⌂Kertas Oranye dan Kode Rahasia⌂
"Boleh," jawab Naya.
Ia sengaja tidak jadi menjawab dengan kata mau, karena takut akan menimbulkan kesan agresif. Wejangan dari Tisya supaya lebih mengendalikan diri dan tetap tenang agar nampak elegan tidak seperti perempuan agresif, berguna juga ternyata.
Naya kemudian beranjak dari duduknya, mengikuti Razka menuju pintu cokelat yang berada di sebelah kanan tak jauh dari sofa. Laki-laki yang sudah lebih dulu jalan di depan itu menggerakkan tangannya membuka kamar. Tak lama setelah membuka pintu kamarnya tersebut, Razka kemudian menutupnya kembali. Ia tampak meringis sedikit, sebelum akhirnya berbalik menghadap Naya yang kini sudah berdiri di belakangnya.
"Lo tunggu bentar lagi ya, Nay. Gue mau beres-beres dulu lagi," kata Razka sambil meringis.
Agak tidak enak juga membuat Naya daritadi menungguinya membereskan kekacauan yang kedua adiknya buat.
"Kenapa? Berantakan banget emang?" tanya Naya sambil tersenyum.
"Ya... cukup ga enak lah buat diliat atau didudukkin," tutur Razka lagi yang kini menggaruk belakang kepalanya.
"Ya udah, gue tunggu di sini aja deh sambil main sama Cilo dan Cila..."
"Kasih gue lima menit," tukas Razka sebelum akhirnya masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu tersebut rapat.
Naya kemudian berjalan ke arah sofa dan mengambil posisi duduk yang sama seperti sebelumnya di dekat si kembar.
"Bang Aka lagi beresin kamar ya, Kak?" tanya Cila sesaat setelah Naya mendudukkan diri di sofa lagi.
"Iya," jawabnya.
"Tadi Cilo sama Cila yang main di dalem terus berantakin hehehe..." aku Cila dengan cengiran polosnya.
"Cila, kan udah janji jangan bilang siapapun..." sungut Cilo mengingatkan saudari kembarnya.
"Kakak gabakal bilang kan ke Bang Aka?" tanya Cila pada Naya.
"Ga kok..." ujar Naya sambil menggerakkan tangannya ke arah depan mulut dan menguncinya.
Cila lalu menyunggingkan deretan gigi susunya pada Naya. "Tuh, Kakak ga akan bilang ke Bang Aka."
"Lupa ya? Kak Alya juga dulu janji ga akan bilang-bilang tapi akhirnya bilang aja tuh," ujar Cilo. Bahkan laki-laki itu kini menyudahi kegiatannya menulis di atas kertas warna oranye.
"Ini kan namanya Kak Naya bukan Kak Alya," ujar Cila sambil memutar bola matanya lucu. "Oiya... Kak Naya suka balon ga?"
Naya agak terdiam sebentar memikirkan nama asing yang barusan disebut oleh dua anak kembar itu.
"Kak Naya?" panggil Cila lagi yang kali ini panggilannya menyadarkan Naya dari pikirannya sendiri.
"Oh... iya, suka. Cila suka?" balas Naya.
"Cila suka banget sama balon! Nanti kalo Cila udah dibeliin balonnya, Cila bagi ke Kak Naya deh!" terang anak perempuan itu bersemangat.
"Emang biasanya dibeliin siapa balonnya?"
"Mama, atau Papa, oh kadang Kak Alya!" jawab Cila.
"Pamer banget dibeliin balon sama Kak Alya," cibir Cilo. Ia kini sudah mulai sibuk mewarnai kertas di atas meja.
Tunggu? Kak Alya? Siapa itu sebenarnya? Seingat Naya, Razka merupakan anak sulung di keluarganya ini. Ia yakin seratus persen Razka tidak mempunyai kakak bernama Alya. Oh, atau Razka lupa tidak menceritakannya? Dalam benak Naya kini dipenuhi pertanyaan tentang siapa Alya yang disebut-sebut oleh adik kembar Razka tersebut. Sepertinya ia akan tanyakan nanti pada Razka mengenai si Alya Alya ini.
Banyak pertanyaan yang menggerayangi kepalanya berkaitan dengan nama asing tersebut, sampai akhirnya saat ia mengalihkan pandangan ke atas meja dan pikiran tersebut hilang. Matanya tertuju pada selembar kertas oranye yang tadi dicoret-coret oleh Cilo.
Di atas kertas itu tertera deretan angka yang didominasi oleh angka satu dan nol. Naya tertegun sebentar. Deretan angka itu mengingatkannya pada notes biru yang biasa diselipkan ke lokernya.
"Cilo..." kata Naya sambil matanya beralih pada anak laki-laki kecil itu. "Itu yang nulis kamu?" lanjutnya sambil menunjuk ke arah meja.
Cilo melihat ke arah tunjukkan tangan Naya sekilas, lalu mengangguk mantab.
"Kakak bisa baca kode biner juga?" tanya Cila.
"Kode biner?" Naya malah balik tanya.
"Kita diajarin Bang Aka nulis nama pake kode biner," kata Cila lagi.
"Biar apa pake kode biner?" tanya Naya.
"Biar bisa main pesan rahasia-rahasiaan, kayak Kak Alya sama Bang Aka," jelas Cilo.
Lagi. Nama Alya kembali disebut-sebut oleh kedua bocah kembar itu. Dari yang dapat ditarik oleh penuturan-penuturan si kembar, sepertinya si Alya ini sangatlah akrab dengan mereka dan juga Razka. Apalagi dengan Razka ya, kalau sesuai penuturan mereka sih Alya dan Razka sudah sampai main rahasia-rahasiaan.
"Kalian bisa baca kode biner?" tanya Naya lagi. Ia tidak henti-hentinya mengorek informasi tentang deretan angka itu.
"Ga, tapi Kak Alya sama Bang Aka bisa. Kita baru latihan nulis nama," ujar Cila sambil menunjukkan kertas berwarna oranye miliknya pada Naya.
Naya, matanya meneliti kertas yang isinya berisi deretan angka nol dan satu tersebut. Deretan angka yang tertera di kertas tersebut tidaklah rapi. Maklum. Mau ngarep apa sama anak kecil yang lulus TK saja belum, untuk bermain kode rahasia-rahasian seperti itu. Naya yakin, mereka berdua sebenarnya tidak tahu bagaimana cara menyusunnya jadi hanya menjiplak apa yang Razka tulis saja.
"Kak Naya bisa baca kode biner?" heran Cilo. Naya menggeleng.
"Coba minta ajarin Bang Aka, pasti Bang Aka mau ngajarin!" usul Cilo.
Naya tersenyum tipis. Ya kali minta ajarin Razka untuk memahami kode biner ini. Yang ada mungkin malah akan membuat lelaki itu malu, karena bisa saja isi notes biru itu ketahuan oleh Naya.
"Cilo sama Cila belajar kode binernya yang bener ya, nanti jadinya Kakak bisa nanya-nanya ke kalian..." ujar Naya sambil mengelus puncak kedua anak kembar tersebut.
***
hola! balik lagi dengan chapter baru buat nemenin quarantine day klean nicc
gue lg gamau banyak cincong ah soalnya lg sedi memikirkan money heist s4 yg menguras emosi
udah ah, segitu aj
jangan lupa jejak seperti biasa yaaa gaes agar aku makin semangat nulisnya hihihi
oiya jangan lups #stayathome n #stayhealthy
buhbyee
xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
SM : AA
Teen Fiction❛❛Gue suka sama seseorang yang bahkan gue gatau apa warna bola matanya.❞ -SM. ❛❛Gue suka sama seseorang yang gue gatau hatinya buat siapa.❞ -AA. Naya sangat benci dipanggil dengan sebutan Shanay. Apalagi jika dipanggil dengan suara khas dari alien M...