00:28

280 37 3
                                    

⌂Bualan Maut Razka⌂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⌂Bualan Maut Razka


Tidak lama setelah perbincangan tentang kode biner tersebut, pintu kamar Razka kembali terbuka. Dari ambang pintu, menampakkan Razka yang kini sudah berganti pakaian mengenakan kaus hitam tanpa lengan dengan tulisan The Rolling Stones lengkap beserta lambang bibir dan lidah terjulur khas band tersebut. 

Tak lupa atasan hitam itu dipadupadankan dengan celana selutut berwarna olive yang mana mengekspos betis atletis Razka. Naya melemparkan tatapan terperangah tepat setelah Razka menampakkan dirinya di ambang pintu. Gila. Ini mah bukan cakep lagi tapi cakep banget banget banget kuadrat sampai kubik.

"Udah Nay, masuk..." ajak Razka yang lalu masuk lagi ke dalam.

Naya menggeleng sejenak untuk menyadarkan dirinya dan menetralkan degup jantungnya sehabis tersambar kekharismatikan Razka barusan. Ia kemudian beranjak dari duduknya setelah sebelumnya berkata pada si kembar bahwa dia akan masuk ke kamar kakaknya tersebut.

Kaki Naya berjalan melangkah memasuki kamar dengan cat tembok warna tersebut. Pada salah satu dinding kamar tersebut, nampak tempelan berbagai poster band kegemaran Razka. Tempelan poster itu masih sama seperti yang terakhir kali Naya lihat saat meneropong kamar ini dari balkon kamar Arya. 

Setelah mengamati tempelan poster tersebut, entah mengapa mata Naya langsung reflek melihat ke arah balkon Razka yang memang sengaja pintunya dibuka lebar. Dari sini Naya bukan hanya bisa melihat balkon Razka tapi juga kamar seberang. 

Berbeda dengan kamar Razka yang terang dengan pintu balkon yang terbuka lebar tanpa terhalang tirai, kamar seberang terlihat sangat ditutup rapat. Pintu balkon yang biasa terbuka kini tertutup bahkan tirainya juga ikut menutupi pintu kaca tersebut. Tidak cukup untuk menambah nuansa gelap itu, kamar seberang juga terlihat tidak menyalakan lampunya. Oh atau mungkin belum. Atau mungkin penghuninya memang sengaja ingin menjadi nokturnal ala-ala.

Cukup lama Naya tergugu sambil mengamati kamar seberang dengan tirai tertutup rapat itu yang mana membuat Razka juga mengikuti arah pandangannya.

"Tumben banget Arya ga buka kamarnya," celetuk Razka.

 Laki-laki yang tadi duduk di kursi putar dekat dengan meja belajarnya, kemudian berjalan menuju arah balkon kamar.

"Hah?"

"Lo ngeliatin kamar Arya kan?" tanya Razka yang kini sudah beralih menghadap ke arah Naya lagi.

Perempuan itu tidak menjawab dan malah mendekat ke arah tempat tidur Razka lalu duduk di atasnya. Melihat Naya yang duduk di atas tempat tidurnya, Razka juga ikutan mengambil posisi duduk di situ. Bedanya mereka mengambil posisi duduk di tepi tempat tidur yang berlawanan arah.

Razka duduk sambil menghadap arah balkonnya sambil menempatkan kedua tangannya ke belakang untuk menyangga tubuhnya. Sedang Naya menghadap ke arah meja belajar Razka, sambil menaikkan satu kakinya ke kasur dan mengatungkan kaki yang satunya ke bawah. Tak lupa gadis itu juga meraih bantal milik Razka sebagai sanggaan tangan.

"Lo lagi ada masalah ya sama Arya?" tembak Razka langsung. Ia bahkan menolehkan kepala ke arah Naya.

Naya melihat ke arah Razka dan tatapan mereka bertemu saat itu. Ia lalu menggeleng pelan.

"Gue ga tau sih masalah lo itu apaan. Tapi gue sih pengennya calon pacar gue sama temen deket gue bisa baik-baik aja hubungannya," kata Razka sambil kembali mengarahkan pandangan ke balkon. 

Ini merupakan sebuah pengalihan supaya Naya tidak bisa menangkap kesan gugup darinya. Jangan ditanya bagaimana degup jantung Razka saat ini, sudah pasti berdegup kencang karena barusan mengatakan hal semacam itu.

Naya sedikit terkejut mendengar perkataan Razka barusan di mana laki-laki itu secara terang-terangan menyebut ia sebagai calon pacarnya. Oh tidak, bukan sedikit, tapi ia sangat sangat terkejut. 

Apa katanya barusan!? Bisa tidak Naya meminta supaya laki-laki yang kini sudah memalingkan wajahnya ke arah balkon untuk mengulangi perkataannya tadi. Perkataan yang entah kenapa membuat sensasi menyengat degup jantungya. Kalau Naya sekarang berada di kamarnya sendiri, ia sudah pasti berguling-guling atau melompat kegirangan.

"Gue ga ada masalah apa-apa sih sebenernya sama Aryani," bohong Naya. "Cuma kesel aja sama omongan dia yang nyebelin pas di mobil tadi."

"Omongan Aryani yang mana?" Razka menolehkan kepalanya lagi.

"Ya... semua yang dia bilang tadi. Gue ga enak aja sama lo." 

Assa! Ini dia kesempatan Naya untuk mengungkit akan klaim Razka barusan. Ia berusaha memancing Razka dengan menyinggung terkait percakapan di dalam mobil.

"Ga perlu ga enak kali, Nay..." Razka terdiam sebentar sebelum akhirnya ia mengucapkan kata-kata yang terlintas di otaknya secara spontan. 

"Gue malah seneng kalo itu beneran..."

Naya tidak salah dengar lagi kali ini bukan? Ia tidak sedang bermimpi bukan mendengar kata-kata itu keluar dari bibir laki-laki yang ada di seberangnya ini? Oh, semoga saja ini bukan mimpi. Naya benar-benar menahan tangan untuk tidak menampar pipinya sekarang. Kalau ini memang hanya mimpi siang bolongnya saja, ia harap Shanin tidak tiba-tiba saja membangunkannya. Seperti kebiasaan menjengkelkan adik perempuannya tersebut. 

Jangan ditanya seberapa keras degup jantung Naya sekarang. Saking kerasnya Naya merasakan detak jantungnya yang menggila, ia bahkan sampai berpikir apa jangan-jangan ia terkena serangan jantung kecil. Yang mana pemicunya tidak lain serta tidak bukan ialah kata-kata manis Razka barusan.

Sebenarnya dalam benak Naya, ia sudah sangat ingin mengatakan kalimat seperti;

"Iya!! Gue emang mau banget lah sama lo! Gila kali ya!"

Atau,

"Setelah ribuan purnama Arazka Askar, dan lo baru mengeluarkan kata-kata ini ke gue!? Gaperlu ditanya kalo lo minta gue jadi pacar lo sekarang, juga gue iyain langsung!!"

Atau dapat juga,

"Mending kita pacaran aja deh sekarang! Buru!

Dan masih ada beberapa perkataan thirsty lainnya yang menggerayangi ruang pikiran Naya. Sayangnya kalimat yang memenuhi ruang pikirannya tersebut tidak ada satu pun yang dipilih. Gadis itu justru memilih untuk melemparkan kalimat candaan pada Razka.

"Haha becanda ya lo... Hari ini udah berapa kali sih lo ngeledekin gue pake gombalan maut lo itu," celetuk Naya sambil nyengir. 

Terlihat jelas dari cengiran kalau gadis itu merasa salah tingkah bukan kepalang. 

Yang lebih buruknya lagi, ia malah melontarkan kata-kata barusan. Alhasil dirinya jadi tambah salah tingkah karena ketidaksinkronan antara otak dan mulut. Untuk menutupinya, Naya kemudian beranjak dari tempat tidur Razka dan berjalan mengamati poster yang ada di dinding Razka. Ah! Payah, kan jadi malah tambah keliatan salah tingkahnya.

SM : AATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang