00:08

501 103 27
                                    

⌂Ruang BK & Notes Biru⌂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⌂Ruang BK & Notes Biru


Naya keluar dari ruang BK dengan dongkol. Di tangannya ada secarik kertas pelanggaran. Syukurlah orang tuanya tidak sampai dipanggil seperti Dero.

"Apaan elah, dapet poin duapuluh lima. Ditambahin poin telat satu kali, udah kena panggilan ortu. Ah, ga asik!" keluhnya sendiri.

Pikiran tentang apa yang terjadi di dalam ruang BK tadi mengurai. Tadi saat di dalam Dero disuruh minta maaf pada Naya. Ya, mau tidak mau Naya terpaksa pura-pura memaafkan dia di depan Pak Jafar. Palingan habis ini Dero juga berulah lagi. Orang macam dia mah enggak akan ada kapoknya bikin ulah. 

Pikirannya kemudian memutar kembali kejadian menyebalkan saat di kantin. Pasti wajahnya tadi merah padam saat marah-marah. Dan buruknya, semua orang melihat ia marah-marah. 

Oke, orang-orang melihatnya saat sedang marah, itu tidak masalah. Yang menjadi permasalahannya di sini adalah... tadi saat ia marah-marah dan semua orang melihatnya, Razka juga merupakan bagian dari semua orang itu.

Ya, Razka pasti tadi melihatnya marah-marah. Bagaimana kalau setelah ini, Razka jadi menjauhinya dan tidak mengiriminya notes lagi? Bagaimana kalau setelah ini ia di cap sebagai preman perempuan oleh Razka? Bagaimana kalau ternyata Naya benar-benar jauh dari kriteria cewek idaman Razka?

Ah, memikirkan hal itu malah membuatnya jadi jengkel sendiri. Bahkan Naya sampai menghentak-hentakkan kaki sendiri di depan ruang BK. Ia mengacak rambut ikalnya frustrasi sampai membuat rambutnya berantakan. Masa bodoh lah kalau ada yang lihat rambutnya berantakan. Dengan sedikit meremas kertas perlanggaran itu, Naya pun belok di persimpangan koridor ruang BK menuju kelas.

Saat membelok di persimpangan itu, matanya menangkap sesosok laki-laki yang sedang menyandar di tembok koridor sambil agak menunduk. Ia agak berjengit saat melihat laki-laki itu. 

Razka. Laki-laki itu kini memakai seragam olahraga.

Naya tanpa sadar langsung memebenarkan rambutnya yang berantakan. Ia menyisir rambutnya asal supaya tidak seberantakan tadi. Saat Naya masih sibuk menyisir rambutnya dengan jari, Razka menoleh ke arahnya. Laki-laki tersebut kemudian menegakkan badannya dan berjalan menghampiri Naya.

Ia merasakan jantungnya berdetak lebih keras, bahkan jauh lebih keras daripada saat tadi memasuki ruang BK. Naya menyudahi acara menyisirnya saat Razka berhenti tepat di hadapannya. Ia agak mendongak melihat laki-laki itu. Razka melongok ke belakang Naya sebelum akhirnya melihat ke arah Naya lagi.

"Dero mana?" tanya Razka.

Dalam hati Naya mendesah karena ternyata hal pertama yang Razka ucapkan tidak menyangkut dirinya. Padahal dia berharap Razka menanyakan apakah keadaannya baik-baik saja pasca keluar dari ruang BK atau tidak.

SM : AATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang