00:44

276 39 7
                                    

⌂Kemunculan Notes Biru dan Hilangnya Arya⌂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⌂Kemunculan Notes Biru dan Hilangnya Arya


Bu Shenin kini sedang duduk di meja guru depan kelas sambil menunduk. Beliau membaca buku ajar Biologi yang ada di tangannya dengan ekspresi serius. Sekitar sepuluh menit yang lalu, ibu guru muda itu memberikan instruksi supaya anak didiknya membaca dan mengerjakan soal latihan secara mandiri pada bab substansi genetika. Sayangnya, gambar rangkaian kromosom yang tercetak penuh warna pada buku biologi kalah menarik dibanding notes biru yang Naya taruh di sela-sela halaman bukunya.

Naya menopang dagu dengan tangan. Isi kepalanya terpecah menjadi dua. Namun yang pasti, kedua topik dalam ruang pikirannya siang ini tidak berkaitan dengan materi ajar Bu Shenin.

"Di bawah, berseling, dua belas huruf?" gumamnya sendiri. Ia sama sekali tidak tahu maksud dari petunjuk yang tertera pada notes biru itu.

Sudah terhitung sejak hari Jumat dimana notes biru itu tiba-tiba muncul lagi di lokernya secara ajaib. Sejak hari itu pula ia masih tidak tahu maksud dari isi notes yang tertulis agak panjang itu. Dia hanya tahu bahwa susunan kalimat panjang yang awalnya ia kira puisi, rupanya merupakan penggalan lirik lagu dari band favoritnya. Pantas saja saat sekilas membaca notes itu, kalimatnya terasa familiar ia rapalkan.

Bukan hanya teka-teki notes biru saja yang menjadi tanggungan pikiran Naya, hal kedua yang terpikirkan olehnya ialah keberadaan si Asthmatic Boy. Rabu kemarin yang harusnya menjadi hari perdana dimana Arya kembali masuk sekolah pasca kena skors, tapi batang hidung bocah laki-laki itu tidak terlihat dimana pun.

Sudah dua hari ini Naya sengaja datang pagi-pagi sekali, menunggu kedatangan Arya di koridor loker sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Nyatanya, Arya tidak menampakkan batang hidungnya sampai bel berbunyi. Padahal Naya susah payah menahan pegal di kakinya dengan berdiri selama hampir satu setengah jam di sana.

Semestinya kalau Arya memang berangkat sekolah, Naya pasti bertemu dengannya di koridor loker. Mengingat koridor loker merupakan satu-satunya akses penghubung antara tempat parkir mobil menuju ruang kelas. Selama aksi pemantauannya, yang Naya dapati justru malah Razka berangkat seorang diri.

Tentunya saat melihat Razka, Naya langsung menghindar. Omong-omong soal Razka, sampai detik ini Naya masih saja menjaga jarak dengan laki-laki itu. Entah sampai kapan Naya juga tidak tahu. Pastinya, ia masih belum mau berbicara dengan Razka. 

Kemarin saja saat ia melihat Razka berjalan di koridor loker, ia langsung jongkok di balik tong sampah dorong yang diangkut oleh petugas kebersihan. Saat ditanya oleh petugas itu kenapa dirinya seperti bersembunyi, Naya beralibi membenarkan tali sepatunya. Iya. Naya seanti itu untuk sekadar berpapasan dengan Razka.

"Sampe mata lo ngeluarin sinar merah kayak cyclops di X-Men, ga bakal muncul tuh jawaban yang lo cari di notes!" celetuk Tisya sembari menyiku pelan lengan Naya.

SM : AATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang