⌂Satu Kesempatan Lagi⌂
Seminggu sudah berlalu. Hubungan Arya dan Naya masih tak kunjung mengalami perubahan. Entah sudah berapa kali Arya berusaha menghubungi gadis itu. Sayangnya, tak satupun pesan atau panggilan telponnya mendapat respon berarti.
Satu lagi helaan napas Arya buang. Pandangannya lurus menerobos jendela kaca lebar di depan. Dari lorong ini ia bisa melihat taman rumah sakit di bawah dengan jelas. Beberapa pasien silih berganti menjajaki satu-satunya zona hijau yang menyegarkan di kawasan bau obat tempatnya berada. Hampir semuanya merupakan pasien lansia. Itulah kenapa Arya lebih memilih menikmati pemandangan hijau melalui jendela lebar di persimpangan lorong kamar saja.
Di atas kursi rodanya, pikiran Arya kembali mengudara. Dia sudah sangat muak berada di rumah sakit. Sebenarnya Arya merasa dirinya sudah jauh lebih baik sekarang. Bagaimana tidak, ia sudah menghabiskan satu minggu berada di tempat ini. Tentu keadaannya membaik. Namun, Bundanya bersikeras menyuruh Arya tetap dirawat sampai kesehatannya benar-benar pulih. Bahkan Bundanya sudah sampai ke sekolah untuk meminta ijin supaya Arya mengikuti UN susulan saja. Alhasil, di sinilah Arya berada. Masih bakal menghuni rumah sakit dan berseragam pasien, sementara teman-temannya sedang menikmati masa tenang sebelum ujian Senin esok.
Sungguh hal ini tidak pernah terbayangkan oleh Arya sebelumnya. Ia juga tidak menyangka akan merasakannya. Harus diakui, ia iri pada teman-temannya yang dua hari lagi akan menghadapi ujian. Tidak pernah selama hidupnya Arya sangat ingin ikut ujian seperti sekarang.
Lagi-lagi Arya mengembuskan napas. Mungkin sampai bisa didengar oleh suster jaganya yang berdiri tak jauh di belakang. Entah kenapa hari Sabtu ini rasanya lebih berat dari hari-hari sebelumnya. Mungkin karena beberapa hari kemarin kamarnya selalu ramai dikunjungi orang-orang. Selama empat hari berturut-turut, basecamp geng Dero yang tadinya di rumah Odan pindah lapak jadi ke kamar rawat inap Arya. Kalau tidak ditegur oleh suster jaga untuk pulang, enam bujang tersebut mungkin bakal menginap sekalian kali di kamar Arya.
Saat masih sedang asyik mengeksplorasi pikirannya sendiri, samar-samar Arya mendengar ada yang memanggil. Suara yang terdengar familiar itu sontak menggema di benaknya. Sesaat kemudian Arya menggelengkan kepala sendiri. Berusaha untuk menjernihkan pikiran. Sepertinya pikirannya sudah mulai terganggu. Tadi berpikir ingin ikut ujian, sekarang berpikir bahwa dirinya mendengar suara Naya. Mungkin ini sebuah sinyal bahwa Arya harus segera kembali ke kamar.
Arya arahkan tangannya untuk menggerakkan kursi roda. Berniat untuk menyerongkannya ke arah kamarnya tertuju. Sang suster yang melihat gerak Arya secara sigap langsung berjalan mendekat untuk membantu.
"Arya!" seru Naya menggelegar. Reflek ia tutup mulutnya dengan dua tangan kemudian. Serta merta gadis dengan rambut dikucir setengah itu langsung celingukan ke sekitar.
Ada beberapa perawat yang berpapasan dan melempar pandangan sinis ke arahnya. Naya merutuk tindakan bodohnya dalam hati. Bisa-bisaanya ia sembarang sekali, teriak sebegitu kencangnya di lorong yang agak lengang ini. Jelas suara yang dihasilkan akan menggaung berkali lipat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SM : AA
Teen Fiction❛❛Gue suka sama seseorang yang bahkan gue gatau apa warna bola matanya.❞ -SM. ❛❛Gue suka sama seseorang yang gue gatau hatinya buat siapa.❞ -AA. Naya sangat benci dipanggil dengan sebutan Shanay. Apalagi jika dipanggil dengan suara khas dari alien M...