya ke posisi yang pas sebelum memberhentikannya. Tepat setelah bunyi rem tangan terdengar dan mesin mobil dimatikan, Arya langsung membuka daun pintu mobil dan nyelonong keluar. Disusul oleh bukaan kedua pintu mobil lainnya. 

Baru saja Razka memijakkan kaki dan keluar dari mobil, ia melihat penumpang belakangnya sudah membalikkan badan. Layaknya bersiap untuk pulang ke rumah sebelah.

"Eh, mau ke mana lo Er?" seru Razka.

Mendengar seruan dari tetangganya itu, ia membalikkan badannya setengah sambil masih berjalan. Terlihat sangat tidak niat untuk sekadar membalas pertanyaan Razka.

"Balik," cetus Arya sekilas.

"Ga mau mampir juga?" kata Razka lagi. 

Kali ini, pertanyaan Razka hanya dijawab dengan lambaian tangan dari laki-laki yang sudah memutar penuh badannya untuk berjalan menuju rumah sebelah.

Naya, mau tidak mau harus ikut menyaksikan kejadian tersebut. Sesungguhnya dia sudah eneg bukan kepalang menghadapi sikap Arya. Apalagi suguhan kejadian barusan yang benar-benar membuatnya ikut sedikit kesal karena kelakuan Arya yang tidak tahu terima kasih.

"Ngapain sih, orang gatau terimakasih masih diladenin," celetuk Naya asal. 

Saking gondoknya sama kelakuan Asthmatic Boy yang tidak tau terimakasih barusan. Persetan lah kalau habis ini Razka menilai dirinya nyinyir atau julid atau orang yang toxic. Toh memang spesies macam Arya pantas kok untuk dikata-katain.

"Tumben banget tuh bocah langsung nyelonong pergi," ujar Razka.

"Aturan lo ga usah nawarin dia mampir, lo tuh terlalu baik tau ga..." sewot Naya.

"Tapi biasanya Arya ga begini," kata Razka sambil mengedikkan bahu. "Apa dia lagi moon come ya?"

"Hah? Moon come apaan?" tanya Naya sambil mengerutkan alis. 

Tak lupa ia juga mengekor Razka yang berjalan ke arah teras, melewati pekarangan depannya tersebut.

Razka membalikkan badan sekilas sambil berkata, "Period."

Naya sempat berhenti mengekor Razka sebentar sambil melihat ke arah laki-laki itu dengan tatapan tak habis pikir. Namun, kemudian ia tersenyum kecil. Kadang candaan Razka itu memang membuat orang harus berpikir dulu. Dengan kemampuan otak standar Naya, gadis itu tentu butuh adaptasi untuk menerimanya.

SM : AATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang