⌂Target Keisengan⌂
Di sisi lain yang masih bertempat pada koridor loker, seorang perempuan berambut tergerai kini menyudahi aksi ratapan nanarnya. Ia berusaha menerima dengan ikhlas bahwa Kamis ini tidak ada notes biru berisi permintaan maaf Razka. Mau sampai matanya mengeluarkan sinar laser pun, notes biru atau apa saja yang berhubungan dengan AA, tidak akan mengisi kehampaan lokernya. Setelah menghela napas kasar, entah untuk yang ke berapa kalinya siang ini, ia kemudian menutup pintu loker. Sedikit membanting sehingga suara berdebam muncul dan cukup menarik perhatian anak-anak yang ada di sekitarnya.
Suara itu tak luput juga ternyata dari organ pendengaran salah satu anggota geng rusuh. Zufran mengedarkan pandangannya. Netranya menangkap sosok gadis yang kini tengah mengunci loker. Mengamati gerak-geriknya sebentar yang sedang mengalungkan kunci loker ke leher. Ia menyenggol Dewa sambil memberikan kode mata untuk melirik ke samping dimana Naya berada.
Naya melenggangkan kakinya berniat menuju kantin. Rasa haus melandanya tiba-tiba, padahal ia barusan tidak melakukan apa-apa. Hanya berdiri diam sambil meratapi loker. Namun, tetap saja tenggorokannya yang kering minta dimanjakan oleh es teh kantin. Ekspresi datar terpatri di wajahnya. Matanya bahkan sama sekali tidak melirik gerombolan perusuh berada. Malas sebenarnya harus melewati mereka, tapi ia tak punya pilihan lain.
Dewa dan Zufran saling berpandangan jahil saat tahu ada bahan ledekan baru yang kini tengah berjalan ke arah mereka. Bak melihat mangsa baru, keduanya kemudian bersiap-siap. Lagi, keduanya merapikan seragam. Langit mengerutkan dahinya melihat kelakuan dua temannya. Ia yang awalnya belum ngeh, hanya menggelengkan kepala. Saat ia coba mengedarkan pandangan ke arah lain, ia tangkap Naya yang berjalan ke arah gerombolannya berkumpul. Langit kemudian menghela napas.
Nih anak dua mancing gara-gara, batinnya sambil menggaruk sebelah alisnya yang tidak gatal. Ia sempat melirik sebentar ke arah Arya yang berdiri di sebelahnya.
Tampaknya Arya masih belum sadar akan kelakuan Dewa dan Zufran yang sedang bersiap memodusi Naya. Laki-laki itu bahkan masih santai berbincang dengan Dero.
"Tawaran Grey Goose masih berlaku ga kalo gue ngajak jalan cewek selain Dinda?" celetuk Zufran tiba-tiba. Hal itu kemudian memotong pembicaraan antara Dero dan Arya.
Arya tersenyum miring, "Mau modusin siapa lagi?" tanyanya.
Zufran menaikkan alisnya sombong, "Watch me!" suruhnya sambil memutar badan lagi. Mengikuti Zufran, laki-laki yang di sebelahnya juga membalikkan badan.
Dewa memasang tampang nyengir seperti biasa. Ia menanti temannya ditolak oleh target ini, barulah kemudian ia akan bertindak. Dia dan Zufran tadi berbisik-bisik tentang rencana memodusi Naya yang akan lewat. Tanpa tolakan tentu saja Dewa menyetujui ide brilian sohibnya. Melihat ekspresi gadis itu yang selalu kesal kalau diisengi mereka nyatanya menghibur juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SM : AA
Teen Fiction❛❛Gue suka sama seseorang yang bahkan gue gatau apa warna bola matanya.❞ -SM. ❛❛Gue suka sama seseorang yang gue gatau hatinya buat siapa.❞ -AA. Naya sangat benci dipanggil dengan sebutan Shanay. Apalagi jika dipanggil dengan suara khas dari alien M...