00:13

422 75 1
                                    

⌂ Nuke's Cup, Perempuan dan Sebuah Pesan ⌂ 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⌂ Nuke's Cup, Perempuan dan Sebuah Pesan  


Laki-laki bersurai cokelat itu berjalan ke arah lokernya sambil bersiul kecil. Sesekali ia melemparkan senyum pada beberapa orang yang lewat menyapanya. 

Tidak butuh waktu satu bulan lamanya supaya pemilik nama lengkap Arazka Askar itu dikenal oleh murid-murid SMA Jaya Swara. Selain karena tampangnya yang memesona, menurut banyak anak, kepribadiannya juga tak kalah memesona. 

Razka memang masuk ke dalam geng perusuh yang digawangi Dero, tapi dia jelas berbeda dari anggota geng perusuh yang lain. Di saat teman se-gengnya asyik membolos, ia tidak lantas ikut-ikutan membolos. Di saat nongkrong dan teman se-gengnya sibuk merokok, ia malah lebih senang menggenjreng gitar daripada menyesap benda bernikotin itu.

Setelah membuka loker warna hijau lumut, Razka kemudian mengambil jersey warna hitamnya. Jersey kelas bernomor punggung tujuh tersebut ia sampirkan di pundaknya. Sore ini, jersey itu akan ia gunakan saat kelasnya bertanding di Nuke's Cup. 

Nuke's Cup merupakan acara tahunan di SMA Jaya Swara. Sebenarnya hampir sama seperti perlombaan antar kelas yang biasa diadakan tiap selesai ujian. Bedanya jika pertandingan yang diadakan saat classmeeting beraneka ragam, di Nuke's Cup hanya ada satu pertandingan yaitu sepak bola. Jika di classmeeting baik siswa maupun siswi semua kelas harus ikut andil, di Nuke's Cup hanya para siswa yang kelasnya diajar oleh Pak Nuke saja yang boleh ikut tanding. 

Pengurus acara ini pun bukan anggota OSIS yang biasanya mengurus classmeeting, melainkan perwakilan tiap-tiap kelas yang ditunjuk langsung oleh Pak Nuke. Penanggung jawab acara ini, tentu saja tidak lain dan tidak bukan adalah Pak Nuke selaku pengajar olahraga.

Meski tidak semua kelas bisa ikut main dalam acara yang cukup menyita perhatian ini, tapi antusiasmenya patut diacungi jempol. Contohnya saja, antusiasme Raven dan Keisha yang terbirit-birit langsung menyampaikan ajakan nonton Nuke's Cup pada Tisya dan Naya. 

Padahal kelas mereka sendiri tidak ikut main karena tidak diajar oleh Pak Nuke, tapi antusiasme mereka malah melebihi Naya yang kelasnya diajar oleh Pak Nuke.

"Males banget deh nonton," tolak Naya saat diajak oleh dua temannya itu. 

Tisya sendiri masih menimang-nimang ajakan dua orang tersebut.

"Ah ayo dong!" ajak Keisha masih dengan sedikit memaksa.

"Emang hari ini yang tanding kelas mana?" tanya Tisya.

"Kelasnya Razka!" seru Raven. Naya langsung menegakkan duduknya saat mendengar nama itu disebut.

"Serius? Lo enggak boong dengan mengatasnamakan Razka supaya gue ikut nonton Nuke's Cup kan?" kata Naya penuh selidik.

"Enggak lah. Suwer, sore ini kelasnya Razka main lawan anak kelas sebelas. Sebelas apa ya, Kei?"

Keisha mengedikkan bahu pada Raven. "Pokoknya nonton aja deh. Daripada lo nyesel enggak nonton kegantengan Pak Nuke yang jadi wasit,"

SM : AATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang